Proyek Perkaderan #7
Mahasiswa! Jangan Mau Bergabung Ke HMI
Penulis : Alirumi
Jangan masuk HMI, HMI itu Muhammadiyah, HMI organisasi berpaham Liberal, Anak-anak HMI kuliahnya pada molor, HMI underbow nya partai dan macem-macem lagi stempel yang telah dilekatkan. Dear mahasiswa, anda yang dijuluki sebagai agen, harusnya tak mudah terprovokasi dengan informasi yang belum jelas secara fakta dan sumbernya. Namun tak apa juga jika anda telah menelan informasi terkait organisasi kemahasiswaan islam ini secara instan. Tentu itu hak anda, akan tetapi jika persoalan itu emang benar, maka HMI sudah sepatutnya mengkampanyekan organisasi ini terbebas dari lebel manapun.
Dalam konteks dunia pendidikan, terutama yang biasanya disebut dengan dunia akademis, mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan (agen of change). Namun, di tengah dinamika kehidupan kampus, banyak mahasiswa yang merasa tertekan untuk bergabung dengan organisasi kemahasiswaan tertentu, termasuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tulisan ini bukan promosi dan bukan juga alat provokasi agar mahasiswa jangan masuk ke HMI, sebaiknya mahasiswa mengeksplorasi alasan mengapa mereka harus berpikir dua kali sebelum bergabung dengan HMI, serta pentingnya memilih jalan sendiri dalam proses belajar dan pengembangan diri.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah salah satu organisasi mahasiswa yang memiliki visi dan misi dalam mengembangkan intelektual dan spiritual mahasiswa berdasarkan ajaran Islam. Meskipun organisasi ini memiliki banyak manfaat, seperti relasi alias networking, pelatihan kepemimpinan, dan pengembangan diri, mungkin tidak semua mahasiswa merasa cocok atau sepakat dengan ideologi dan pendekatan yang diusung HMI.
Salah satu alasan utama mahasiswa harus mempertimbangkan dengan serius keputusan untuk bergabung dengan HMI adalah pentingnya, apakah ia bisa mengembangkan potensi dirinya ataukah malah tak berkembang sama sekali. Dalam organisasi, biasanya sering kali terdapat tekanan untuk mengikuti pendapat mayoritas alias kesepakatan suara yang banyak. Mahasiswa yang bergabung dengan HMI mungkin merasa terbatasi dalam menyuarakan pandangannya, terutama jika pandangan tersebut bertentangan dengan ideologi organisasi. Kebebasan berpendapat merupakan suatu perbedaan yang perlu diterima secara legowo, kebebasan berpendapat adalah salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dan mahasiswa perlu ruang untuk mengekspresikan diri mereka demi kelangsungan potensi yang ada pada dirinya.
Bergabung dengan HMI berarti harus mengakui dan mendukung ideologi yang diusung oleh organisasi tersebut. Jika didalam HMI memiliki ideologi sebagai basis perjuangan, dan banyak mahasiswa yang setuju dengan visi HMI, namun tidak sedikit pula yang merasa terpaksa mengikuti aturan dan nilai-nilai yang mungkin tidak sesuai dengan keyakinan pribadi mereka. Dalam proses pembelajaran dan pencarian jati diri, sangat penting bagi mahasiswa untuk mempertahankan integritas pribadi dan menghindari konformitas yang dapat membatasi perkembangan pikiran kritis. Contohnya saja, basis ideologi (NDP) ditubuh HMI pernah mengalami perubahan, belum lagi aturan konstitusi.
Sebagai mahasiswa yang tak mau di stempel kupu-kupu (kuliah pulang) alhasil Menyibukkan diri dalam organisasi seperti HMI sering kali menyita waktu dan perhatian mahasiswa dari tujuan utama mereka, yaitu menyelesaikan studi dengan baik. Mahasiswa yang terlibat dalam organisasi yang padat aktivitasnya dapat mengalami kesulitan dalam mengatur waktu, yang berdampak negatif pada prestasi akademik. Tentu dengan jadwal yang padat, Penting bagi mahasiswa untuk mempertimbangkan prioritas dan memastikan bahwa mereka tidak kehilangan fokus dalam mencapai tujuan utama ataupun pendidikan mereka. Bukan juga kita ingin menyalahkan sebuah organisasi apabila mahasiswa yang terjebak di dalamnya membuat akademis mereka anjlok, Di HMI tujuannya sudah jelas, bahwa Insan Akademis masih menduduki peringkat utama, yahhh tentu yang salah ialah individu saja mungkin karena tak bisa membagi waktunya skala prioritas.
Mahasiswa tidak perlu bergantung pada satu organisasi untuk mengembangkan diri mereka. Ada banyak kesempatan pengembangan diri di luar HMI, seperti seminar, workshop, dan organisasi kemahasiswaan lain yang lebih sesuai dengan minat dan nilai-nilai individu. Bergabung dengan berbagai kegiatan yang beragam dapat memberikan pengalaman yang lebih luas dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbagai bidang yang sesuai minatnya.
Mungkin saja Salah satu isu yang perlu diwaspadai adalah potensi radikalisasi yang dapat terjadi dalam organisasi-organisasi tertentu, termasuk HMI. Karena HMI yang berasaskan islam, ia organisasi yang pastinya menerima segala mazhab atau aliran apapun asalkan islam. Meski tidak semua anggota HMI terlibat dalam tindakan ekstrem, ada kemungkinan bahwa mahasiswa yang terpapar pada lingkungan yang terlalu ideologis dapat terpengaruh oleh paham-paham yang ekstrem. Yahhh, seperti, menjadi ateis, agnostik, ataupun di stempel sebagai orang yang berpaham liberal. Hal ini tentunya berisiko bagi masa depan mereka, baik secara akademik maupun sosial. Apalagi masyarakat indonesia yang belum terlalu siap menerima keberagaman mazhab agama yang ada, bisa saja segala ancaman akan kita rasakan.
Adakalanya ketika Bergabung dengan HMI dapat membatasi interaksi sosial mahasiswa dengan kelompok lain di kampus. Ketika mahasiswa terjebak dalam satu organisasi, mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan mahasiswa dari latar belakang dan pemikiran yang berbeda. Sebagaimana fakta Masyarakat tentu memiliki klasternya, begitupun anak-anak HMI yang lebih cendrung berkumpul dengan sesamanya, begitu juga dengan organisasi lainnya, hal ini tak bisa kita pungkiri, kecuali acara cipayung untuk berkumpul sama sama dan itupun tak bertahan lama. Sayang saja, kita ingin melihat dunia yang lebih luas, namun terbatas oleh sekat-sekat komnuitas, padahal Keragaman pemikiran adalah kunci dalam mengembangkan perspektif yang lebih luas, yang sangat penting dalam dunia yang semakin kompleks ini.
Mahasiswa yang bergabung dengan HMI mungkin menjadi terlalu bergantung pada struktur dan aturan organisasi. Walaupun ada beberapa yang tak mematuhinya, mungkin saja dapat menghambat kemampuan mereka untuk berpikir independen dan beradaptasi dengan situasi yang berubah. Dalam dunia yang cepat berubah, kemampuan untuk bertindak secara mandiri dan kreatif adalah keterampilan yang sangat urgen.
Bergabung dengan HMI sering kali membawa stigma atau label tertentu, baik positif maupun negatif. Mahasiswa yang terlibat dalam HMI mungkin dianggap sebagai "Islamis" karena label islamnya atau "politisi/aktivis kampus," karena keberanian melontarkan gagasan visioner. Label ini bisa saja mempengaruhi cara orang lain memandang dan berinteraksi dengan mereka, sehingga bisa saja menghambat pengembangan jaringan sosial yang lebih luas ataupun mereka dilirik pada pragmatisme intelektual.
Akhirnya, penting bagi mahasiswa untuk mengingat bahwa keberanian untuk berbeda dan berpendapat sendiri adalah bagian dari proses pembelajaran. Mungkin mahasiswa memiliki nilai-nilai yang berbeda atau cara pandang yang unik tentang isu-isu sosial dan politik. Daripada terjebak dalam satu organisasi, mereka seharusnya merasa bebas untuk mengeksplorasi berbagai ide dan membangun diri mereka sendiri.
Meskipun HMI menawarkan banyak keuntungan, mahasiswa seharusnya berpikir kritis dan menyeluruh sebelum memutuskan untuk bergabung. Kebebasan berpendapat, fokus pada akademik, dan kesempatan untuk mengembangkan diri di luar struktur organisasi merupakan beberapa alasan kuat untuk memilih jalan sendiri. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, mahasiswa perlu mempertahankan integritas pribadi dan berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dan tujuan hidup mereka. Menjadi mahasiswa adalah tentang menemukan jati diri dan mengembangkan potensi secara maksimal, bukan sekedar mengikuti arus.
Barangkali, masuk HMI gara-gara promosi ugal-ugalan kader HMI yang menjual posisi elit para alumni. Tak apa, jika sudah terlajur masuk, anda bisa saja keluar, kalaupun sudah nyaman, silahkan dilanjutkan. Namun, yang menjadi penting ialah, sebagai mahasiswa yang telah bergabung ataupun belum bergabung pada organisasi pilihannya, lebih baik anda mempelajari dan mendalami suatu organisasi tersebut. Jangan sampai hanya mendengar rayuan serta bujukan maut senior-senior dikampus anda menjadi orang yang tidak enakan dan akhirnya hati anda luluh dan mengikuti perkataan orang dan bukan perkataan diri sendiri.
Kota Malang, 31/10/24
Shadaqaullahul Adzhim
Bihaqqi Muhammad Saw...
Komentar
Posting Komentar