Proyek Perkaderan #4

"Bubarkan" Kohati Cabang Malang?

Penulis : Alirumi

Korps HMI wati atau Kohati, ia merupakan Badan Khusus Dari Himpunan Mahasiswa Islam dan termasuk semi otonom. Di perjuangkan oleh Maesaroh Hilal dan Siti Zainah. Dalam perkembangannya kemudian muncullah Siti Baroroh, Tujimah, dan Tedjaningsih. Kehadiran mereka pun memberikan kesadaran untuk secepatnya membentuk kohati.

Kohati yang juga merupakan badan khusus HMI bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Sederhananya, Kohati adalah wahana untuk mengakomodir potensi dan menampung aspirasi para HMI wati (para yunda yunda)

Kohati sebagai sub-sistem dalam perjuangan HMI. Latar belakang munculnya sifat ini, karena pada dasarnya anggota HMI mengakui adanya kesamaan kemampuan dan kesempatan antar anggota, baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga tak heran apabila kehadiran KOHATI ialah sebagai hal penting untuk menyelesaikan Tugas-tugas serta Tujuan HMI tersebut.

Namun jika kita melihat saat ini, Mengapa yunda-yunda di malang kurang menampakkan persaingan di antara kanda-kanda. Pada faktanya, dari segi pemateri" yang dimalang kebanyakan dari hmi wan, hmi watinya entah kemana? Apa iya masih sibuk ngurus internal ataukah memang tak seprogresif pendahulunya. Jarang kita temukan pemateri filsafat, NDP, Konstitusi, SPI & SPHMI dll nya, ialah para yunda, tentu ada beberapa orang tapi dapat dihitung jari.

Pada muskohcab kemarin, para yunda-yunda mengalami kurang peminat menjadi ketum, sehingga berdampak mengalami sepi calon formatur yang akhirnya jatuh dengan aklamasi. Mengapa bisa terjadi, kemana SDM kohati cabang Malang? Mengapa peminat menjadi ketum tidak begitu banyak?

Saya pun rela meluangkan waktu untuk membaca Pedoman Dasar Kohati (PDK) Kohati agar bisa tau isi di dalamnya. Kita bisa lihat dalam PDK Kohati tentang tujuan Kohati, yakni Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita. Ini kan sama dengan tujuan HMI, hanya saja ada tambahan muslimah. Di PDK itu juga ada peran Kohati, yakni sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai Keislaman dan Keindonesiaan. Pertanyaan saya, apa iya HMI dengan Bidang Pemberdayaan Perempuan masih tidak bisa membina muslimah HMI?

Sejauh ini pembinaan di wilayah malang masih berjalan di tempat, roda perkaderan yang mengalami bocor alus.
Apa yang menjadi penyebab hal ini terjadi? Mungkin kita lebih perlu mengoreksi bagian" struktural perkaderan ini, banyak yang mengira perkaderan di tubuh kohati berjalan aman, dimana letak aman nya? Kondisi-kondisi yang lumayan mengenaskan, mulai dari kondisi internal sampai berdampak pada perkaderan mereka yang dengan di tandai penurunan kualitas kader hmi wati.

Memang Kohati di malang masih optimisme buat bangkit melanjutkan perputaran perkaderan ini. Walaupun dengan pasang surut nya semangat, yang terpenting ialah tetap survive, dan tentunya kita tak menginginkan dengan alasan tak semangat berorganisasi  sehingga membuat roda perkaderan tidak berputar, justru kohati cabang malang mengalami kematian.

Adanya peran kohati diwilayah malang perlu dibanggakan, karena masih ada para perempuan-perempuan alias yunda-yunda yang memiliki perhatian begitu besar bagi eksistensi mereka. Namun, yang perlu juga kita perhatikan ialah, untuk memiliki daya saing yang tak kalah dengan para kanda, sudah sepatutnya yunda-yunda jangan minder dan baper dalam proses perkaderan. Di setingkat komisariat yang sebagai basis awal perkaderan, kecendrungan kebanyakan para yunda-yunda selalu pasif, mungkin pasif mereka bukan berarti berdiam diri total, mungkin pula mereka diam-diam mengamati. Semoga saja begitu....

Tanpa menafikan organisasi perempuan lainnya, Eksistensi Kohati di HMI ini menjadi tolak ukur peradaban gerakan keperempuanan. Bahkan bukan menjadi hal yang langka, banyak diantara kader HMI Wati memimpin HMI,  dari di komisariat, cabang, bahkan BADKO HMI, dll. Kita berharap juga seperti itu untuk di wilayah malang, Kehadiran Kohati wilayah malang bukan sebagai pelengkap layaknya istri biologis para istri Pejabat Pemerintah, sebab kohati bukanlah sama dengan organisasi atau persatuan istri-istri lembaga pemerintah. Oleh karena itu pula, para hmi wati yang berada di kohati haruslah memiliki kesadaran akan eksistensinya.

Kebangkrutan perkaderan di tubuh kohati wilayah malang menunjukan bahwa ada yang tidak beres dalam pola perkaderannya. Kemunduran Kohati Cabang Malang bisa ditinjau pada berbagai hal, seperti penurunan dalam aktivitas, keanggotaan, atau kinerja organisasi tersebut. Kaderisasi dan Pendidikan, adalah salah satu bagian dari HMI yang fokus pada pengembangan dan kaderisasi anggotanya.

Jika kita ingin mengetahui lebih spesifik tentang penyebab kemunduran tersebut, sudah seharusnya kita melihat kondisi faktor internal atau eksternal yang memengaruhi, bisa jadi melibatkan isu manajerial kepemimpinan, atau perubahan dalam dinamika anggota dan lingkungan sosial-politik di tubuh kohati cabang Malang.

Yunda-yunda wilayah malang alias hmi wati yang berada di kohati cabang  mengalami beberapa kemunduran yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor utama adalah berkurangnya minat peserta untuk terlibat dalam kegiatan organisasi. Banyak mahasiswa yang lebih memilih fokus pada studi akademik dan karier pribadi, sehingga mengabaikan peran aktif di dalam kohati. Yahh, walaupun insan akademis menjadi prioritas tapi persoalan ini cuman bagaimana saja manajemen waktu kita.

Selain itu, kurangnya inovasi dalam program dan kegiatan yang ditawarkan juga menjadi penyebab. Banyak kegiatan yang diadakan terasa monoton dan tidak relevan dengan kebutuhan saat ini. Hal ini menyebabkan penurunan partisipasi dan semangat anggota. Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan juga turut berkontribusi pada kemunduran ini, di mana adanya isu-isu internal seperti konflik antar anggota dan kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan mengakibatkan hilangnya kepercayaan.

Kemunduran kohati juga terlihat dari aspek pendanaan. Banyak program yang terhambat karena minimnya anggaran dan partisipasi kepengurusan. Ketergantungan pada dana pribadi dan kurangnya strategi pencarian dana yang efektif membuat kohati sulit untuk menjalankan program-program yang menarik dan bermanfaat.

Dari sisi eksternal, tantangan dari perkembangan teknologi dan media sosial juga menjadi faktor. Mahasiswa saat ini lebih banyak berinteraksi melalui platform digital, yang membuat kegiatan tatap muka kurang menarik. Yahh, walaupun ada beberapa bagian yang masih tertarik dengan kajian tatap muka lamgsung, tapi dengan keberadaan teknologi mungkin bisa dikembangkan kajiannya menjadi dua alam alias hybrid. Kohati perlu beradaptasi dengan perubahan ini untuk menarik perhatian anggota baru, apalagi Di zaman millennial begini.

Untuk mengatasi kemunduran ini, kohati perlu melakukan evaluasi menyeluruh dan merumuskan strategi baru yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa. Membangun relasi dan gaya bicara yang baik serta menciptakan program yang menarik dapat membantu mengembalikan semangat dan meningkatkan partisipasi mahasiswa. Tanpa perubahan tersebut, kohati berisiko semakin terpinggirkan dalam ekosistem organisasi kemahasiswaan.


Shadaqaulahuladzim
Bihaqqi Muhammad Saww.

Malang, 18/9/24


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8