Aku Diantara Dekonstruksi Derrida

NDP 1 Perspektif Dekonstruksi Derrida

Penulis : Rumi Ali Ahmad

Seringkali kita mendengar bahwa perdebatan tentang kebenaran memiliki dua kutub yaitu antara kutub kebenaran mutlak dan relatif. Sebagian sekelompok orang meyakini bahwa kebenaran mutlak itu tidaklah ada, yang ada hanyalah kebenaran relatif, begitupun sebaliknya. Dan akhirnya beragam metode pendekatan menguak bahwa apakah yang dimaksud tentang "benar" bermunculan. Salah satunya ialah metode Dekontruksi ala Derrida,  bagi Derrida Untuk menemukan apa Itu benar maka kita harus berani membongkar teks-teks lama atau informasi terdahulu kemudian di asumsikan sebagai sebuah pengetahuan yang kebenaran nya belumlah final.

Cara yang ditawarkan oleh Derrida dalam memahami makna teks yang dimana posisi subjek peneliti tidak boleh terus mempertahankan makna yang lama atau yang sudah ada kemudian memutlakkannya. Tetapi perspektif derrida kita perlu memperoleh suatu kebenaran yang sungguh-sungguh baru dan kemudian mendeskripsikannya. Kebenaran yang baru ini diperoleh tanpa menyingkirkan kebenaran-kebenaran atau makna-makna yang lalu atau makna sebelumnya. Namun Setelah kebenaran baru juga ditemukan, kita tidak boleh secara menjatuhkan hukuman yang menyatakan bahwa itulah kebenaran yang sesugguhnya atau mutlak. Dalam penjelasan ini, kita bisa mengetahui bahwa tawaran Derrida terkait kebenaran ia hanya bersifat relatif saja, sebab ia tidak mengakui adanya kebenaran mutlak atau sebuah finalitas dari kebenaran tentang sesuatu.

Sederhananya pemikiran ini dengan melakukan pembongkaran terhadap sesuatu yang sudah di anggap mapan. Sebagaimana kita menganggap diri kita sebelum Lk1 Iman kita sudah mapan, Agama sudah Final, iman Kita Tentang Tuhan sudah Benar, namun ketika Masuk Lk1 bertemu dengan materi NDP 1 dan Metode pembongkaran/Dekonstruksi terkait pengetahuan atas keimanan kita, seolah-olah kita kembali lagi dipertanyakan, apakah yang saya imani ini sudah benar? Dan berbagai macam pertanyaan muncul pada kepercayaan itu pula. Tentunya para instruktur NDP Dekontruksi nya harus dengan niat untuk mengaktifkan akal atau brainstroming ya, atau menuntun bagaimana beriman berdasarkan pengetahuan bukan turun temurun atau islam KTP, yang kedua para instruktur bukan asal bongkar kemudian di telantarkan 😄. Alhasil nanti pembongkaran pemikiran namun tidak tepat.  Karena Dekonstruksi bagi Derrida Itu bebas Nilai, jadi jangan disalah gunakan....

Jika kita melihat bagaimana NDP 1 yang membahas ketauhidan atau kepercayaan/iman kepada Alhaq (kebenaran) yang dimana pula teks-teks NDP diambil dari ungkapan Alquran dan sebuah permenungan Cak nur, di sisi lain pula Nilai-nilai kepercayaan ini bukanlah ajaran turun temurun, sehingga kepercayaan adalah proses panjang pencarian manusia. Sebagaimana pencarian ibrahim pada Tuhannya. Maka dari itu, membongkar informasi terdahulu atau kepercayaan yang kita miliki di saat sekarang ini dan kita anggap benar, justru perlu di lihat ulang lagi sebagai sebuah kebenaran baru sampai seterusnya.

Namun sayangnya, Dekonstruksi Derrida tak Memberi Ruang pada Apa yang ia yakini sebagai ruh absolut (Tuhan) dan Dekonstruksi pada Tuhan Tak berlaku, sebab metode Dekonstruksi ini ia perlu informasi terdahulu sebagai pengkajian awalnya, nah disini informasi awal kita Bertuhan Itu Sejak Kapan Munculnya? Informasi kita tentang hari akhir, kitab suci dan kenabian yang kita yakini itu sejak kapan munculnya pada diri kita? Makanya agak sulit Dekonstruksi muncul, kecuali Tuhan" tekstual  Mungkin kita bisa mengetahui informasi tentang Tuhan itu melalui Kitab suci dan informasi Teks lainnya yang berbicara Terkait Tuhan, oleh karena itu sangat sulit mencariNya karena teks bukan Tuhan, dan Tuhan bukan Teks. Teks” dapat diinterpretasikan sampai tidak terhingga, olehnya kita tidak perlu mengambil kesimpulan karena bagi Derrida kebenaran tidak harus tunggal, absolut dan universal. Alhasil, kebenaran Teks apapun Tekait tentang Tuhan dan apalagi kita meyakini Tuhan ialah kebenaran Tunggal atau mutlak ini juga tidak berlaku, karena Dekonstruksi terkait teks tiada akhir dalam maknanya. Jadi, kesan Kita Pada Tuhan Ialah Makna-makna semata. Jika ada bencana alam, Tuhan Kita maknai Ia dengan Kemurkaannya, jika tak ada uang atau masalah menimpa diri, betapa kuatnya kita maknai Tuhan itu, ya Tuhan kenapa kau berikan aku masalah begini, berikanlah solusinya, dll alasan  serupa. Makanya pada perkembangan akhir dari Dekonstruksi Derrida ini muncul Apa yang disebut dengan Hermeneutik Radikal.

Hermeneutik Radikal Derrida Dalam memaknai Teks juga berbeda dengan Hermeneutik sebelumnya yaitu antara dilthey dan Gadamer kalau sebelumnya memaknai Teks tapi tidak melupakan makna sebelumnya atau makna sebelumnya dihadirkan kembali pada pengetahuan baru atau makna baru. Namun justru bagi Derrida bahwa makna tidak bisa diketahui sehingga membuat interpretasi pada teks pun menjadi tak terbatas pula atau disebutnya dengan radikal. Radikalnya Derrida Bahwa Makna teks terkait sesuatu tak bisa diketahui.

contohnya ketika kita membaca teks dan menemukan maknanya, namun makna tersebut belum lah final, pasti ada lagi makna baru yang muncul. Ataupun contoh kongkritnya : ketika kita mendengar Kata Cewek BO tentu yang ada dalam benak kita ialah, perempuan jual diri/psk, perempuan nakal, pekerjaan yang hina, pokonya stigma negatif melekat pada Profesi itu. Ini adalah sebuah makna lama tentang Cewek BO, akan tetapi ada pula makna baru (dekonstruksi) tentang Cewek BO ialah seorang yang bisa menyenangkan laki-laki yang datang padanya, ia bukan hanya seorang pekerja mencari duit, tapi dalam pekerjaan itu ia bisa membahagiakan seseorang atau laki-laki yang lagi stres, galau, sederhananya pada perspektif kedua ini Cewek BO bukan dipandang sebagai sebuah hal negatif tapi justru sebagai hal positif.

Pada akhirnya makna yang berubah-ubah pasti adanya perspektif yang berubah-ubah pula, alhasil makna pada sesuatu (dekonstruksi) tak bisa dipastikan alias tak bisa diketahui atau di mutlakkan kebenarannya, sehingga kebenaran disini ia relatif seperti tergantung sudut pandang seseorang menafsirkan objek yang ia amati.

Memang jika dilihat, pemikiran Derrida ini dipengaruhi oleh fenomenologi ontologinya Heidegger, bagaimana realitas atau keadaan objek diluar diri tak bisa diketahui makna aslinya. Dan kita hanya cukup mengamati saja benda" yang ada diluar diri kita, sedangkan pada dirinya objek tersebut tak bisa diketahui.

ini juga sebagai suatu kritikan pada Derrida, apakah Tuhan Tak masuk Pada ruang Pengkajian pengetahuan? Jika Dekonstruksi tak berlaku pada Tuhan, maka Tuhan Tak masuk pada wilayah pengkajian akal manusia, artinya Ruang akal dan hati (keyakinan akan Tuhan) ialah dualitas/terpisah. Lantas, bagaimana meyakini Adanya Tuhan, jika tak mencarinya dengan capaian" ikhtiar manusia. Maka kemungkinan besar pula, corak keyakinan begini ialah sebuah kesimpulan dogmatism atau metafisika spekulatif yang menerima Tuhan tanpa perlu diketahui alias cukup imani saja, mengimani disini bukan pasca pengetahuan, tapi sebelumnya, dan hal inilah yang disebut dengan keyakinan yang gelap. Seperti halnya ungkapan barkeley, sesuatu Ada Tapi tak bisa di komunikasikan/tak bisa diketahui, Tuhan Ada, tapi Entah Dimana, dan kemana DirinYa.

Namun sejauh ini, perspektif Derrida cukup menggoyangkan Forum-forum LK 1, mungkin bagi pembaca Derrida bisa melihat Titik celah Kerangka Dekonstruksi begini apabila di komparasikan dengan skema pemikiran Cak nur. Tentunya, menafsirkan NDP cak nur ketika ingin melihat makna aslinya, sudah seharusnya para pembaca NDP menggali pikiran-pikiran Cak nur supaya makna asli nya tidak keluar dari apa yang Dia inginkan.

Hemat saya, dengan beragamnya pendekatan memahami NDP sehingga banyak pula melahirkan interprestasi baru, tentu tanggung jawab intelektual masing-masing. Dan hal ini juga menarik pada beragamnya cara pandang supaya NDP juga tidak kaku dengan tafsir tunggal semata. Beragamnya corak interpretasi kemungkinan kaya pula akan sudut pandang.

Memang jika dilihat dari perspektif Dekonstruksi Deridda ini, maka Teks NDP bisa saja dirubah dan bukan hal final, sebagaimana cak nur juga menekankan bahwa NDP nya bukan sebagai yang mutlak di tubuh HMI dan hal ini terjadi dengan adanya atau kehadiran NDP milenium yang sempat menduduki landasan ideologis HMI.


Shadaqaulahul adzhim.....

Dikota Malang 9/1/24





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8