Falsafah Kegalauan, Galau Individu & Galau Berjamaah

Sains dan teknologi di zaman kerontang spiritual 

penulis : Rumi Ali Ahmad


Sedikit berpartisipasi pada kegiatan LDK mahasiswa Donggo-dompu malang terkait perbincangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tema yang di angkat lumayan menarik dibahas di era postmo-truth saat ini. Seiring majunya teknologi saat ini, mungkin sebagai tanda bahwa otak manusia sudah digunakan 100%, begitulah kira" cuplikan film Lucy. Namun kecanggihan alat-alat teknologi saat ini tentu memiliki impact yang tak bisa kita hindari sisi positif dan negatifnya. Maka dari itu bagaimana sikap manusia terkait kemajuan ini, apakah mereka akan dikontrol oleh teknologi seperti halnya film the matrix, ataukah manusia tetap menjadi tuan atas ciptaanya?

persoalan ilmu pengetahuan dan teknologi pada peradaban manusia tak bisa dilepaskan dari kemajuan cara berpikir dan pengamatan ia terkait fenomena yang ada. Teknologi yang berkembang saat ini tentu tak lepas dari kekuatan ilmu pengetahuan. Memang perdebatan antara ilmu pengetahuan dalam makna sains dan filsafat teknologi tak bisa di hindari terutama pada persoalan mana yang lebih mendasar di antara mereka tersebut.

Ilmu pengetahuan merupakan serangkaian informasi yang telah tervalidasi secara fakta, sistematis, metodik, teruji dan dihimpun beberapa teori. Ilmu pengetahuan tidaklah muncul secara bimsalabim, ia memerlukan suatu proses yang panjang. Jika bicara ilmu pengetahuan tentu kita tak bisa melepaskan dari rahimnya ilmu yaitu filsafat, filsafat sering dikatakan sebagai the mother of knowledge atau ibu dari segala ilmu. Filsafat sebagai tasawufnya ilmu pengetahuan telah meletakkan dasar-dasar tradisi intelektual yang diawali oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno di abad ke 6 SM. Memang jika kita lihat secara periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan tentu tak bisa melepaskan zaman pra yunani kuno, yunani kuno, abad pertengahan,  renaissance, zaman modern dan kontemporer saat ini. Tentunya masing-masing dari periodesasi kita bisa melacak apakah ada perkembangan teknologi pada studi ilmu-ilmu setiap zamannya ataukah tidak.

Dalam perkembangannya filsafat mengantarkan lahirnya suatu asal yang menunjukkan bagaimana cabang-cabang ilmu pengetahuan melepaskan diri dari keterkaitannya dengan filsafat, dan dimana ilmu-ilmu lain secara mandiri berkembang menurut metodologinya masing-masing. Dan akhirnya saat ini filsafat tidak terlalu di masukkan lagi dalam ilmu-ilmu yang telah dilahirkan filsafat itu sendiri.

Tentu lahirnya ilmu pengetahuan masih bersangkutan dengan kehidupan manusia yang dimana memerlukan adanya kepastian, kebenaran dan sebagai pegangan dalam menata kehidupannya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sebenarnya ialah usaha manusia untuk memahami realitas dirinya maupun diluar dirinya.

Walaupun ada beberapa filosof menolak bahwa manusia tidak mungkin memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Karena, manusia akan terus meragu ketika ia berhadapan pada realitas diluar dirinya, sebagaiamana ungkapan pyrho dari yunani, usaha manusia memperoleh pengetahuan tidaklah menemukan kepastian, sebab mereka akan jatuh pada skeptis/keraguan apabila melihat fenomena dan alat-alat pengetahuan yang digunakan juga sering mengalami kekeliruan, yang dimana akhirnya membuat diri kita akan jatuh pada keraguan. Contoh : ketika kita berada di gurun pasir dengan cuaca yang begitu panas, seakan-akan kita kan melihat adanya genangan air di kejauhan. Namun setelah kita pergi untuk membuktikan apakah ada air atau tidak pada kondisi tersebut ternyata tidaklah kita temukan fenomena tersebut. Pada titik ini indra kita sebagai melihat sesuatu tersebut pastilah mengalami kesalahan, begitu juga dengan penyimpulan akal terkait fenomena tersebut.

Akal dan indra sebagai alat manusia untuk memperoleh satu bentuk ilmu pengetahuan ternyata mengalami kesalahan yang tak mampu membedakan fenomena mana yang dalam kepastian kebenaran nya. Dan keraguan pada manusia yang tidak bisa memperoleh ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti di pyrho namun berkembang pada abad pencerahan diwakili oleh rene descartes, david hume, george barkeley dan juga berdampak pada dunia islam dengan keraguan imam alghazali dan sampai saat ini keraguan terkait ilmu pengetahuan masih berkembang dan mungkin menginggap di jiwa kita.

Ilmu pengetahuan tentu tak hanya sebagai pembimbing diri manusia semata, tapi ia juga akan mewujud dalam bentuk" karya ataupun alat-alat yang bisa membantu aktivitas kehidupan manusia, perwujudan dari ilmu pengetahuan ini biasanya kita sebut dengan buah pikir. Buah keberpikiran dari manusia dibuktikan dengan adanya buku yang ia tulis, kreatifitas dari objek mentah menjadi objek yang bernilai ekonomi dan segelintir alat-alat sains bahkan teknologi.

Kelahiran teknologi tentu tak lepas pula dengan ketidakpuasan manusia ingin mengeksplorasi kekuatan daya pikirnya. Sebagaimana makna teknologi tersebut, yaitu Teknologi berasal dari bahasa yunani yaitu tehcnologia, tehcnologia terdiri dari dua suku kata yaitu tehcne dan logos, tehcne yang berarti seni atau skill. Sederhananya tehcne tidak hanya menciptakan sesuatu, tetapi berkaitan juga dengan seni berpikir, sedangkan logos ialah suatu study tentang ilmu pengetahuan. ataupun definisi yang lain Teknologi merupakan sarana dalam menyediakan barang-barang yang dapat mempermudah sesuatu pekerjaan dalam kehidupan manusia. Secara definitifnya, techne termasuk pada filsafat praktis, artinya ia adalah ilmu yang lebih cenderung pada penciptaan sesuatu atas kajian teoritis atau logosnya.

Perkembangan teknologi itu bisa dilihat dari segi berkembangnya ilmu pengetahuan. Di zaman yunani dulu, yang disebut dengan tehcne itu ialah sesuatu ciptaan dimana memang betul hanya untuk mengekspresikan pikiran dan menjadi buah pikiran. Sebagaimana teknologi yang pernah dibahas aristoteles yaitu tehcno dan poiesis Sedangkan saat sekarang di abad modern dan kontemporer ini, tehcne ataupun technologi dibikin untuk mengeksploitasi alam dan manusia.

Sedikit berbeda dengan filsafat sains, jika filsafat sains cendrung dengan pendekatan Positivistik, teoritis sedangkan teknologi lebih cendrung dengan pragmatis ataupun fenomenologi, praktis. Walaupun diantara mereka saling mempengaruhi, semisalkan dari perkembangan teknologi mengubah paradigma sains, contoh dari geosentrisme menuju heliosentrisme tak terlepas dari penciptaan teropong oleh galileo galilei yang mengakibatkan kita bisa lebih jelas melihat benda" diluar angkasa. Dan hal ini juga berdampak pada cara pandang sains sebelumnya.

Melihat dari kemunculan teknologi, bagi heidegger memang teknologi datangnya belakangan atau pasca sains, tetapi jika dilihat secara ontologinya, teknologi lebih dulu ada, mengapa demikian, karena dari beberapa temuan sains juga bersandar pada alat" yang digunakan untuk membantu sains. Filsafat Teknologi berkembang pada awal abad 20, sedangkan sains sudah ada sejak dulu atau 100 tahun mendahului perkembangan filsafat teknologi.

Namun menurut Don Ihde seorang filsuf sains dan teknologi Amerika 1979. Ihde mengungkapkan bahwa teknologi sudah ada seiringan perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada abad pertengahan, orang-orang sudah memikirkan terkait teknologi bahkan telah menggunakan teknologi. Walaupun pada batas-batas tertentu, tentu hal ini ialah perdebatan antara filsafat sains dan teknologi.

Dampak dari teknologipun kian mengubah persepsi manusia, semisalkan persepsi tentang waktu, dengan adanya arloji, arloji menjadikan manusia lebih sering melihat waktu ataupun lebih bisa sedikit menghargai waktu.

Memasuki kehidupan yang serba canggih, informasi berserakan, alat-alat teknologi semakin berkembang, kini kehidupan umat manusia diliputi dengan serba instan dan dunia maya atau sosmed kian menjadi oksigen kedua pada manusia. Perkembangan alat-alat teknologi menandai bahwa manusia telah melakukan revolusi ilmu pengetahuan menjadi bentuk-bentuk kongkrit yang bisa membantu kehidupannya.

Seiring perkembangan dan kemajuan kehidupan praktis manusia, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan teknologi yang semakin canggih. Kebutuhan yang meningkat tentu memiliki resiko yang tak terbantahkan pula, seperti krisis oksigen segar, hutan dibabat, alam di eksploitasi. Hal ini adalah salah satu dampak kemajuan sains yang begitu melesat, namun masih pula meninggalkan jejak-jejak kelam atas ketertindasan manusia dan alam.

Walaupun ilmu pengetahuan berperan penting pula dalam kemajuan tekonologi, tapi tak bisa dipungkiri juga kepentingan pasar sains. Sebagian market industrial membutuhkan suplay yang besar agar dapur mereka tetap ngebul, oleh karena itu ilmu pengetahuan yang motifnya ialah memenuhi dapur industrial dan melupakan tanggung jawab masa depan umat manusia serta alam, maka ilmu pengetahuan yang awal mula sebagai pencerahan umat manusia, namun dijadikan alat kepentingan ekonomi kapital yang mulai menghipnotis peradaban umat manusia. Semilkan kita disuguhi dengan kemewahan cahaya (listrik) di sekeliling kehidupan kita bergaya batubara, namun energi tersebut di satu Sisi merugikan umat manusia atas pencemaran lingkungan dan eksploitasi alam. Bukankah hal ini anomali dalam ilmu pengetahuan. Sebagaimana ungkapan francis bacon : pengetahuan adalah kekuasaan (knowledge is power), atau dengan ungkapan lain seperti rene descartes : dengan pengetahuan kita bisa mengelola alam semesta.

Berkembangnya ilmu pengetahuan manusia di abad modern ini, dan sains modern juga mengalami kemajuan pada abad ke-20 dan 21 membuat dampak baik positif maupun negatifnya. Kita dimudahkan berkat teknologi-teknologi yang bergerak diberbagai bidang. Namun kemudahan ini seperti jalan paradoks.

Dominasi alam oleh manusia mengakibatkan masalah kelebihan populasi, kurangnya ruang bernapas, kemacetan kehidupan kota, habisnya sumber daya alam dari segala jenis, perusakan keindahan alam, perusakan lingkungan hidup dengan menggunakan mesin dan produknya, peningkatan penyakit mental yang tidak normal.

Sayyid hossen Nasr filsuf islam, menyebutkan bahwa manusia modern telah kehilangan pandangan esensial yang abadi karena terperangkap oleh modernitas. Sains yang dibangun dengan nalar modernism menciptakan kengeriaan disetiap sendi kehidupan.

Oleh karena itu, bukan hanya kepentingan para saintism yang berselingkuh dengan konglemerat sehingga menjadikan manusia dan alam sebagai tumbal demi kelangsungan hidup mereka saja. Namun kita memerlukan suatu evolusi antara sains dan teknologi yang berkembang tidak menjadi buas terhadap alam dan manusia, sehingga ilmu pengetahuan atau kita sebut saja sebagai sains perlunya pijakan" agama yang mungkin bisa sebagai jalan alternatif menenangkan kegilaannya dan teknologi buatannya tidak menjadi begitu liar mengeksploitasi objek-objek yang ada.

Sains modern yang bertumpu pada realitas empiris menjadikan mereka blind spot pada ruang alternatif yang lain,  Seperti intuisi intelektual/inteleksi. Sehingga peradaban sains dan perkembangan teknologi saat ini yang hanya melihat bahwa ilmu pengetahuan adalah realitas empirikal semata, maka ia  hanya jalan lain dari bisinisnya materialisme kapital. Mungkin apa yang ditawarkan oleh sayyid hossen Nasr tentang sains sakral, dimana ilmu-ilmu ialah refleksi dari yang Maha Real/ kecerdasan ilahi, yang akan membuka ruang alam pada sekat-sekat kimia, fisika, matematika, bilogi, dan lainnya. Karena pada saat ini sains dan teknologi berwajah positivistik-modernis menjadi Tuhan baru bagi umat manusia. Justru kehadiran Scientia sacra bisa menjadi langkah alternatif dalam melihat alam dan manusia sebagaimana adanya dan seharusnya.

Shadaqaulahuladzim 
Bihaqqi Muhammad Saww

Malang, 2/12/23
Ali rumi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8