Keterbatasan Akal & Keraguan TerhadapNya

Benarkah Akal Terbatas? Dimana Keraguan itu Muncul?

Penulis: Alirumi


Dewasa ini tak heran bila orang jatuh bangun dalam membangun pondasi kepercayaannya. Ada yang berhasil melepaskan keraguan itu ada pula yang tak bisa menghindari nya. Alam semesta penuh dengan kemungkinan nya, probabilitas alam yang selalu bergerak dinamis membuat sebagian orang gelisah dalam urusan menemukan kepastian di alam ini. 


Berbicara keraguan tentu tak terlepas dari kepastian pengetahuan, satu hal yang menjadi urgen didalam kehidupan manusia ialah masalah kepastian, manusia selalu ingin mencari kepastian, sebagaimana didalam hubungan pacaran, jika terlalu lama pacaran tentu salah satu pihak akan menanyakan kapan kita ke jenjang yang lebih serius, yaitu menikah. dalam hal ini proses kepastian itu selalu ingin dituntut, karena semua orang tak mau berada didalam ketidakpastian. 


Adapun persoalan didalam kepastian ialah keraguan itu sendiri, bagaimana seseorang menyelesaikan masalah keraguan di dalam dirinya ataupun diluar dirinya. Keraguan pada dasarnya baik, karena ia sebagai gerbang untuk manusia memperoleh sebuah kepastian, namun berbahaya apabila keraguan dijadikan sebagai rumah untuk bertinggal, maka keraguan akan menjadi penjara diri, akibatnya kita akan selalu skeptis dengan segala objek diluar diri dan bisa jadi juga terkait diri kita sebagai peragu kita ragukan pula, mungkin agak terlihat sedikit extrem sih. 


Pembahasan probabilitas pengetahuan dan apa pentingnya pengetahuan menjadi sangat penting didalam kehidupan manusia, sebab dengan pengetahuan lah manusia bisa melihat baik dan buruk pada kehidupannya, sederhananya Pengetahuan sebagai pembimbing tindakan Manusia. 


Sebagaimana persoalan kehidupan ini dengan dinamika keresahan, kegalauan ketidak tenangan diri dan ketidak berdayaan menemukan diri, kita mulai melihat alam dan se isinya ini seolah-olah tak memberikan apa" (nihil). Karena kita tak menemukan kepastian pada alam, manusia ataupun objek lainya. 


Ada beberapa tokoh yang mungkin bisa kita gambarkan terkait, persoalan kehidupan, apakah ada kepastian di alam ini ataukah hanya fatamorgana dan bayang-bayang saja, Sebagaimana sufi menganggap bahwa alam hanyalah bayang-bayang. Mungkin kita akan mengambil perwakilan tokoh" intelktual bisa dari yunani, eropa dan islam dalam konteks keraguan dan kepastian. 


Melihat dari pemikiran Yunani tentu ada panglima pyrho sebagai tokoh yang mewakili teman" skeptis atau kaum peragu. Pyrho didalam jejak menemukan kepastian, ia selalu terjatuh pada ruang" keraguan, sebagaimana ia meragukan alam, panca indra manusia bahkan akal manusia itu sendiri. Bagi om pyrho ini, Alam memunculkan keraguan, seperti halnya disaat padang pasir yang cuaca nya begitu panas, seakan-akan disalah satu tempat itu seperti adanya air, namun ketika kita jumpai ternyata tidak ada air, ini sebagai kondisi fatamorgana. 


Nah bagi om pyrho kayaknya panca indra kita menipu dan alam pun juga menipu kita terkait kondisi begitu. Ya sederhananya seperti pesawat yang terparkir itu gede sekali, namun ketika pesawat yang sedang terbang itu sangat keliatan kecil, lantas dimana kebenaran pada dua hal tersebut? Mana yang pasti. Dititik ini pryho mulai ragu terkait objek" yang diluar dirinya. 


Tak terlepas dary om pyrho, filsuf perancis rene descartes yang dikenal dengan bapak filsafat modern dan diktum nya yang sering dikutif yaitu cogito ergo sum (aku ragu maka aku ada), juga mengalami posisi seperti pyrho yaitu keragu-raguan. Sebagaimana yang dia contohkan, ketika kita melihat ranting pohon yang jatuh ke dalam air yang pada dasarnya ranting itu tidak bengkok namun ketika tercelup kedalam air mengalami kebengkokan, seolah-olah ranting itu kelihatan patah, tapi fakta sebenarnya ranting itu tidak patah, lantas dimanakah posisi kepastian kebenarannya pada ranting pohon tersebut? 


Sehingga pada posisi ini keraguan itu muncul dan kayaknya manusia itu mustahil memperoleh suatu kepastian didalam kehidupan nya, sebab indra dan alam tidak memiliki kepastian atau pun kebenaran di dalamnya. 


Bergeser ke Islam Ada Abu Hamid Al-ghazali atau sering disapa imam Alghazali, siapa yang tidak kenal magnum opus nya sang imam yaitu ihya' ulumuddin, atau karya lainnya yang terkenal dalam penyerangan filsafat ialah tahafut al falasifah, walaupun masih banyak karya nya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terlepas dari itu, berkaitan masalah antara keraguan dan kepastian, seorang sekaliber imam alghazali jatuh pada keraguan, terutama pada masalah nilai kebenaran alam ini. Ia mencontohkan antara alam mimpi dan alam kenyataan inj, ketika seseorang bermimpi dan dimimpi itu ia belajar dengan teman"nya, namun ketika ia bangun dari tidurnya, bahkan ia sendiri masih dalam keadaan tidak belajar dan masih ditempat tidur. Dari kedua fenomena ini menjadikan imam Alghazali jatuh pada keraguan, sebenarnya dimana ia sebenarnya, karena pada alam mimpi dan tidak bermimpi ini sama" nyata kejadian nya. Lantas bagaimana kita keluar dari kemelut keraguan ini? 


Mungkin kita harus kembali mempertanyakan diri, bukankah kita pada saat ini sangat yakin dengan dunia kuliah atau pertemanan, namun pada proses perjalanan waktu, kita jatuh pada keraguan, semisalkan di awal kuliah kita yakin dengan jurusan hukum, teknik akan bekerja sesuai dengan jurusan nya, tapi ketika sudah selesai kuliah dan mendapatkan ijazah kita bingung sendiri mau di apakan ijazah ini? Dan begitupula dengan dunia pertemanan, berteman bisa 5-10 tahun, proses perjalanan waktu ketika salah satu teman menghianati atau menipu diri kita, dan akhirnya kita mulai mengendor kepercayaan terhadap teman kita sendiri. Bukankah ini suatu fenomena yang sering  terjadi dalam kehidupan kita dan pada akhirnya kita jatuh pada keraguan. 


Ala kulli hal, kepastian yang beririsan dengan keraguan selalu terjadi pada kehidupan kita ini, konsekwensi apabila kita tak keluar dari kemelut keraguan maka kita tak akan menemukan kepastian, menyelesaikan keraguan hanyalah dengan kepastian, apakah dari ketiga tokoh intelektual yang kita jelaskan itu mereka tidak ingin kepastian, tentu mereka ingin menggapai hal itu, secara pikiran kita tak bisa tolak bahwa diri kita memiliki kepastian, yaitu kepastian pada pikiran, namun ketika kita melihat dan berhubungan langsung dengan Realitas ilmiah ini dan muncullah keragu-raguan itu, keraguan pada pikiran bukankah suatu kepastian, dan keraguan pada Realiatas itu pula bukankah suatu kepastian juga. Maka kemungkinan besar manusia dalam menyelesaikan keraguan nya ialah sebuah hal yang pasti. Dengan apa dipastikan nya? Tentu dengan Kekuatan pengetahuannya, sejauh mana ia bertahan. 


Shadaqaullahul Adzhim 

Bihaqqi Muhammad Saw...... 


Dinginnya Malang, 21/07/24


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8