Proyek Perkaderan #5

komisariat, kaderisasi & Masa Depan HMI

Penulis : Alirumi

Organisasi yang lumayan tua jika disandingkan dengan umur manusia, organisasi yang tidak hanya besar sejarahnya, namun dari segi kuantitas  juga tak terkalahkan. Himpunan mahasiswa islam atau HMI merupakan organisasi yang memiliki kader yang lumayan banyak dari berbagai kampus yang telah berhimpun, memiliki 200 lebih pimpinan cabang tersebar di hampir 300 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Bisa kita bayangkan jika 200 lebih cabang yang ada, maka jumlah komisariat sebagai kran awal penerimaan mahasiswa berhimpun didalamnya pastilah banyak, meminjam data dari UICI jumlah komisariat seluruh Indonesia hampir 2000 an.

Dengan kebesaran yang telah dicapai organisasi ini tentu tak lepas pula dari kader-kader yang telah berproses dengan keberuntungan yang telah dicapaianya. Nama besar organisasi pastilah tak lepas dengan pendahulu yang telah bekerja keras membangun Branding nama organisasi ini. HMI yang kian hari kian besar dengan ditandai banyaknya pembukaan cabang serta komisariat dari setiap kampus yang ada merupakan hasil jerih payah bagi setiap kader yang ingin melebarkan HMI diberbagai tempat yang ada.

Setelah melewati beberada dekade dalam tubuh HMI, kita para kader HMI bisa marasakan apa yang telah di dapatkan ketika bergabung dengan organisasi ini. Keberhasilan kader dalam pencapaian saat berproses tentu berbagai macam, ada yang jadi manusia, setengah manusia, bahkan tak dapat apa-apa. Biasanya orang menyebutkan dengan  Proses tidak mengkhianati hasil. Sejauh mana proses kita, maka sejauh itu pula hasil yang di dapatkan. Yahh, walaupun ketika harapan dan kenyataan tidak sesuai dengan tujuan awal ingin bergabung dengan organisasi ini, minimal nama kalian sudah terdaftar di organisasi yang tak kalah penting dalam perjalanan sejarah Indonesia ini.

Saat ini HMI yang segera mencapai kepala delapan apakah mengalami suatu pencapaian yang lebih membanggakan ataukah tidak? Tentu, perubahan-perubahan besar ditubuh HMI berawal dari kemajuan yang dialami secara mendasar, yaitu ruang-ruang komisariat. Terlepas dari keterlibatan para pendahulu,  Mengapa komisariat menjadi penting sebagai awal penentuan apakah HMI mengalami Kemandulan ataukah kemajuan.

Komisariat sebagai salah satu faktor pendukung HMI akan menjadi perubahan-perubahan Besar, komisariat sebagai wadah utama para mahasiswa berproses, rahim  kaderisasi dimulai, oleh karena itu komisariat perlu memperhatikan dan menjaga pola perkaderan sebaik-baiknya. Sebagai kader HMI, tentu kita tak mengharapkan kader-kader HMI yang berproses hanya mendapatkan lelahnya oleh proker-proker yang ada, proker bukanlah sekedar formalitas demi melanjutkan estafet kepengurusan, proker menjadi penting penempaan kaderisasi. Dan yang menjadi pentingnya ialah bagaimana para pengurus sekaligus kader yang terlibat dalam pembinaan umat tetap konsisten dalam proses pengkaderan ini.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada tataran komisariat sebagai kran awal perkaderan ialah, keluar masuknya pengurus alias penyakit struktural. Bad mood dan mood nya pengurus dalam menjalankan amanah mereka. Tentu kita bisa terima alasan, bahwa tujuan awal HMI ialah insan akademis, bukan berarti tujuan tersebut sebagai dalih kita tak mau terlibat dalam pembinaan sehingga membuat banyak pengurus tak aktif kembali. Bukankah kita diajarkan dalam agenda-agenda training dengan kepemimpinan, manajemen dan organisasi.  Harusnya, kita cuman butuh komunikasi saja dalam menjaga perkaderan ini, bukan meninggalkan begitu saja dengan alasan-alasan klasik.

Tak dapat menutup mata pada realitas objektif, secara kuantitas, sumber daya dalam himpunan ini terkuras sia-sia karena estafet kepengurusan hanya mencomot kepemimpinan demi menutupi lubang keretakan organisasi. Hal ini membuat para kader begitu banyak menghabiskan kekuatan-kekuatan produktifnya telah terkuras untuk mengurus konflik struktural yang merembet dari cabang hingga komisariat.

Diwilayah komisariat yang menjadi titik vital kini memiliki penyakit yang telah lama terjadi, penyakit yang menyerang mental alias tidak semangat berorganisasi, mungkin kerja kemanusiaan begitu berat sebab tak dibayar oleh uang dan hanya dibayar oleh keringat, air mata dan kesabaran, membuat sebagian pengurus merasa capek dan lemah semangat dalam bertugas, blom lagi ditimpali masalah keluarga, keuangan serta tugas-tugas kuliah, banyak para pejabat komisariat mengalami diam-diam menghilang alias ngga aktif.

Mengapa kecendrungan pengurus setingkat komisariat mengalami pasang surut semangat berorganisasi? Apa faktor penyebab masalah yang telah lama sering terjadi ini masih bertahan? Tentunya masalah internal begini dari setiap komisariat akan berbeda-beda gejalanya. Apakah tak bisa ditemukan solusi bagaimana para kader tidak hilang dalam proses berorganisasi. Hal ini butuh evaluasi terus-menerus dan kesadaran diri yang stabil. Akan tetapi, kita para kader yang kadang mood dan badmood dalam berorganisasi, akhirnya kembang kempis berorganisasi pun menjadi tumbal perasaan subjektif kita.

Apabila Kaderisasi di setingkat komisariat tak berjalan begitu masif, maka siap-siap saja HMI mengalami penurunan mulai dari kuantitas serta kualitas, saat ini bisa kita rasakan dampaknya. Beberapa Komisariat sudah mulai mengalami sepi peminat bahkan hampir gulung tikar karena jualannya sudah ketinggalan zaman dan tak memiliki inovasi yang mampu memikat para generasi milenial ini. Diera sekarang serba digital, para kader telah dihadapi dengan kenyataan yang pahit, tantangan berHMI semakin sulit jika tak mampu membaca realitas.

Kesibukan kita BerHMI yang hanya diperlihatkan dan dipertontonkan dengan kemewahan seorang kakanda serta capaian Kesuksesan hanya diukur apabila ada seorang alumni yang mengisi posisi strategis kenegaraan. Tak dapat dipungkiri, dengan dalih bersilaturahmi terdapat suatu kepentingan yang disamarkan dan organisasi. Digunakan hanya sebagai jembatan untuk memenuhi hasrat individu-individu maupun segelintir orang di dalamnya.

Sekelas komisariat saja pertarungan politik praktis yang masih banyak dilakukan membuat sebagian kader telah pesimis, politik kesukuan, kedaerahan dalam pemilihan ketum masih ada, kita bukan lagi melihat kelayakan pemimpin, tapi lebih cenderung pada Nepotisme dan politik identitas. Percaturan politik yang begitu naif disetingkat komisariat menjadi PR besar demi perbaikan perkaderan.

BerHMI dengan Orientasi yang mengarah pada kekuasaan telah menyebabkan HMI saat ini mengalami penurunan Baik dalam sistem pengkaderan maupun wacana dan tradisi pemikiran-pemikirannya. HMI tak lagi memberi pengaruh yang kuat dalam wacana kebangsaan, keumatan, dan terutama dinamika kemahasiswaan. Semua karena antusiasnya yang mendukung kader untuk menjadi pejabat atau politisi bukan lagi sebagai penjagaan tradisi intelektual.

Apa yang kita perbuat selanjutnya, Setiap tahunnya, minat mahasiswa baru untuk mengikuti pengkaderan telah menurun, karena pola yang digunakan masih sangat klasik. Dialog-dialog perkaderan yang katanya demi perbaikan HMI kedepan tak juga menghasilkan sebagaiamana yang diharapakan. Ujung-ujungnya Ketika, akan menggelar basic training alias LK1,  pamflet-pamflet yang berisi gambar-gambar alumni HMI yang telah masuk dalam tubuh birokrasi dijadikan umpan minat mahasiswa bergabung ke dalam organisasi. Dengan memanfaatkan citra alumni-alumni yang sudah tenar, kaya raya dan berselimutkan kekuasaan menjadi andalan dalam perekrutan.

Cara ini seakan-akan bikin tidak ada yang bisa dilakukan HMI untuk menarik minat selain mempertontonkan kekuasaan. Dan Tak heran pula kalau dalam benak caker (calon kader) yang terlintas adalah HMI itu mampu menjamin masa depan. Terutama dapat membentuk mereka kelak menjadi tokoh. Kini perekrutan kader telah mengutamakan bagaimana menambah kuantitas, bukan untuk menambah kualitas, terkesan seoalah-olah organisasi ini telah menjadi sebuah perkumpulan ormas.

Daya kritis seakan-akan tak lagi ada pada HMI. Mereka tak lagi menarik mahasiswa untuk menjadi pemikir seperti Nurcholish Madjid, dawam rahardjo, dan tokoh lain yang punya daya pikir hebat. Setingkat cabang yang seharunsya sebagai laboratorium perkaderan, kini menjadi laboratorium perpolitikan, apalagi wilayah komisariat yang harusnya menjaga stabilitas perkaderan kian mengalami penurunan. Jika cara seperti ini yang terus dilakukan, maka tentunya tujuan HMI untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah SWT, seakan hanya menjadi hal yang bersifat utopis. Dan Kini Adil makmur untuk siapa?

Jubah kekuasaan yang jauh dari visi keadilan telah merusak kaderisasi yang dikampanyekan terus menerus di tubuh HMI, kegiatan-kegiatan yang mengatasnamakan perkaderan namun tak begitu mampu memproyeksikan HMI kedepannya. Kader-kader yang telah tertidur pulas dengan diimingi ketenaran serta kekuasaan menjadi bumerang bagi HMI itu sendiri.

Tentu kita tak bisa sepenuhnya menyalahkan kekuasaan yang telah diraih para pendahulu, namun sayangnya saja, para kader yang tak cukup mengontrol dirinya akan menjadi benalu ditubuh HMI, banyak kasus-kasus yang ada, para senior terjerat korupsi, nepotisme yang katanya dulu ialah jagoan di komisariat ataupun dicabang bahkan setingkat PB tempat ia berproses bisa saja sebagai faktor penyebab citra HMI menurun karena perbuatan yang tak layak dipertontonkan.

Ala kulli hal, setiap dari kita pastilah sangat menginginkan organisasi HMI ini menjadi lebih besar, ini adalah harapan yang tak bisa kita pungkiri, akan tetapi harapan ini perlu kita sadarkan pada hal-hal yang kecil di saat kita menempa diri yaitu pada wilayah komisariat. Jangan kita menjadikan titik vital perkaderan sebagai tempat permainan-permainan kotor yang tak seharusnya ditempatkan, wilayah komisariat harus dibebaskan dari kepentingan politik praktis yang dapat menghambat jalannya perkaderan. Karena, komisariat ialah pintu awal mencetak kader-kader masa depan, maka jangan kita rusak masa depan itu dengan keterlibatan haus kekuasaan, pragmatisme politik serta kepentingan yang merugikan banyak pihak. Kita semua berharap bahwa komisariat ialah tempat yang murni kaderisasi dibentuk.

Shadaqaulahul adzhim....
Bihaqqi Muhammad saww...

Kota malang, 8/10/24


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8