Proyek Perkaderan #9
Jeratan Feodalisme ditubuh Perkaderan HMI
Penulis : Alirumi
Dalam sebuah organisasi, komunitas ataupun sekelompok orang yang memiliki kesamaan visi atau pandangan hidup, tentu memiliki sebuah cara pandang bagaimana suatu wadah yang mereka berada didalamnya bisa sampai pada suatu tujuan yang dicita-citakan. Namun untuk mencapai tujuan yang diinginkan bukanlah sesuatu yang mudah, dalam kelompok, kita akan mengalami dinamika yang beragam. Dinamika itu ialah sebuah proses belajar yang kelak akan membentuk sikap serta karakter individu.
Semisalkan dalam suatu kelompok masyarakat di daerah tertentu yang dimana didalam kelompok tersebut memiliki kelaster sosial yang berbeda-beda, ada yang kaya, kelas menengah, bahkan kelompok miskin. Kehidupan yang penuh kelaster begini ialah sebuah rantai kehidupan yang panjang telah terbentuk ratusan bahkan ribuan tahun. Kita tak dapat menghindari adanya kelas-kelas dalam masyarakat. Sebagaimana marx yang ingin menghapuskan kelaster pada tubuh masyarakat, ini bukanlah hal yang mudah. Cita cita yang sangat Transendental, namun tak ilmiah. Pada kenyataan masyarakat terus berdinamika antara kelas borjuis vs ploretariat.
Sebagian orang kaya, orang yang memiliki kekuasan, ia akan ditempatkan pada posisi yang menguntungkan. Posisi yang cenderung digunakan sebagai mempertahankan dirinya agar tetap stabil dari sisi kecukupan material hingga melanggengkan kekuasaan yang ada. Adanya relasi kuasa serta kelaster kehidupan yang tidak setara akan menimbulkan berbagai macam konflik sosial, seperti pembunuhan, tingkat kriminal semakin tinggi, kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan dll. Kelaster sosial masyarakat akan mengalami perjalanan panjang, karena rantai kehidupan seperti ini terus kita alami bahkan sering terjadi pada kehidupan kita.
Kehidupan yang awalnya mengalami kebebasan, tanpa aturan, manusia merdeka dari ia lahir. Kini telah di sekat dengan faktor eksternal dirinya. Manusia dengan sekat sosialnya mulai menghakimi satu dengan yang lainnya, mulai merendahkan diri yang lainnya, mencemooh yang berbeda pendapat atau cara hidup yang tidak sesuai dengannya. Prilaku manusia begitu cepat berubah ketika ia dihadapkan dengan kondisi yang mengancam dirinya.
Tentunya, manusia ialah makhluk merdeka yang sejati pada dirinya tak ingin diperintah ataupun diperbudak (baca Ndp, Kemerdekaan manusia & Keharusan universal). Namun kondisi sosial yang menghimpit dirinya dengan tekanan, ekonomi, kekuasaan dan lainnya, hal ini akan mampu mendorong sisi gelap manusia akan menampilkan congkak dan kepongahan. Dalam kasus tertentu setiap dari kita mungkin pernah melewati dinamika kehidupan yang dimana pada suatu perkumpulan pasti ada sosok individu yang memiliki dominasi yang kuat, seolah-olah superior, merasa memiliki pengetahuan yang banyak, memiliki relasi yang luas, punya kekuasaan yang elit, hingga orang lain dikalikan Nol, dan tak tahu apa apa. Persoalan ini ialah gejala Manusia yang ingin menguasai, tak ingin diperintah, hanya ingin memberi perintah semata, ia bukan hebat, tak patut pula disanjung, dan ini ialah hasil didikan yang keras, yang mempertontokan kesombongan, hingga menjadikan dirinya inferior. Mental manusia lahir dari didikan begini ialah warisan kolonialisme yang berjubah feodal.
Jika kita membaca sekilas dalam dinamika perkaderan ditubuh HMI, feodalisme lumayan berkembang, pasca acara training seperti LK2 bahkan SC (senior course) telah mereka lewati. Dengan didikan yang keras dan dengan gaya mempertontokan kesombongan, tak sedikit setelah pasca training selesai, yang lahir ialah manusia-manusia bermental feodal, ingin dihormati, gila jabatan, maunya harus di turuti. Merasa diri telah melewati fase yang menindas dirinya, ia pula memiliki keingingan untuk menindas yang lainnya alias balas dendam. Namun, tak semua pula output seperti fenomena yang diterangkan diatas.
Padahal, kalau kita lihat-lihat, harusnya semakin tinggi pendidikan, yang lahir ialah sebuah kebijaksanaan, keramah tamahan, semakin tawadu', tapi justru sebaliknya, semakin tinggi pendidikan, yang muncul dan berkembang ialah manusia-manusia yang memiliki kesamaan dengan anak adam yaitu qabil. Dalam perspektif syariati, habil dan qabil ia akan terus menerus berdialektika pada diri Manusia, walaupun secara fisik telah tiada, habil dan qabil akan tetap ada dan ia hanya berganti wajah saja.
Mengapa kebanyakan selepas training S2 di HMI menjadikan para kadernya bermental feodal? Bagaimana mental seperti ini muncul? Bukankah lafran pane sang maestro HMI tak mengharapkan para kader HMI mewarisi watak kolonial begini. Mungkin kita bisa berhipotesa tentang fenomena begini ialah akibat pengaruh iklim perpolitikan yang kurang baik buat para kader, hingga kader HMI mengalami perpindahan tradisi wajah HMI yang semula ialah semangat keindonesiaan dan keislaman, kini berubah wajah menjadi semangat perpolitikan dan kekuasaan.
Tak bisa dipungkiri memang fakta saat ini atmosfer perkaderan hanya sibuk menginput orang-orang yang cikal bakal mewarisi mental feodal, dengan ditandai kerasnya struktural yang memacu potensi dimana orang-orang pemangku jabatan memiliki arogansi kekuasaan. Garis struktural serta kerasnya training s2 di HMI merupakan salah satu faktor kenapa HMI tidak bisa lepas dari jeratan Feodalisme.
Feodalisme bukanlah hal mudah untuk dilepaskan pada ruang-ruang perkaderan. Selama perkaderan memiliki tingkatan dan tingkatan tersebut di isi dengan orang-orang yang kurang sadar bagaimana relasi guru dan murid seharusnya. maka, proses yang ada ditubuh HMI akan melahirkan rantai Perkaderan yang buruk serta memunculkan kader berwajah arogan dan HMI menjadi ladang serta ajang mempertontokan arogansi kekuasaan demi masa depan yang katanya sih begitu, padahal menyelamatkan diri masing-masing.
Proses Perkaderan yang katanya berdarah-darah perlu dibalas dengan setimpal. Watak berpikir yang mengkalkulasikan proses begini bisa memicu berbagai motif. Entah itu ingin menunjukkan pengalamannya, apakah ingin memotivasi, atau meletegitimasi diri yang telah melewati fase yang sulit. Akan baik-baik saja jika ingin memotivasi ditengah surut semangatnya perkaderan, namun akan berbahaya jika watak feodal ditampilkan secara terus menerus ditengah krisis perkaderan. Kondisi gen z yang sulit menerima tekanan, apalagi organisasi ini tak menambah finansial, kemungkinan besar membuat mereka enggan dan tak perlu berkader di tubuh HMI jika wajah orang-orang di HMI mewarisi watak Feodalisme.
Feodalisme ialah hal yang berbahaya bagi organisasi perkaderan. Jika dianalogikan secara medis, Ia merupakan penyakit dalam yang perlu penanganan khusus dan memerlukan waktu yang lama buat sembuh. Ia bukan hanya sekedar penindasan, namun lebih dari itu, Feodalisme akan melahirkan eksploitasi, kita bisa melihat fenomena dimana antara relasi senior dan junior di tubuh HMI, tak bisa dipungkiri seringkalinya tenaga junior di manfaatkan demi kepentingan gerbong bahkan kepentingan pribadi. Feodalisme tidak lain ialah kejahatan Kemanusiaan.
Untuk menutupi tulisan ini mungkin bisa kita simpulkan bahwa Feodalisme merupakan mental dan gaya berpikir yang menghalangi kebebasan mengkritik, menyampaikan pendapat menjadi kurang penting akibat munculnya rasa takut dan posisi yang lebih rendah. Sebagai contohnya Kita takut mengkritik dosen karena takut nilai kita menjadi rendah atau kita tidak mungkin mengkritik orang karena memiliki hutang budi padanya. Takut mengkritik senior, karena udah banyak numpang makan di dia. Itulah kultur feodal, kita dibikin tak berdaya dengan tekanan dominasi serta hegemoni kuasa ataupun hirarki struktural.
Feodalisme telah memangkas apa arti dari Regenerasi. Regenerasi yang seharusnya memberikan kesempatan kepada yang muda untuk melanjutkan atau meneruskan. Namun Pada kenyataannya, regenerasi justru menjadi alat legitimasi untuk membungkam yang muda/jenior dengan argumentasi DIBINA dulu, nah pada pembinaan inilah justru kerap kali menjadi bentuk PEMBUNGKAMAN. Niatnya sih Akan Dibina, Tapi lebih cendrung Dibinasakan.
Shadaqaulahul adzhim
Bihaqqi Muhammad saww....
Malang, 16/12/24
Komentar
Posting Komentar