Urgensi Filsafat Dalam Memahami Kerangka NDP HMI

By. Rumi ali ahmad

Tak bisa dihindari lagi kebergantungan NDP sebagai basis ideologi ditubuh HMI perlu berbagai macam pendekatan untuk memetakan apa yang dimaksud cak nur, namun didalam konteks kali ini bagaimana tinjauan filsafat melihat kerangka NDP cak nur ini. Jika dikota makasar memiliki materi awal Kerangka Berpikir Ilmiah (KBI) maka Di kota malang itu sendiri didalam pedoman pengkaderan nya masih mempertahankan Filsafat sebagai Basis Awal untuk memahami Kerangka NDP. Makanya disetiap Training LK 1 tak jarang ada komisariat melepaskan filsafat pada materi-materi yang akan di bawakan.

Filsafat sebagai pisau analisis sayangnya tak memiliki perhatian khusus bagi kader HMI terutama di kota Malang (semoga saja pendapat ini tidak benar). Padahal jika kita artikan bahwa filsafat ialah berpikir, maka sedari awal manusia memang hewan berpikir, sebab ia sudah dibekali sofware dikepalanya yang disebut dengan akal. maka sangat sulit menolak keberpikiran pada diri manusia, menolak berpikir sama halnya menolak keakuan. Akhirnya, kita tak bisa membedakan diri lagi antara mana manusia dan sapi.

mungkin lebih banyak yang suka bermain Politik praktis ketimbang berpikir yang dikatakan ruwet ngga penting, hanya bermain seputaran kata-kata dan alias membingungkan.😁

Alhasil pada saat ini, Krisis Pemateri Filsafat pada ruang lingkup HMI terjadi, mati sebuah tradisi intelektual, mati organisasi pengkaderan.

Sudah seharusnya saat ini pengkajian filsafat sudah menjadi makanan wajib bagi kader, oleh karena itu mari rekontruksi metode penyampaian materi yang relevan lagi dengan perkembangan zaman. Melihat perkembangan dunia modern yang begitu cepat memasuki sendi-sendi kehidupan ini dan menjadikan pola pikir sebagian warga HMI jatuh terhadap Postivisme comte dan rasional eropa. Memang berwajah islam, tapi gaya berpikir disusupi keeropaan tanpa disadari menjadi paradigma berpikir.

Ala kulli hal, Filsafat hadir ingin menawarkan suatu metode pengetahuan, terutama pada filsafat islam dimana tidak adanya dikotomis antara hal" ilmiah dan rasional (nazariah al intiza') sebagaimana gaya eropa yang begitu menonjol dualitas, kalau ngga idealisme ya tentu materialisme, mungkin saja apabila dipelajari, metode epistemik nazariyah al intiza' kayaknya cocok digunakan bagi aktivis HmI, saat ini aktivis HmI berwajah islam namun cara pandang nya Marx, lenin, comte dll. Tentu sah sah saja namanya juga pemikiran orang. Yah, Mungkin hanya sedikit yang mau mengambil garis tradisi intelektual yang dibangun cak nur.


Semoga bermanfaat tulisan singkat ini.

Trimkasih
Shadaqaullahul Adzhim. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8