Proyek Perkaderan #13
Nasib Apes BerHMI tercatat di kalender Perjuangan.
Penulis : Alirumi
Mungkin telah banyak mencatatkan perjuangannya ketika diri kita, atau para sidang pembaca kali ini bergabung pada suatu komunitas, organisasi atau kelompok lainnya. Barangkali setiap diri kita telah merasakan keuntungan bahkan sampai taraf pengorbanan harta benda alias material demi suatu kelompok yang dipimpin. Pengorbanan ialah syarat yang sepatutnya dibayar dalam proses kehidupan ini, mau kalian di organisasi atau apapun itu. Bahkan alquran mengatakan di dunia ini ialah tempat ujian.
Begitulah suatu proses yang perlu kita bayar untuk menampar realitas dalam berkelompok atau berorganisasi. Seperti hal nya di HMI, sudah berapa banyak yang berkorban demi HMI supaya eksistensinya tetap hadir disetiap kampus bahkan ruang lingkup masyarakat banyak. Mulai dari para pendahulunya sampai ke generasi seterusnya ini sebuah regenerasi tetap berjalan alias roda perkaderan tetap berputar, yahhh walaupun sedikit banyaknya pula mengalami kempes, bahkan kebocoran yang sangat parah.
Kita bukan terlalu sombong untuk mengungkit kembali sejarah perjuangan, pengorbanan diri kita pada suatu organisasi ini. Mungkin bagi orang yang mengalami kekecewaan, tentunya ia akan menagih terhadap apa yang telah ia korbankan selama ini untuk sebuah organisasi. Seperti, apa yang saya dapatkan selama ini ketika diri saya di organisasi ini? Apa impactnya ke saya? Apa manfaatnya ke saya?
Terus terang saja, beberapa dari kita telah banyak mengeluarkan effort untuk menjaga agar rombongan kita di suatu komunitas tidak mengalami pembubaran besar-besaran. Apalagi sekelas organisasi nirlaba begini seperti HMI tidaklah menghasilkan uang untuk menutupi kebobolan dompet kita yang selama ini terus terkuras. Tempat penyimpanan uang kita sudah seperti black hole, gelap nan singgularitas. Sungguh tak menghasilkan uang saat menjabat ketum setingkat komisariat, korkom, cabang dan seterusnya. Namun sebuah jabatan sudah cukup terlihat mewah bagi penghambanya. Tak selesai disitu pula, mungkin dompet yang bagaikan black hole bisa teratasi dengan proyek-proyek atasan alias cuan sampingan dari abangda.
Katanya, nasib apes tidak tercatat dikalender. Yahhh mungkin saja, apes ialah nasib buruk menimpa diri kita dan sebuah narasi takdir yang tak mungkin ditebak melalui masa depan, kejadiannya bagaikan kita terlibat judol, kadang menang kadang apes alias kata masyarakat banyak menyebutnya dengan kejadian yang tak terduga. dan peralatan kita hanya menggunakan akal yang sebatas berhipotesis kedepan. Oleh karena itu, nasib apes katanya tak tercatat di kalender, jika ada, mungkin kita semua akan menghidarinya. Makanya kita sendiri juga tak tahu bagaimana kedepannya nasib kita ini, semoga tak apes yaa.
Namun ada pula apes yang tercatat di kalender bahkan dijadikan peringatan peringatan besar. Teman teman bisa cek aja di kalender nya masing masing. Seperti hari aids sedunia, hari buruh sedunia, Hari trauma sedunia. Di hari tersebut kita bisa tandai saja, jangan sampai fenomena diatas terulang kembali terhadap diri kita. Jika menelisik di kampung kampung, atau mungkin di kampung nya teman teman barangkali ada mandi syafar untuk menolak bala bisa komen dibawah. Sedikit bercerita di kampung saya sendiri, bulan syafar itu di anggap bulan yang sering terjadi nasib apes. Makanya untuk menghindari ke-apes-an itu para ulama, toko adat menciptakan suatu tradisi menolak bala yang kemungkinan yang tidak kita harapkan menimpa diri ini. Akan tetapi, lagi dan lagi tradisi itu pula tak cukup menangkis bala/apes terhadap diri, apakah ini emang benar ya sebagaimana sebagian orang mengamini nasib apes tak tercatat di kalender?
Menelisik lebih lanjut kehidupan berHMI juga tak jauh beda nya dengan realitas kehidupan yang diukur dengan untung dan rugi alias nasib baik atau nasib yang buruk. Sebagaimana telah kita ketahui, banyak pengalaman yang telah diceritakan oleh senior-senior kita bahwa mereka telah banyak mengorbankan itu dan ini untuk suatu kelompok yang ia pimpin.
Contoh nyatanya di HMI ialah, ketika seseorang menjabat sebagai ketua Umum alias ketum. Ia yang tidak digaji, tidak dikasi uang, bahkan ia sendiri yang ngeluarin uangnya, uang saku kuliah jadi korban organisasi, kadang makan, kadang juga tidak karena ngga ada uang, kadang dimarahin senior, kadang kadang pusing ngurusin kader kadernya, belom lagi ngurusin jajarannya yang mood dan bad mood, blom lagi tagihan kontrakan komisariat, terkadang harus gadai laptop, motor bahkan ikut survei, yahhh gak apa apa tum, namanya juga apes, tapi itu pilihan realistis.
Kadang pula ia pegang uang dan kadang juga pegang kepala. Hidup seorang ketum diliputi kadang kadang. Bukan hanya ketum, jajarannya pun juga tak kalah apes
Banyak bersabar saja inilah warisan wajah indonesia kita. Ngga ada duit, sabarrrr. Dimarahin senior, sabarrr. Kader ngga aktif, sabarrrrr. Ngurusin jajaran ngga aktif, sabarrrrr. Kuliah terbengkalai demi organisasi, sabarrr. Surat menyurat administrasi ditolak, sabarrrr. Semuanya harus sabar, mungkin di HMI organisasi ini ujian kesabaran nya lebih harus besar. Tapi ada yang ngga bisa di sabar sabarin, yaitu naik jabatan dan proyek abangda itu tadi, kalau hal begini, telinga yang tuli pun jadi bisa mulus mendengarnya.
Itulah kata pepatah HMI, BERSAKIT SAKIT DAHULU, BERSENANG SENANG DITOLONGIN ABANGDA. Itupun kalau ditolongin, coba dibiarin alhasil auto jadi penyakit abadi itu. Layaknya ungkapan kartini, habis gelas terbitlah terang. Sekian lama gelap di komisariat, ujian kesabaran nya banyak, penyebutannya ialah "proses perkaderan", baru terbit terangnya alias terlepas satu tanggung jawab yang di pikul. Di HMI ini bahasa seniornya yang memotivasi ialah hanya orang orang terpilih saja yang bergabung didalam organisasi ini. Ini bahasa motivasi ya, realitasnya teman teman dihadapkan dengan beruntung dan buntung. Tohhh, udah melihat blom kader HMI menderita demi organisasi ini? Lihat lafran pane, perjuangan begitu banyak dikorbankan, lihatlah cak nur, lihat dawam rahardjo. Namun jangan lihat bahagianya kanda b4hlil kita, sekali kali lihat pula prosesnya dia, mungkin juga pahittt. Hehe
Pejabat HMI Memang harus tahan derita, doktrin HMI bukan materialistik, doktrin nya ialah kematian. (ma'ad, baca naskah NDP). Jika doktrin HMI ialah material, mungkin kita lihat saat sekarang ini, kader nya berbondong-bondong flexing dan haus kekuasaan. Tentu tak apa, sedikit tidaknya mereka bantu teman teman terkait pendanaan, walaupun kadang kadang juga. 😂
Tentunya untuk menutup tulisan ini, kehidupan itu kita ambil hikmahnya. Hidup kita diantara derita dan bahagia, kita tak bisa hidup hanya di kondisi bahagia semata, bukankah derita pun juga ada di kehidupan ini. Maka, kehidupan yang realistis tersebut ialah menerima dua kondisi ini. Menangis juga boleh, ngga menangispun juga ngga apa apa dalam berproses di HMI ini. Lagi pula, setelah teman teman keluar dari HMI alias sudah selesai menjabat, pasti banyaknya pelajaran yang didapatkan. Walaupun teman teman perlu merelakan apa yang telah di korbankan, baik itu waktu, tenaga, pikiran bahkan hal hal material. Sekali kali baca Syariati (Doa, tangisan dan perlawanan).
Kita tak bisa menghindari takdir, kita hanya lari dari takdir yang satu ke takdir yang lain. Meminjam Ungkapan imam Ali : Urusan kita melekat pada takdir yang diturunkan oleh Allah, bahkan rencana terbaik kita dapat membawa kita ke kehancuran".
So, nasib apes atau tidaknya menimpa kita itu menjadi sebuah kondisi, kita hanya perlu bagaimana menyikapi perihal nasib untung dan buntung begini. Silahkan teman teman komen dibawah, ceritakan nasib apes BerHMI, sudah berapa banyak air mata dikeluarkan? Sudah berapa banyak waktu di luangkan, sudah berapa banyak tenaga, pikiran dan hal material di upayakan?
Nasib apes kalian akan dicatat di kalender perjuangan, yaitu ketika kelak anda sebagai senior/pendahulu, anda akan mengeluarkan narasi perjuangan ini di forum-forum, warkop, duduk santai, bahkan di ruang tak terduga. Selamat menikmati.......
Shadaqaullahul Adzhim.
Bihaqqi Muhammad Saww....
Kayong Utara, 2 juni 2025
Komentar
Posting Komentar