Tuhan Ciptaan Pikiran, Ataukah Bukan?

Tuhan Dalam Kesatuan, keberagaman dan Kebertingkatan 

Penulis : Ali Rumi 

(Kelas Ontologi)


Tulisan sederhana ini mungkin banyak koreksian lagi, maka saya menulis semampu dan tingkatan yang saya punya. Permasalahan Kemendasaran wujud (eksistensi) dan Mahiya (esensi) selalu menjadi perdebatan panjang dalam menentukan mana yang mendasar diantaranya. Apakah wujud yang mendasar ataukah Mahiya yang mendasar? Dalam tulisan Riview singkat ini, mungkin hanya menyinggung sedikit  antara Wujud dan mahiya dari segi Kesatuan dan keberagaman.


1. Tipe-tipe Kesatuan Dan Keberagaman 


Berkaitan dengan kesatuan dan keberagaman, Mahiya dalam kesatuannya hanya ditemukan pada sisi Konsep saja. Sedangkan direalitas eksternal, Mahiya yang satu dan yang lain memiliki spesifik dan tidak sama satu dengan yang lainnya. Kesatuan pada Mahiya Direalitas sulit ditemukan, yang ada hanya Mahiya yang memiliki spesifik atau kekhususan masing-masing dan begitu juga antara Mahiya yang satu dengan yang lain disebut dengan mahiya Muraqab, Mahiya Muraqab, yaitu mahiya yang menaungi 2 Mahiya sederhana. 

Sedari awal kita telah melihat bahwa konsep kesatuan mahiya itu hanya berada dipikiran, maka tipikal kesatuan mahiya ialah kesatuan generik, atau kesatuan umum, dimana tataran itu hanya berkaitan pada wilayah pikiran saja. Maka predikasi banyak direaliats eksternal itu ialah predikasi umum atas spesifikasi Mahiya atau esensialitas wujud (iktibari).

Maka sangat sulit jika kita mengatakan kesatuan mahiya direalitas yang memiliki kekhasan atau kekhususan, keberagaman itu ialah Mahiya dan kesatuan tersebut sudah pasti kesatuan wujud. 

Banyak ialah lebih dari satu, dan banyak itu tidak bisa disatukan. Tentu arti banyak ia tinjauan akal atau iktibari yang berdasarkan pada segi umum dari penarikan kekhususan Mahiya atau spesifiknya. 

Semisalkan Sesuatu pada dirinya itu satu dan tidak berbilang. Contoh, satu spidol, satu buku dan lain lain. Ciri spesifik spidol bukan buku dan begitu juga buku. Masing masing menunjukkan kekhususan nya. Masing masing pada dirinya tidak bisa bersatu, semislkan panas pada dirinya, tidak bisa pada yang lain. Yang lain diluar dirinya seperti dingin. Maka sesuatu pada dirinya ialah satu. Tidak mungkin pada saat bersamaan ia panas sekaligus dingin. 


2. Kesatuan Dalam Konsep Wujud 


Kesatuan dalam konsep wujud ialah tunggal, ia adalah sesuatu yang sederhana, tidak bisa diurai. Artinya ia terlepas pada kesatuan spesies dan kesatuan mahiya hanya dapat diberlakukan pada mahiya saja, sedangkan konsep kesatuan wujud tidak berlaku. 

Didalam penjelasan ini, kesatuan konsep wujud disebut sebagai kesatuan univokal atau kesatuan saja dan banyak atau keberagaman (numerik) adalah ekuivokal. Jadi kita bisa melihat bahwa dipembahasan sebelumnya ada namanya kesatuan logika dan kesatuan filsafat, arti kesatuan dalam logika seperti universal, umum, didalam arti banyak atau beragam berarti ia memiliki banyak pensifatan diluar.

Konsep wujud yang bermakna tunggal atau univokal walaupun kemaujudannya banyak tapi ia maknanya satu.  Konsep wujud tidak bisa dipakai ke mahiya dan begitu pula dengan konsep Mahiya tidak bisa dipakai ke konsep wujud, Kecuali dipredikasi. Jadi kedua konsep ini bisa dikatakan iktibar. Sehingga kesatuan dalam konsep wujud disebut sebagai makna kesatuan dalam wujud, ada banyak kemaujudan diluar akan tetapi masing masing kita sebut sebagai makna kesatuan wujud. 

Berkaitan dengan berderajat pada wujud ialah sama sama ada. Semislkan, spidol ada, pulpen ada, buku ada. Dalam keberderajatannya ia sama sama ada. Maujud sama sama ada bukan berarti bermakna seragam, sebab ia memiliki arti spesifik atau kekhasannya. Artinya kesatuan konsep wujud bukan membuat keseragaman diluar. Akan tetapi membuat diluar menjadi sederajat. 

Kesatuan konsep wujud, dan kesatuan esensi wujud. Didalam pembahasan Metafora filosofis kita mengetahui bahwa Mahiya Muraqab tidak bisa kita satukan sebab ia memiliki esensial sendiri. Jadi Kesatuan konsep wujud bukan kesatuan esensial wujud. Sederhananya kesatuan konsep wujud ialah kesederajatan pada Maujud, bukan menyatukan esensial pada wujud. 


3. Konsep yang berderajat dan Seragam 

Kesatuan konsep wujud diluar sama sederajat nya tapi tidak seragam. Jadi tidak ada keseragaman yang ada hanya kesederajatan. Kesatuan wujud berarti kesederajatan dan kesatuan esensi tidak berarti keseragaman, tentu tidak mungkin. 

Benda sebagai benda ia seragam. Akan tetapi kekhasannya tentu tidak bisa hilang. Jadi yang paling tepat untuk dikatakan bahwa sesuatu itu sederajat bukan seragam. Apakah ada yang seragam di realitas eksternal ini? Tentu tidak. Maka dalam arti Sederajat tentu tidak menghilangkan sisi kekhususan pada sesuatu. 

Kesatuan Wujud atau sederajatnya itu menjelaskan maujud itu bukan berarti seragam, tentu ia ada sisi esensialitasnya. Semisalkan antara tuhan dan manusia, ia sederajat pada Maujud dan tidak mungkin seragam pada maujud.  Kalau diseragamkan jadi sama saja antara tuhan dan manusia sedangkan ia memiliki spesifik pada masing masingnya. Menyeragamkan Maujud tentu tidak mungkin terjadi, dan dari keseragaman itu muncullah kebertingkatan. 

Dari kemaujudan tentu bertingkat tingkat. Gradasi itu adalah aksiden pada mahiya sedangkan gradasi pada Wujud ialah hakiki karena ia dari wujud saja, dan sumber segenap dari perbedaan itu dari derajat wujudnya. Artinya, jika sama dalam arti wujud tidak ada kebertingkatan, maka antara tuhan dan manusia tentu sudah pasti sama. Jadi bukan keseragaman, yang ada ialah kesederajatan. 

Kesatuan dalam konsep wujud bukan berarti kesatuan dalam esensi, didalam esensi tentu memiliki ciri khasnya. Maka kesatuan dalam konsep wujud menjadi sesuatu itu sederajat bukan menjadikan ia sama atau seragam. Semisalkan kita sederajat dimata tuhan bukan berarti kita sama, artinya tingkatan sederajat kita berada pada yang sama. 

Akan tetapi di tingkatan yang mana tentu kita tidak sama (pencapaian). Kita sama sama dalam tingkatan wujud itu sama dengan artian lain sama sama eksis, tetapi dimana diri kita sendiri didalam tingkatan wujud itu berbeda masing masing punya kebertingkatannya. 

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kesatuan konsep wujud ialah sederajat, dan ada tingkatan dalam kemaujudan. 

Mulla shadra menyebutkannya dalam gradasi umum dan gradasi khusus. Jadi, sama sama ada itu ia sederajat, jadi apakah keberagaman bisa disatukan dalam konsep wujud? Tentu bisa, sebab konsep wujud dan kesatuan tidak ada pertentangan didalamnya. 

Contoh sederhana gradasi umum dan khusus Semisalkan kita belajar bersama sama dalam satu forum kajian ontologi filsafat (gradasi umum), akan tetapi dalam dalam segi pemahaman (gradasi khusus) tentu kita berbeda, Ada yang menangkap materinya lebih banyak dan ada yang sedikit pula. Kira kira begitu analogi kesederajatan dan gradasinya. 

Kesimpulan dari 3 tema diatas bahwa antara konsep kesatuan dan keberagaman serta sederajat, Seragam dan kebertingakatan. Esensial wujud tentu tidak bisa kita satukan dalam esensialitasnya itu seragam atau tidak bisa kita seragamkan. Maka kesatuan yang dimaksud ialah kesederajatan pada wujud dan kebertingkatan pada wujudnya memiliki spesifik. Antara konsep kesatuan pada wujud bermakna kesederajatan dan esensialitas pada wujud bermakna kebertingkatan nya.  Untuk saat ini kita hanya menemukan kesatuan dalam arti kesederajatan, dan adakah kesatuan murni direaliatas itu tanpa keberagaman?  


Mungkin itu yang sejauh bisa saya riview berkaitan tiga tema diatas. Semoga bermanfaat.


Shadaqaullahul Adzhim 

Bihaqqi Muhammad 


Malang, 22/5/2024



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8