Proyek Perkaderan #10
RAK Momentum Marah-marah atau Ruang Dialog Gagasan?
Penulis : Alirumi
Saya ingin memulai tulisan ini dengan pengalaman yang saya dapatkan disaat bertemu dengan beberapa teman-teman saya sekaligus ia merupakan kader HMI. Disela percakapan, terbesit dipikiran menanyakan mengapa Dirinya tidak ikut dalam kepengurusan periode tahun ini? Dia menjawab bahwa keinginannya untuk jadi pengurus itu ada, namun dirinya takut pada momen RAK (Rapat Anggota Komisariat) dimana momen ini yang dihadiri banyak senior ingin melihat kinerja selama 1 tahun kepengurusan, Dirinya merasa ngga siap di momen ini, selain tanggung jawab yang lumayan berat karena yang katanya kerja umat alias kerja ikhlas disisi lain pula karena sudah memiliki kesan dikepalanya bahwa senior-senior di RAK sering marah-marah pada pengurus, terlalu dramatis dan seolah-seolah. Akhirnya, dengan hal begitu dirinya enggan ikut nimbrung kepengurusan.
Tentu kita tak bisa mengeneralkan kasus kasus yang ada sebagai alasan utama mengapa sebagian kader tak mau join pada struktural pejabat, Pilihan mereka tentulah memiliki alasannya. Oleh karena itu, kita pula jangan memaksakan mereka untuk join pada tataran pejabat tersebut. Jika dipaksakan mungkin hanya 3 kemungkinan, pertama mereka akan terus melanjutkan dengan semangat, kedua melanjutkan dengan setengah semangat alias kadang aktif kadang tidak, dan yang ketiga mereka masuk tataran jabatan, namanya ada namun orangnya ngga pernah aktif.
Ini adalah fenomena sekaligus problem yang perlu kita pahami. Bahwa dinamika perkaderan masih banyak PR kecil yang perlu diperhatikan dan perbaikan. Terlepas dari hal semua diatas, para kader yang masih senantiasa semangat berproses teruslah menjaga konsistensi apa yang telah menjadi pilihan sebagai track record kalian kedepannya. Kita juga tak tahu siapa kedepannya yang kelak menjadi seperti para pendahulunya bahkan melebihi mereka semua. Dan kita pula yang telah berada dalam jalur proses berkader tak boleh jumawa dan mengabaikan teman kita yang tak sejalan dengan pilihan kita, barangkali mereka sukses bukan berproses mati matian di HMI, bisa saja diluar hal itu semua.
Kembali ke pembahasan kita, Apakah forum RAK merupakan salah satu Faktor yang mempengaruhi kader tak siap jadi pengurus ataupun melanjutkan estafet kepemimpinan ini? Jawabannya iya, karena kita pasti pernah melihat bahwa ada teman kita mau itu satu angkatan atau kating dan adek angkatan kita pernah menemukan fenomena ini dan alasan ini pun menjadi kuat bahwa mereka para kader yang tak siap menjadi pengurus disebabkan forum RAK hanya menampilkan Marah-marah, seolah-seolah dan minus gagasan.
Kita mengakui bahwa forum RAK menjadi penting, karena disitulah mental, gagasan, regenerasi dipertaruhkan. Momen RAK bukan hanya rasa kebersamaan, bukan hanya membangun keakaraban, ia pula ajang bergensi antara pengurus, kader baru serta senior yang memperlihatkan kemewahan berpikir. Mengapa forum RAK ialah sebuah Penghakiman/LPJ? Karena di forum ini pula kita diperlihatkan bahwa diri kita masih harus banyak berproses atau terus belajar, sebagai pengurus tentu banyak proker (program kerja) yang masih belum sempurna dijalankan. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila forum penting ini dijadikan kader baru, para pengurus sebagai tempat insecure, merajuk karena dimarahin senior. Padahal, tentu niat senior mungkin baik (apabila betul-betul senior) ia mengajarkan bagaimana kita ditempa tuk melatih mental agar kelak kader HMI bukan lagi cengeng dan gampang ngambekan, Sebab diluar atau selepas kita berproses di organisasi disitulah kehidupan atau realitas sesungguhnya akan kita hadapi. Dan pastinya di forum RAK, semuanya, baik senior dan junior masih sama-sama belajar.
Proses belajar mengajar di forum RAK baik senior dan jenior merupakan dialog gagasan yang timbal balik. Jika di junior yang salah maka itu tugasnya bersama entah itu senior yang harus memberi pemahaman yang baik dan benar, begitupun sebaliknya. Karena kita mengetahui, bahwa tidak semua junior ataupun senior yang tumbuh menjadi cerdas, banyak wawasan, berprilaku baik. Maka dari itu, tidak semua senior yang wajib dicontoh oleh para adek adeknya, karena ada juga senior yang tak patut dicontoh, cukup dijadikan pelajaran saja.
Momen RAK yang penting ini sudah sepatutnya yang kita tampilkan ialah karakter-karakter An-nas, manusia yang memiliki jamaliyah dan menghargai kehidupan sosial. Manusia yang bijaksana, manusia yang bisa merasakan apa yang dirasakan yang lainnya. Ruang-ruang RAK yang di isi Nilai-nilai NDP akan menjadi perjalanan intelektual masyarakat komisariat. Ruang-ruang RAK bukan lagi menghakimi bahkan menyerang pribadi alias Ad-hominem. Tak bisa dipungkiri pada forum ini masih saja masalah personal biasanya dikait"kan dengan urusan dapur komisariat.
Tak heran mengapa sebagian kader baru yang melihat fenomena ini mereka menjadi enggan untuk meneruskan estafet kepengurusan atau bahkan kepemimpinan di tataran komisariat. Sebab mereka telah di pertontonkan ajang marah-marah mencari kesalahan, penghakiman, dan Suara suara yang keras tapi tak berbobot (membentak), ini fenomena yang harus kita buang jauh-jauh, karena tidak baik untuk atmosfer perkaderan.
Laporan pertanggung jawaban (LPJ) di forum RAK bukan mendidik kader mewarisi mental feodal, makanya mengapa di momen ini kita tak boleh menampilkan superioritas karena merasa kita ialah seorang hakim dan para pengurus layaknya terdakwa bersalah yang harus dicaci maki, dipertontonkan kesalahan mereka, bahkan menjurus keranah privat mereka untuk dihakimi dan ditertawai sebagai bahan komedi di forum yang dihadiri banyak orang.
Adanya RAK ialah forum berbenah untuk semua elemen, karena komisariat ialah madrasah murni kaderisasi dibentuk. Madrasah manusia yang akan menginput para pemimpin yang akan datang. Komisariat, dan segenap aktivitas didalamnya ialah madrasah murni perkaderan yang harus dijaga dengan baik. Ia yang seharusnya di isi dengan akal sehat, bukan terus-menerus disusupi kepentingan politik jangka pendek. Dan mengarahkan kader baru untuk terlena dalam kenduri politik praktis yang merusak masa depan kemanusiaan.
Hemat penulis, mangapa Forum RAK ini menjadi penting, selain ia sebagai bagian madrasah perkaderan, RAK pula sebuah simulasi dimensi ilahiah yaitu yaumul hisab. Akhirnya apa yang harus dipetik dari pelajaran LPJ ialah sebuah pendidikan horizontal dan vertikal diri kita agar mengemban amanah dengan penuh Keseriusan atau betul-betul bertanggung jawab. Yahh walaupun kita tak luput dari kesalahan dan kita terus-menerus sebagai seorang pembelajar, namun bukan berarti kita tak bisa meminimalisir kesalahan, setidaknya itu yang bisa kita lakukan.
Kalau bahasa teman-teman komisariat momen RAK ini ialah hari pengakiman, katanya sebelum dihakimi Tuhan, terlebih dahulu dihakimi manusia dulu. Begitu metafor yang diciptakan di forum. Katanya suara kader baru ialah suara Tuhan, apapun ucapan kader baru harus dipatuhi. Secara tak sadar pendidikan begini hanya menciptakan rantai feodal yang layaknya digambarkan oleh teman-teman eropa seperti Tuan Tanah dan buruh. Padahal Argumentasi begini ialah sebuah denial atau sikap yang mempertahankan diri yang seoalah-olah membenarkan diri, karena mentang mentang RAK dianggap momen penghakiman, padahal RAK bukanlah momen yang menampilkan seolah-olah manusia ialah hakim yang mewakili Tuhan di dunia ini. Manusia ialah hakim palsu, sesungguhnya Tuhan nan Haq sejatinya Hakim kita semua. Jadi jangan mengambil peran Tuhan, apalagi menghakimi!!!
Perlu ditegaskan dan di ingat kembali lagi, karena forum LPJ/RAK ialah forum adu gagasan serta perbaikan/berbenah, maka Kecendrungan Senior-senior pada saat RAK Menghakimi para pengurus dengan Segenap Wawasan yang ia pelajari dari senior lainnya (tradisi) Ada yang Marah-marah, ada yang kalem, Ada yang kritis, dan macem-macem lah, sudah sepatutnya yang kurang sehat buat kader baru jangan dipertontonkan.
RAK bukan menyudutkan Pengurus Dengan Dalil Saya senior dan pengurus hamba yang penuh ketakutan. Dengan suara yang keras, namun belum tentu juga bisa dibenarkan. Karena kebenaran bukan dari Suara yang keras, tapi apakah ada nilai Rasionalitas dan Ilmiah nya (objektif).
Karena proker yang telah dibikin pengurus dan dijalankan oleh mereka sepenuhnya tanggung jawab dan kreasi mereka. Dan itu ialah sebuah tafsir yang ditopang dengan Intelektual mereka pula. Maka RAK itu jika dilihat dari tafsir ini ialah moment Uji intelektual antara proses senior dan junior saat berkader.
Adapun kinerja Pengurus yang kerap kali dikritisi itu pada dasarnya memantik ruang dialog, apakah pengurus mampu memperlihatkan hasil tafsir suatu proker yang lebih waw dari pengurus sebelumnya, ataukah hanya begitu-begitu saja atau mengalami satu kemunduran yang parah.
Shadaqaulahuladzim.
Bihaqqi Muhammad saww....
Malang, 19/12/24
Komentar
Posting Komentar