Aku Diantara Eksistensi & Persepsi

Aku, Wujud & Persepsi

Penulis : Rumi Ali Ahmad


wujud  ia adalah sesuatu swabukti, dimana konsep wujud ia badihi pada dirinya dan hakiki di realitas. Dan mendudukkan kesatuan konsep dan keragaman realitas. Wujud melampaui keapaan, Kehakikian pada realitas bisa dimasuki sesuatu pada dirinya. Maka selain itu ia adalah tinjauan akal (iktibari). Posisi pengetahuan itu cuman dua kalau ngga direalitas atau dikonsep.

Didalam pembahasan kali ini berkaitan dengan relasi wujud dan persepsi. Tokoh pertama di eropa yang membahas wujud adalah George barkeley, jauh sebelum heidegger, hebermas dan albert camus. Barkeley sudah membuka para tokoh selanjutnya di eropa untuk membahas wujud (eksistensi)

Kita mengetahui bahwa persepsi adalah relasi wujud, atau wujud yang mempersepsi dan wujud yang dipersepsi. Maka persepsi itu adalah wujud. Jadi wujud itu satu sisi ada di dalam pikiran Manusia, dan di sisi lain juga ada diluar. Jadi keberadaan itu ia melingkupi setiap aspek. Maka salah satu filsuf islam terutama di buku daras filsafat islam karya prof MTM yazdy, wujud itu hakiki diluar, ia tidak bergantung persepsi manusia, artinya bahwa, keberadaan sesuatu itu bukan karena dipersepsi, justru keberadaan itu yang menyebabkan persepsi.

Berbeda dengan halnya George barkeley bahwa sesuatu keberadaan itu ada karena kita persepsi. Tentu hal ini jelas berbeda.

Poin penting kesatuan wujud dan persepsi : 

1. Persepsi adalah wujud, bahwa persepsi kita terkait dengan wujud. Saya mempersepsi ialah wujud, dan objek yang dipersepsi juga wujud.

2. Wujud adalah persepsi, kehadiran persepsi disebabkan wujud. Ketika saya mengatakan sesuatu itu ada karena kita persepsi, maka persepsi menyebabkan adanya wujud.

Maka persepsi adalah relasi wujud. Berbeda dengan barkeley, sesuatu ada karena dipersepsi. Berarti wujud itu bergantung pada persepsi. Sehingga sesuatu yang diluar itu tidak eksis, apabila tidak kita persepsi. Dalam hal ini manusialah yang eksis. Tak heran jika antropesentris bisa jadi muncul pada gaya berpikir seperti ini. Kalau descartes mengatakan aku bepikir maka aku ada, berbeda dengan barkeley yaitu, ada karena dipikirkan. Sesuatu itu ada karena saya pikirkan. Ketika tidak saya pikirkan ia adalah non eksistensi.

Adanya sesuatu itu karena munculnya makna pada pikiran, kalau ngga ada muncul makna dalam benak kita, maka ia tidak eksis. Maka eksistensi itu bergantung pada makna yang kita berikan. Atau kita namai benda benda itu diluar sehingga menjadi eksis. Jadi, konsep seputar wujud dalam barkeley, ia tidak badihi, karena bergantung pada persepsi dia. Kebadihian wujud sebenarnya pada diri dia sendiri. Maka kebergantungan wujud pada persepsi bukanlah badihi.

Tapi jika kita lihat didalam pemikiran islam terutama sadra, wujud ialah badihi, ia satu kata, konsep dan realitas.

Bagi barkeley persepsi adalah badihi, wujud hanyalah esensi. Pada teorema barkeley, ada karena dipersepsi. Ada yang dimaksud disini berkaitan dengan apa, apakah eksistensi yang hakiki, ataukah eksistensi yang berkaitan dengan pikiran. Maka ketika berkaitan dengan pikiran itu hanyalah mahiya. Ia bukan badihi. Barkeley, cara pandangan peletakan terhadap Sesutau bahwa ini ada itu ada, inikan sudut tinjauan akal, maka konsekuensi nya kita akan jatuh pada nominalisme, semua hanya penamaan saja. Tuhan itu cuman nama, yesus, yahwe, God, cuman nama saja. Maka ada kecendrungan jatuh pada ateistik, sebab hanya peletakan nama saja, maka wujudpun juga jatuh pada pikiran saja. Ia tidak menemukan realitas nya.

Pernyataan barkeley bahwa wujud adalah persepsi, maka Pertanyaan kita terhadap nya ialah, apakah abang barkeley sebagai subjek mempersepsi itu apakah eksis atau tidak? Jika bahwa persepsi yang mengadakan wujud pada pikiranya, tapi organ organ tubuhnya itu eksis atau tidak? Nah, sebelum persepsi apakah ia mengakui adanya tangan dia, kaki dia?

Bertolak dari pahaman barkeley, sebenarnya jika kita lihat dari kemendahuluan eksistensi, maka persepsi itu adalah wujud, bukan wujud adalah dipersepsi, disisi ini barkeley adanya pengingkaran pada realitas, ia mulai skepstis. Dia hanya mengakui ide nya, tanpa mengakui realitas, justru realitas  bersumber dari ide, nanti muncul namanya teori, tuhan menciptakan  segala sesuatu ini ada ide nya, ada ide tuhan, jadi kalau orang bilang ini tuhan menciptakan, ada pikiran tentang tuhan, makanya orang menciptakan tuhan. Kita mengatakan tuhan, Tuhan ini ada, kan kita pikirkan, makanya kita menciptakan tuhan baru. Kita menciptakan tuhan baru, karena kita pikirkan. Tuhan bergantung pada persepsi manusia. Persepsi menciptakan tuhan, jadi hidup ini bergantung pada persespi kita, baik, buruk ini bergantung pada pikiran kita. Persepsi berkaitan dengan sisi individu manusia, kita mempersepsi sesuatu itu berkaitan dengan persepsi kita saja. Tidak berkaitan dengan orang lain.

Dalam pandangan barkeley, sesuatu itu ada karena dipersepsi maka ini berkaitan dengan iktibari akal.
Jadi, kita hidup dengan persepsi kita saja, bisa jadi munculnya individualis, kapitalisme disini akar nya. Alam tidak mempunyai nilai, yang bernilai itu hanya manusia saja. Alam tidak bermakna, kitalah yang memberi makna itu, Maka dia eksis. Dan hal Ini berdampak pada pemikiran satre dan descartes.

Berbeda dengan halnya sadra, kita mengakui diluar itu eksis dan kita sebagai mempersepsi juga eksis.
Alam ini dikatakan ada bagi islam, bagi barkeley, dia (alam) ada karena kita persepsi. Maka ia punya nilai.
Semisalkan di indonesia, itu ada panen raya, atau sedekah eksistensi, karena kita pengakuan adanya ontologis pada alam, atau yang lainnya. Cuman kita bisa kritik peletakan sesembahannya, yang benar kita kasi ke manusia, supaya kita makan sama sama.

Contoh Didalam teori zakat, kita punya harta, harus kita keluarkan, akan tetapi secara ekonomi, saya punya harta ngapain saya kasi ke orang. Hartakan saya yang punya, maka terserah saya mau diapain. Tapi dalam pandangan agama, harta itu harus dikasi keluar sebagian, karena apa?, karena harta itu ada nilai ontologis nya. Kalau harta mempunyai nilai ontologis, maka harta itu punya nilai pada dirinya, maka tidak bisa kita ambil semuanya.

Disini baqir shadr mengkritik marxis dengan teori ekonominya, karena marxis bicara ekonomi hanya faktor produksi saja. Dia tidak berbicara faktor sebelum pra produksi, sebagaimana alam ini sebelum di produksi ia eksis. Maka dalam teori ekonomi marxis, ia hanya mengambil upah buruh saja. Dia mengkritik dalam teori ekploitasinya. Justru baqir shadra tidak begitu. Jika marxis para buruhnya minta upah atau menuntut untuk mengambil haknya dan segala macam. Maka di islam orang yang bekerja disuruh mengeluarkan uang. Ngeri juga di islam, tanpa dipaksa ya, tinggal dikasi kesadaran ontologis saja.

Baca juga : https://onteticmedia.blogspot.com/2023/09/kesadaran-metafisika-rene-descartes.html

Tapi kalau dalam pandangan barkeley ini, teori zakat tidak berguna, karena bergantung pada diri kita mau kasi atau tidak, karena pusatnya antropesentris. Maka dalam eksistensinya mulla Shadra, semua ini ada nilai ontologisnya. Sehingga tidak heran kalau kita tebang pohon, masuk wc itu menyebutkan asmanya, sebab wujud melingkupi segala sesuatu.

Salah satu penekanan pada barkeley menurut mizbah yazdi ia mengakui pentingnya persepsi pada penentuan wujud. Akan tetapi ia harus mengakui dirinya eksis, meski ia menolak selain dirinya, minimal ia mengakui adanya dirinya sebagai yang eksis.

Jangan sampai sesuatu itu tidak ada nama atau makna  kita menggugurkan terhadap sesuatu yang ada. Maka kita bertanya pada barkeley, ia tidak mengetahui sesuatu itu apakah belum ada namanya atau tidak, sebab ia meletakan persepsi itu pada sesuatu yang diketahui saja. Subjek yang memikirkan dan objek yang dipikirkan pada yang berpikir maka itu eksis.

Maka penolakan terhadap eksistensi realitas itu pada keapaan, bukan realitas sebagaimana realiatas. Realitas belum ada nama atau tidak ia tetap eksis, bukan berarti non eksis karena belum ada namanya. Barkeley menolak wujud murni, ia menerima wujud yang sudah diketahui namanya saja.

Makanya ada istilah tak kenal maka tak sayang, ini barkeley sekali. Walaupun tanpa kenal kita harus sayangkan, karena ini semua satu eksistensi. Masak kita sayang kecuali kita kenal. Lalu bagaimana dengan orang yang anda tidak kenal, anda tidak sayang? Masalahnya kita ini satu eksistensi. Belum kenal pun kita harus menyayangi karena ia satu eksistensi. Walaupun kita belum mengenal sifat dan namanya apa.

Dalam dunia akademik dan motivasi tak kenal maka tak sayang. Terus seperti batu, ikan, dan sejenis makhluk hidup tidak kita sayang, karena belum kenal. Maka perkataan ini adalah perkataan keraguan eksistensi. Pohon di tebang, semut dimatikan, ini berkaitan tidak kenal, yang cuman menganggap manusia satu satunya eksistensi. Tapi dalam teori ontologi mulla shadra, semua harus disayangi, karena berkaitan dengan satu eksistensi, masak cuman manusia aja yang disayangi, yang lainnya tidak. Berarti  Tidak eksistensi (dikenal) dan di eksploitasi, makanya orang melakukan PDKT, buang buang waktu saja😄, padahal kan alam semesta tidak perlu diktum itu, karena kita bernilai eksistensi, tanpa kita mengenal namanya kita harus menyayangi eksistensi itu. Jikalau sudah ada namanya, nanti sudah ada hasrat yang masuk.

Semisalkan tadi pagi, saya mencoba makan gaya eksistensi, saya letakan garam banyak banyak, tentu asam, saya tahan. Dan saya jatuh pada mahiya, sebab makanan itu sudah ada tambah" penyedapnya. makanya makan eksistensi, ialah makan saja (tanpa rasa) Nasi putih makan saja. Untuk mematikan hasrat, supaya waham tidak bermain terus. Makanya untuk memasuki ruang ketuhanan perlu mematikan hasrat supaya mudah memasukinya.

Sebagian para sufi ketika ia makan buah, ia letakan garam, supaya tidak ada rasa enaknya itu, nanti kalau sudah muncul rasa enak, bisa jadi kita ketagihan dan lupa diri.


Shadaqaullahul Adzhim....

Malang, 26/11/23 diperbarui 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8