Jalan Paradoks Industri Perkaderan & Pembusukan Ideologi Perjuangan
JALAN PARADOKS INDUSTRI PERKADERAN & PEMBUSUKAN IDEOLOGI PERJUANGAN
~Pengapnya PerkaderanPenulis: Ali Rumi
Bismillahirrahmannirrahim.........
sebagai organisasi kader diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi Allah SWT.
Dan HMI sebagai organisasi kader, sudah dicantumkan dalam konstitusi pasal 9 Anggaran Dasar (AD). Selain itu, masalah perkaderan juga ditegaskan kembali pada pasal 7 Anggaran Dasar (AD) bahwa HMI sebagai organisasi yang bersifat independen. HMI juga ditegaskan statusnya sebagai organisasi kemahasiswaan sesuai pasal 8 Anggaran Dasar (AD). Hal ini mencerminkn sejak awal dinamika HMI selalu memperhatikan tugas dan tanggungjawab serta semangat yang integral antara keIslaman dan keIndonesiaan.
Dalam perjuangannya, Dan dimana HMI juga memiliki Tujuannya, maka ia perlu doktrin perjuangan yang ditanamkan dan kelak menjadi identitas dirinya. Adapun doktrin landasan-landasan perjuangan yaitu: Pemikiran keislaman-keindonesiaan HMI, Tafsir Tujuan HMI, Tafsir Independensi HMI, Memori penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI, dan Nilai- Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Inilah sebuah landasan yang menunjukkan karakter HMI itu sendiri, jati diri yang membedakan HMI dengan organisasi lainnya.
kelima landasan doktrin perjuangan HMI tersebut adalah sebuah kerangka berpikir yang darinya terbangun banyak konsep pemikiran di dalam organisasi HMI. Termasuk konsep yang terbangun padanya adalah konsep terkait kepemimpinan. Maka Konsepan Kepemimpinan yang ingin dibangun ialah dengan kekuatan Spiritualitas, Intelektual, moralitas/Profesional, hal itu ialah konsep yang terbangun dari paradigma HMI.
Konsep Kepemimpinan spiritualitas, Intelektual, Moralitas/profesional, adalah sebuah konsep kepemimpinan ideal berdasarkan paradigma Himpunan Mahasiswa Islam. HMI dengan visi manusia Ilahi(insan kamil) bukan ingin Membangun kepemimpinan para kadernya berwajah Hitler, Stallin, Lenin, machiavelli dll. Sederhananya Pemimpin disini adalah sebuah kerangka berpikir yang telah dicontohkan atau dibangun oleh para Pendahulu seperti Kanda Lafran, Cak Nur, Azumardi azra, dawam Rahadrjo atau para elit organisasi yang dijadikan sebagai landasan atau pijakan dalam merumuskan suatu konsep pemikiran didalam organisasi.
Hmi pada awalnya organisasi pengkaderan, dimulai dari lapran pane sebagai pendiri HMI serta Caknur Pengagas Utama NDP. organisasi ini masih tetap menjaga tradisi pengkaderan (Nilai-nilai). Namun saat ini, HMI yang seperti Lapran pane dan Caknur sulit kita temui lagi, pasca mereka, para kadernya Lebih senang bermain Pragmatisme Politik ketimbang Penjagaan Tradisi Intelektual.
Ali Syariati mengatakan: "sebuah masyarakat akan mengalami kematiannya, apabila basis tradisi dihancurkan". Awal kemunduran perkaderan, bukan banyaknya dan canggihnya kita punya instruktur. Akan tetapi, kader yang lupa diri terhadap Nilai-nilai perjuangan tersebut.
Saat sekarang ini realitas telah menunjukkan bahwa polarisasi kader HMI terjadi pergeseran dari sebelumnya kader diharuskan berkarakter ideal seperti diatas, kini menjadi kader materialistik berwajah Marxis. disisi lainnya masih ditengahi oleh kader-kader yang Moderat. Terbelahnya para kader, Hal ini terjadi karena sebagian kader tidak mampu survive dari tingginya ombak kepentingan, sehingga mereka terombang-ambing dalam kepentingan individu dan kelompok lainnya, akhirnya mereka tanpa menyadari independensi sebagai sifat dasar HMI dan merupakan manifestasi dari peran HMI yang dirumuskan dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan. Memang betul Perjuangan juga butuh ongkos, tapi kalau ongkos seludupan gelap itu juga repot....
Kini Hampir setiap momentum ada Dialog perkaderan dimunculkan sebagai Peringatan untuk seluruh kader tetap menjaga dan memperbesar estafet Kepemimpinan. Tentu baik-baik saja. Namun Dialog-Dialog formalitas dan kepentingan Proker begitu, paling klimaks 2-3 jam dilakukan, setelah itu para petinggi duduk ngobrol sambil bisik-bisik tipis industrial politik. Kegiatan yang ada udang dibalik batunya ini terlihat waw yang menghipnotis motif sesungguhnya. Ada apa kita membincangkan Perkaderan dengan momentum" tertentu. Bukankan perkaderan itu ialah hal yang sudah sepatutnya kita bicarakan terus menerus tanpa menunggu aba-aba momentum. Apa ingin saja terlihat keren ataukah ini hanyalah sebuah kepanjangan tangan dari proyek" industrial kakandahh.....?
Disisi lain, para kader dimobilisasi untuk mengikuti dan meramaikan serta mensukseskan kegiatan tersebut ini membuktikan kekhawatiran kakandahh. Apakah acaranya bisa suskes dengan estimasi kuantitas yang ditargetkan ataukah justru sebaliknya, Jika kuantitas sesuai target maka mungkin saja kanda kita full senyum.
Perlu diketahui bahwa salah satu kelemahan kader dalam ber HMI adalah belum mampu melepaskan diri dari belenggu-belenggu kepentingan hasrat dan terus mengekor. hingga melupakan idealisme dan independensi etis maupun organisatoris yang seharusnya menjadi hal substansi dalam berproses. Alangkah lucunya, saat ini hal yang sepatutnya menjadi substansi tersebut, dan kini dijadikan seremonial yang disampaikan ketika momentum-momentum formal. Maka dari itu, kapasitas kader HMI yang didasarkan oleh tingkat intelektualitas, integritas, hingga spritualitas saat ini dipertanyakan.
Secara Fakta selama 77 Tahun HMI berdiri yang baru beberapa hari ini melaksanakan Milad, memang sudah beragam prestasi dan konstribusi yang telah ditoreh kader HMI maupun alumni HMI dalam bahu membahu membangun kebangsaan ini. Para kader boleh berbahagia, namun jangan menjadikan kader-kader HMI terlena dalam jubah kebesaran dari banyaknya prestasi dan kontribusi tersebut. Sebab, angka prestasi dan kontribusi yang dituangkan dalam pembangunan nasional masihlah sangat kecil. Kita terlena dengan jubah kebesaran pencapaian itu, padahal yang buruk-buruknya juga lumayan banyak lahir dari background HMI. Akibat Terlenanya kader HMI dalam berproses dan melihat kebesaran kakandah, dapat kita lihat dari pergeseran polarisasi kader yang semestinya haus akan khazanah keilmuan (tradisi) kini menjadi kader yang haus kepentingan dengan kecendrungan material alias perut dan dibawah perut.
Sehingga Lahirlah asumsi bahwa salah satu indikator pergeseran polarisasi kader HMI kemungkinannya disebabkan oleh lantaran sebagian besar kader tidak memahami dan tidak ingin memahami lebih jauh mengenai doktrin perjuangan atau Nilai-Nilai Dasar Perjuangan. Kita ketahui bersama, hampir lebih dari setengah kader HMI tidak memahami dan tidak ingin memahami Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP), dikarenakan ada streotipe bahwa mempelajari NDP dapat menjadikan kecelakaan dalam berpikir atau menyesatkan pemahamann akidah, dan NDP terlalu berat, hanya para wali saja yang bisa memahami nya.
Pernyataan mitos begini sudah menjadi populer bahkan celakanya di amini pula sebagian besar kader HMI. Jika mitos begini terus di iklankan, justru makin memperpanjang jarak antara diri kader dan doktrin perjuangan. Padahal Bagaimana bisa NDP/doktrin lainnya yang sepatutnya menjadi ideologi dan nafas kader HMI dalam berproses, justru tidak dipahami dan tidak untuk dipahami oleh kader HMI itu sendiri, sangat aneh bin ajaib. Makanya Tidak mengherankan pula, jika muncul celotehan udah biasa ya bila kader HMI terbelenggu oleh kepentingan, itu lantaran dia lupa siapa Tuhannya dan dia lupa fitrahnya sebagai manusia yang hanif.
Salah satu Mandulnya perkaderan itu ialah Terfokusnya kita pada Perjuangan, padahal Hmi tidak memulai perjuangan di basis awal, karena ia bukan organisasi perjuangan, tapi organisasi pengkaderan. ia meletakan terlebih dahulu Apa dasarnya dan apa Nilainya, Baru dimulai itu perjuangan. Kita bisa melihat mengapa HMI mengalami kemandulan perkaderan, mungkin saja kita telah meletakan perjuangan di basis awal, sehingga lupa bahwa perjuangan yang lebih awal ialah pengkaderan Nilai-nilai (karakter,sikap, pengetahuan/NDP).
Kematian Doktrin Perjuangan serta dampak Kemandulan Perkaderan ialah fakta nyata dari terpenggalnya Tradisi yang sebagai basis penjagaan perkaderan, tentunya Hmi memiliki nilai-nilai yang di tanamkan pada Setiap kadernya. Pengkaderan nilai-nilai perjuangan menjadi penting dalam Tubuh HMI (ideologi). Orang berjuang, bukan hanya slogan yang keras dan teriakan perjuangan saja, namun ia perlu meletakan Apa dasarnya dan apa nilai kita berjuang. Kematian HMI, itu bisa kita lihat sejauh apa Perkaderan Nilai-nilai itu pada kadernya sebagai basis Tradisi penjagaan perkaderan.
Makanya saat ini kita jangan heran jika perkaderan HMI itu kembang kempis, dikarenakan kita terlalu banyak mengabaikan basis tradisi di tubuh HMI, dan lainnya sibuk sebagai partisipan Politik kakanda. Kader dibawah layaknya mesin-mesin yang siap menjalankan roda-roda Perahu para kanda agar bisa terus berjalan. Melihat kondisi yang lumayan mengenaskan saat ini, kita baru merajut kembali pakaian yang telah lama robek karena prioritas politik praktis. Para kakanda Diatas sedang bersuka ria, sedangkan yang dibawah sambil berharap perubahan dengan pakaian yang sudah compang camping dan dalam hati berucap, kapan kakanda andalan bisa satu ranjang bersama. Inilah persoalan kita, sekian lama pisah ranjang, dan hanya dipuaskan dengan momentum yang hanya durasi 2-3 jam. Apalah artinya begini, jika meminjam pepatah melayu : Kera Dihutan Di susukan, Anak Dirumah Mati Kelaparan.
Masih banyak indikator-indikator lain yang menyebabkan pergeseran Terbelahnya kader HMI yang semestinya merupakan perkerjaan rumah kita bersama sebagai kader HMI. Jika kanda Agusalim sitompul menyebutkan kemunduran HMI dalam bukunya 44 indikator kemunduran HMI (2008). Saat sekarang bukan hanya 44 indikator saja, bisa jadi sudah berlipat-lipat diatas 44. Karena boleh jadi penyebab kemunduran HMI terjadi lantaran pergeseran paradigma serta terbelahnya kader HMI, kejumudan, abai tradisi penjagaan perkaderan, dan terlalu banyak bicara inti"nya, intinya begini dan begitu, kita juga perlu apa metodeloginya dan apa relevansinya, sehingga obrolan yang mau ke intinya secara terus menerus tidak menjadikan suatu sekat-sekat yang psikosomatik ditubuh HMI.
Shadaqaulahuladzim.
Bihaqqi Muhammad saww....
Malang 8/2/24
Salam Kekasih.........
HMI sebagai Organisasi Pengkaderan serta perjuangan tentunya ia tidak terlepas dari apa yang disebut dengan perkaderan. Apa itu perkaderan? Perkaderan Ialah suatu usaha yang dilakukan oleh organisasi secara sadar dan pelaksanaannya secara sistematis serta selaras dengan pedoman perkaderan HMI.
sebagai organisasi kader diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi Allah SWT.
Dan HMI sebagai organisasi kader, sudah dicantumkan dalam konstitusi pasal 9 Anggaran Dasar (AD). Selain itu, masalah perkaderan juga ditegaskan kembali pada pasal 7 Anggaran Dasar (AD) bahwa HMI sebagai organisasi yang bersifat independen. HMI juga ditegaskan statusnya sebagai organisasi kemahasiswaan sesuai pasal 8 Anggaran Dasar (AD). Hal ini mencerminkn sejak awal dinamika HMI selalu memperhatikan tugas dan tanggungjawab serta semangat yang integral antara keIslaman dan keIndonesiaan.
Dalam perjuangannya, Dan dimana HMI juga memiliki Tujuannya, maka ia perlu doktrin perjuangan yang ditanamkan dan kelak menjadi identitas dirinya. Adapun doktrin landasan-landasan perjuangan yaitu: Pemikiran keislaman-keindonesiaan HMI, Tafsir Tujuan HMI, Tafsir Independensi HMI, Memori penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI, dan Nilai- Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Inilah sebuah landasan yang menunjukkan karakter HMI itu sendiri, jati diri yang membedakan HMI dengan organisasi lainnya.
kelima landasan doktrin perjuangan HMI tersebut adalah sebuah kerangka berpikir yang darinya terbangun banyak konsep pemikiran di dalam organisasi HMI. Termasuk konsep yang terbangun padanya adalah konsep terkait kepemimpinan. Maka Konsepan Kepemimpinan yang ingin dibangun ialah dengan kekuatan Spiritualitas, Intelektual, moralitas/Profesional, hal itu ialah konsep yang terbangun dari paradigma HMI.
Konsep Kepemimpinan spiritualitas, Intelektual, Moralitas/profesional, adalah sebuah konsep kepemimpinan ideal berdasarkan paradigma Himpunan Mahasiswa Islam. HMI dengan visi manusia Ilahi(insan kamil) bukan ingin Membangun kepemimpinan para kadernya berwajah Hitler, Stallin, Lenin, machiavelli dll. Sederhananya Pemimpin disini adalah sebuah kerangka berpikir yang telah dicontohkan atau dibangun oleh para Pendahulu seperti Kanda Lafran, Cak Nur, Azumardi azra, dawam Rahadrjo atau para elit organisasi yang dijadikan sebagai landasan atau pijakan dalam merumuskan suatu konsep pemikiran didalam organisasi.
Hmi pada awalnya organisasi pengkaderan, dimulai dari lapran pane sebagai pendiri HMI serta Caknur Pengagas Utama NDP. organisasi ini masih tetap menjaga tradisi pengkaderan (Nilai-nilai). Namun saat ini, HMI yang seperti Lapran pane dan Caknur sulit kita temui lagi, pasca mereka, para kadernya Lebih senang bermain Pragmatisme Politik ketimbang Penjagaan Tradisi Intelektual.
Ali Syariati mengatakan: "sebuah masyarakat akan mengalami kematiannya, apabila basis tradisi dihancurkan". Awal kemunduran perkaderan, bukan banyaknya dan canggihnya kita punya instruktur. Akan tetapi, kader yang lupa diri terhadap Nilai-nilai perjuangan tersebut.
Saat sekarang ini realitas telah menunjukkan bahwa polarisasi kader HMI terjadi pergeseran dari sebelumnya kader diharuskan berkarakter ideal seperti diatas, kini menjadi kader materialistik berwajah Marxis. disisi lainnya masih ditengahi oleh kader-kader yang Moderat. Terbelahnya para kader, Hal ini terjadi karena sebagian kader tidak mampu survive dari tingginya ombak kepentingan, sehingga mereka terombang-ambing dalam kepentingan individu dan kelompok lainnya, akhirnya mereka tanpa menyadari independensi sebagai sifat dasar HMI dan merupakan manifestasi dari peran HMI yang dirumuskan dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan. Memang betul Perjuangan juga butuh ongkos, tapi kalau ongkos seludupan gelap itu juga repot....
Kini Hampir setiap momentum ada Dialog perkaderan dimunculkan sebagai Peringatan untuk seluruh kader tetap menjaga dan memperbesar estafet Kepemimpinan. Tentu baik-baik saja. Namun Dialog-Dialog formalitas dan kepentingan Proker begitu, paling klimaks 2-3 jam dilakukan, setelah itu para petinggi duduk ngobrol sambil bisik-bisik tipis industrial politik. Kegiatan yang ada udang dibalik batunya ini terlihat waw yang menghipnotis motif sesungguhnya. Ada apa kita membincangkan Perkaderan dengan momentum" tertentu. Bukankan perkaderan itu ialah hal yang sudah sepatutnya kita bicarakan terus menerus tanpa menunggu aba-aba momentum. Apa ingin saja terlihat keren ataukah ini hanyalah sebuah kepanjangan tangan dari proyek" industrial kakandahh.....?
Disisi lain, para kader dimobilisasi untuk mengikuti dan meramaikan serta mensukseskan kegiatan tersebut ini membuktikan kekhawatiran kakandahh. Apakah acaranya bisa suskes dengan estimasi kuantitas yang ditargetkan ataukah justru sebaliknya, Jika kuantitas sesuai target maka mungkin saja kanda kita full senyum.
Perlu diketahui bahwa salah satu kelemahan kader dalam ber HMI adalah belum mampu melepaskan diri dari belenggu-belenggu kepentingan hasrat dan terus mengekor. hingga melupakan idealisme dan independensi etis maupun organisatoris yang seharusnya menjadi hal substansi dalam berproses. Alangkah lucunya, saat ini hal yang sepatutnya menjadi substansi tersebut, dan kini dijadikan seremonial yang disampaikan ketika momentum-momentum formal. Maka dari itu, kapasitas kader HMI yang didasarkan oleh tingkat intelektualitas, integritas, hingga spritualitas saat ini dipertanyakan.
Secara Fakta selama 77 Tahun HMI berdiri yang baru beberapa hari ini melaksanakan Milad, memang sudah beragam prestasi dan konstribusi yang telah ditoreh kader HMI maupun alumni HMI dalam bahu membahu membangun kebangsaan ini. Para kader boleh berbahagia, namun jangan menjadikan kader-kader HMI terlena dalam jubah kebesaran dari banyaknya prestasi dan kontribusi tersebut. Sebab, angka prestasi dan kontribusi yang dituangkan dalam pembangunan nasional masihlah sangat kecil. Kita terlena dengan jubah kebesaran pencapaian itu, padahal yang buruk-buruknya juga lumayan banyak lahir dari background HMI. Akibat Terlenanya kader HMI dalam berproses dan melihat kebesaran kakandah, dapat kita lihat dari pergeseran polarisasi kader yang semestinya haus akan khazanah keilmuan (tradisi) kini menjadi kader yang haus kepentingan dengan kecendrungan material alias perut dan dibawah perut.
Sehingga Lahirlah asumsi bahwa salah satu indikator pergeseran polarisasi kader HMI kemungkinannya disebabkan oleh lantaran sebagian besar kader tidak memahami dan tidak ingin memahami lebih jauh mengenai doktrin perjuangan atau Nilai-Nilai Dasar Perjuangan. Kita ketahui bersama, hampir lebih dari setengah kader HMI tidak memahami dan tidak ingin memahami Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP), dikarenakan ada streotipe bahwa mempelajari NDP dapat menjadikan kecelakaan dalam berpikir atau menyesatkan pemahamann akidah, dan NDP terlalu berat, hanya para wali saja yang bisa memahami nya.
Pernyataan mitos begini sudah menjadi populer bahkan celakanya di amini pula sebagian besar kader HMI. Jika mitos begini terus di iklankan, justru makin memperpanjang jarak antara diri kader dan doktrin perjuangan. Padahal Bagaimana bisa NDP/doktrin lainnya yang sepatutnya menjadi ideologi dan nafas kader HMI dalam berproses, justru tidak dipahami dan tidak untuk dipahami oleh kader HMI itu sendiri, sangat aneh bin ajaib. Makanya Tidak mengherankan pula, jika muncul celotehan udah biasa ya bila kader HMI terbelenggu oleh kepentingan, itu lantaran dia lupa siapa Tuhannya dan dia lupa fitrahnya sebagai manusia yang hanif.
Salah satu Mandulnya perkaderan itu ialah Terfokusnya kita pada Perjuangan, padahal Hmi tidak memulai perjuangan di basis awal, karena ia bukan organisasi perjuangan, tapi organisasi pengkaderan. ia meletakan terlebih dahulu Apa dasarnya dan apa Nilainya, Baru dimulai itu perjuangan. Kita bisa melihat mengapa HMI mengalami kemandulan perkaderan, mungkin saja kita telah meletakan perjuangan di basis awal, sehingga lupa bahwa perjuangan yang lebih awal ialah pengkaderan Nilai-nilai (karakter,sikap, pengetahuan/NDP).
Kematian Doktrin Perjuangan serta dampak Kemandulan Perkaderan ialah fakta nyata dari terpenggalnya Tradisi yang sebagai basis penjagaan perkaderan, tentunya Hmi memiliki nilai-nilai yang di tanamkan pada Setiap kadernya. Pengkaderan nilai-nilai perjuangan menjadi penting dalam Tubuh HMI (ideologi). Orang berjuang, bukan hanya slogan yang keras dan teriakan perjuangan saja, namun ia perlu meletakan Apa dasarnya dan apa nilai kita berjuang. Kematian HMI, itu bisa kita lihat sejauh apa Perkaderan Nilai-nilai itu pada kadernya sebagai basis Tradisi penjagaan perkaderan.
Makanya saat ini kita jangan heran jika perkaderan HMI itu kembang kempis, dikarenakan kita terlalu banyak mengabaikan basis tradisi di tubuh HMI, dan lainnya sibuk sebagai partisipan Politik kakanda. Kader dibawah layaknya mesin-mesin yang siap menjalankan roda-roda Perahu para kanda agar bisa terus berjalan. Melihat kondisi yang lumayan mengenaskan saat ini, kita baru merajut kembali pakaian yang telah lama robek karena prioritas politik praktis. Para kakanda Diatas sedang bersuka ria, sedangkan yang dibawah sambil berharap perubahan dengan pakaian yang sudah compang camping dan dalam hati berucap, kapan kakanda andalan bisa satu ranjang bersama. Inilah persoalan kita, sekian lama pisah ranjang, dan hanya dipuaskan dengan momentum yang hanya durasi 2-3 jam. Apalah artinya begini, jika meminjam pepatah melayu : Kera Dihutan Di susukan, Anak Dirumah Mati Kelaparan.
Masih banyak indikator-indikator lain yang menyebabkan pergeseran Terbelahnya kader HMI yang semestinya merupakan perkerjaan rumah kita bersama sebagai kader HMI. Jika kanda Agusalim sitompul menyebutkan kemunduran HMI dalam bukunya 44 indikator kemunduran HMI (2008). Saat sekarang bukan hanya 44 indikator saja, bisa jadi sudah berlipat-lipat diatas 44. Karena boleh jadi penyebab kemunduran HMI terjadi lantaran pergeseran paradigma serta terbelahnya kader HMI, kejumudan, abai tradisi penjagaan perkaderan, dan terlalu banyak bicara inti"nya, intinya begini dan begitu, kita juga perlu apa metodeloginya dan apa relevansinya, sehingga obrolan yang mau ke intinya secara terus menerus tidak menjadikan suatu sekat-sekat yang psikosomatik ditubuh HMI.
Shadaqaulahuladzim.
Bihaqqi Muhammad saww....
Malang 8/2/24
Salam Kekasih.........
Komentar
Posting Komentar