Memualafkan Filsafat, Benarkah begitu?

Refleksi Singkat Sejarah Filsafat Islam


By. Ali rumi (Jakfi Malang)


Berbicara Filsafat sebetulnya ia memiliki satu  peradaban yang besar di era yunani. Tentu kita tak bisa melepaskan Basis filsafat pada zaman-zaman yunani tersebut dimana istilah filsafat juga banyak bermunculan. Namun ketika kita melihat sejarah filsafat dan melepaskan dari peradaban yunani, maka filsafat itu kumunculannya beriringan dengan kemunculan manusia. Jika kita istilahkan Filsafat ialah berpikir, sehingga kemunculan manusia yang ditandai dengan hewan yang berpikir maka pada saat itu pula filsafat juga hadir sebagai basis keberpikiran manusia. Tak heran jika dikatakan filsafat ialah induk dari segala ilmu pengetahuan, kayaknya filsafat dan manusia sama" purba.

Sederhana saja kita tak perlu mengartikan filsafat itu berat, rumit, sesat dan membingungkan. Filsafat itu mudah jika kita artikan ia sebagai sofware Keberpkiran. Tentu keberpikiran tidak terlepas dari sistem berpikir.

Kebanyakan dari kita mengambil Kata filsafat berasal dari bahasa bahasa Yunani. Semua cendekiawan masa lalu dan modern yang mengenal bahasa dan sejarah ilmiah Yunani kuno, mengatakan bahwa Kata filsafat berasal dari kata philosophia, kemudian di artikan ke dalam bahasa arab yaitu falsafah,falsafeh dan menjadi kata dasar buatan yakni filsafat. Kata philosophia merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu philos dan sophia.

Kata philos berarti cinta, sahabat, atau kekasih, adapun kata sophia memiliki arti kebijaksanaan, kearifan, ataupun pengetahuan. Dengan demikian, arti kata philosophia adalah cinta pengetahuan/kebijaksanaan. Dan disini muncul Socrates dan plato di kenal sebagai philosophos yakni orang yang cinta akan pengetahuan.

Sehingga, arti kata filsafat yang merupakan kata dasar dari arabisasi juga memiliki arti usaha yang dilakukan oleh filsuf. Jauh Sebelum Socrates, tampil sekolompok orang yang menamakan dirinya sophist. Kelompok ini menjadikan pandangan dan persepsi manusia sebagai suatu hakikat dan kebenaran, lalu mereka membuat berbagai kekeliruan dalam beragumentasi.

Seiring berjalannya waktu, kata sophist, keluar dari makna aslinya dan berubah menjadi seorang yang mengunakan argumentasi-argumentasi yang keliru, dan kata sufshatha merupakan kata dasar arabisasi di artikan sebagai seorang yang biasa menggunakan paralogisme (kondisi sesat pikir yang tidak disadari akan pelaku sesat pikir/penalaran yang diargumentasikan seolah-olah tampak masuk akal)

Socrates disebabkan rasa rendah hatinya dan kemungkinan disebabkan khawatir di sejajarkan dengan kaum sophist, sebab kaum shopis yang mengkalim cinta akan kebenaran namun hanya menggunakan pengetahuan sebagai kaki tangan tirani/cari makan. maka socrates sebenarnya enggan disebut sophist atau cendekiawan. Karena inilah maka ia disebut sebagai failusuf/filsuf/philosophos, yakni pecinta ilmu.

Filsafat sebagai suatu cara berpikir manusia sebenarnya ingin membantu manusia untuk kembali pada dirinya dengan sistematika akal nya. Disini pula banyak muncul aliran filsafat untuk mengantarkan diri manusia pada hakikat dirinya. Ada pendekatan paripatetik, stoikisme serta kalangan helenic dan seterusnya dan berbagai macam lagi muncul para filosof seperti Thales, socrates, plato, ariatoteles dll. Sehingga berakhirlah fase yunani awal ini ketika byzantium ataupun Romawi masuk pada wilayah ini dan menguasai aset-aset intelektual tersebut dan ditandai dengan kemunculan fase kedua yaitu filsafat skolastik dan dimana agama sudah masuk sebagai justifikasi hal-hal intelektual.

Pertemuan agama dan filsafat pada skolastik ini menjadikan suatu rezim yang despotik, diktator selama sekian abad di eropa. Setelah itu muncullah pemberontakan. Dan kita juga tahu bahwa sebagian tokoh di zaman skolastik ini cukup berkontribusi pada bidang teologi seperti anselmus, Thomas aquinas sampai munculnya zaman pencerahan/aufklarung dan ditandai dengan kematian Tuhan (kehancuran metafisika) atau narasi-narasi filosofis tentang metafisika.

Dimana kita mengetahui adanya aliran Rasionalisme, empirisme, positivisme, positivisme logis, kritisisme dll. Sehingga filsafat jatuh pada era ambigu dimana filsafat tidak lagi dipakai sebagai alat untuk menjawab persoalan universal dan telah di hancurkan dengan gagasan-gagasan khusus yang ditandai dengan kemunculan eksistensialisme, romantisme, dialektika dan seterusnya sampai filsafat barat menemukan titik jenuhnya pada era kolonialisme, disinilah lahirnya anti terhadap pemikiran-pemikiran yang di anggap sebagai cikal bakal munculnya peradaban baru di eropa dan muncullah posmodernisme dengan membongkar semua definisi-definisi pemikiran barat yang di anggap sudah menghilangkan manusia sebagai mahluk sosial dan muncullah gagasan itu seperti di jerman, francis yang disebut dengan mazhab Frankfurt atau lingkaran wina ataupun post strukturalisme di Francis sampai hadirnya pemikiran-pemikiran yang terbaru seperti bob dilan yang mempertanyakan prilaku manusia karena sudah masuk era algoritma dan dipengaruhi oleh simulakrum yang telah diciptakan untuk menghilangkan realitas manusia yang sejati.

Dan akhirnya muncullah internet sebagai nafas kedua yang tidak terpisahkan dengan diri manusia. Dari sinilah realitas semakin mengalami persoalan-persoalan dimana kita bertanya-tanya kembali tujuan, hakikat dan akhir kehidupan ini.

Jika kita melihat filsafat islam, lantas dimanakah kumunculannya. Kita mengenal adanya islamic golden age yang dimana kita sangat bangga dengan kebesaran ilmu nya di daerah Baghdad yang saat ini dikenal dengan persia. Namun seiringnya ekspansi besar besaran oleh mongol, kini tempat itu menjadi catatan sejarah semata.

Menurut alfarabi dalam kitabnya tahsil as sa'adah, filsafat berasal dari babilonia, kemudian pindah ke mesir,lalu ke yunani, suryani dan akhirnya sampai ke arab. Filsafat pindah ke negeri arab setelah datangnya islam, oleh karena itu filsafat yang pindah ke negeri arab ini dinamakan filsafat islam yang telah terarabisasi. Namun jika kita lihat, bahwa islam bukan hanya di arab saja, sehingga tidak patut juga kita mengatakan filsafat Islam adalah filsafat arab.

Di sisi lain Kemunculan filsafat Islam mungkin salah satunya karena tidak hadirnya otoritas dalam memaknai teks-teks keagamaan, ketika otoritas itu tidak menjadi jelas, maka kemudian diambilah apa yang terjadi dibarat untuk menjadi juri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait dengan ketuhanan ataupun persoalan kalam. Kemudian dari hal inilah proses penerjemahan dari alkindi yang diambil dari dunia eropa dan dilanjutkan oleh alfarabi serta dikembangkan dan akhirnya menjadi pemikiran baru ditangan ibnu sina menjadi filsafat paripatetik yang memiliki kekhasan.

Walaupun namanya filsafat islam bukan berarti filsafat sebelumnya di eropa baik itu diyunani ataupun barat di islamisasikan sehingga menjadi filsafat islam, bukan adanya nama islam dibelakang filsafat menjadikan dimualafkan. namun filsafat islam ialah suatu capaian pemikiran pembaharuan dalam dunia filsafat dimana ia memiliki kekhasan tersendiri. Tentunya kita tak bisa melepaskan filsafat islam dari peradaban yunani yang dimana filsafat menjadi peradaban besar pada saat itu dan berdampak pada para pemikir muslim juga.

Seperti halnya Ditangan alfarabi, paripatetik, al masyaiyah berkontribusi memberikan bagi pemikiran islam termasuk dalam teologi seperti mu'tazilah, assariyah, murjiah dll.  Dan ketika filsafat paripatetik bertentangan dengan doktrin agama, mazhab, penciptaan alam, iluminasi dan ma'ad (kebangkitan) sehingga berakhirlah filsafat dan di anggap sebagai musuh oleh kalangan non esensial sebab filsafat ialah upaya untuk membongkar status quo yang berkembang di masyarakat waktu itu ditubuh umat muslim. Akhirnya filsafat disingkirkan dan di tutup sebagai suatu pemikiran berbahaya Dan bertentangan dengan literatur islam sehingga di posisi inilah muncul fatwa-fatwa terkait filsafat yang ditandai dengan kemunculan imam alghazali terkait filsafat.

Namun di saat itu adapula perdebatan panjang di antara alghazali dan ibu rusyd yang menghasilkan karya fenomenal yaitu tahafut al falasifah dan tahafut at tahafut. Di sisi lain, karena ada bagian umat islam yang tak terpengaruh dengan penutupan filsafat justru berkembang tapi tidak tercover yang ditandai dengan adanya suhrawardi dengan latar belakang persia, plotinus (neo platonik) kemudian berkembang pandangan baru terhadap kritik paripatetik di wilayah epistemologi dan logika, sampai disitu suhrawardi wafat dengan umur yang sangat muda dan karyanya yang belum tuntas sebagai antitesa paripatetik yang cenderung menggunakan persepsi indrawi terutama pada as syifa dan karya lainnya.

Selama sekian fase filsafat islam sempat mengalami Kemunduruan atau masa kebekuan sebab serangan ghazalian dan dogmatisme agama ataupun Kaum non esensial. Dan sampai pemerintahan safawiyah berkuasa filsafat mulai lagi mengalami kebangkitan sedikit demi sedikit. Muncullah para filsuf mutakhir seperti mir damad dan muridnya yaitu Mulla Shadra, zununi dan beberapa pemikiran-pemikiran yang mengembangkan mulla shadra dan mengkritiknya dan disinilah muncul Hikmah Mutaaliyah sebagai sebutan filsafat shadra, walaupun pada saat itu tidak terlalu direspon kalangan filsuf persia. Menurut sebagian umat pada saat itu kebutuhan fikih menjadi hal yang prioritas, sehingga hikmah Mutaaliyah atau filsafatnya shadra belom lah viral yang seperti saat ini kita kenal.

Tak terlepas dari itu, hikmah Mutaaliyah sedikit demi sedikit ia dikembangkan oleh sabzawari dan memberikan beberapa komentar penjelasan harmonis antara filsafat dan tawasuf (teosofi). Hingga saat ini filsafat islam yang masih bertahan sebagai sebuah tradisi di ajarkan di hauzah/iran. Karena Teosofi Shadra di anggap penting untuk di ajarkan, sampai lah ditangan allamah Thabatabai yang dimana akan mengajarkan filsafat nya shadra dan beliau memunculkan beberapa karya seperti bidayatul hikmah, hinayatul hikmah dan akhirnya menjadi viral pada saat itu. Dan ketika revolusi islam iran terjadi disitulah filsafat mendapatkan porsi pengajaran yang lebih intens lagi.

Ditangan Allamah Thabatabai, filsafat mendapatkan pengajaran yang modern sehingga diminati oleh banyak orang pada waktu itu dan tidak sedikit pula orang-orang mempelajari syiah. Hal begini memang harus saya sebutkan, terlepas dari kemazhaban sebab saya berbicara pemikiran bukan kitab" agama.

Salah satu ciri khas hikmah Mutaaliyah ialah integrasi antara irfan dan filsafat dan juga mengambil pandangan suhrawardi serta memasukan narasi-narasi kesucian yang di ambil dari hadis-hadis Rasul saw dan nahjul balaghah imam Ali dan akhirnya hadirlah pemikiran islam yang khas ala Mulla shadra. Hasil dari pembelajaran filsafat yang intensif itu lahirlah Beberapa murid allamah seperti imam khomenei, Muthahhari, jawadi amuli, Muhammad taqy mizbah yazdi haeri yazdi,  Henry corbin, sayyid hosein nasr, william chittick.

Hikmah Mutaaliyah bukanlah wahyu dan bukan pula kitab suci baru, maka dari itu kita perlu mempelajari secara utuh dan sistematis dalam menelusuri hikmah Mutaaliyah sebagai pembaharuan pemikiran terutama dibidang filsafat, maka kemunculan filsafat di era yunani sampai saat ini menjadi elemen besar cikal bakal teosofi transendental shadra. Sehingga Perlu nya kita mengetahui dan keterbukaan menerima dari segala sumber untuk melihat bagaimana mulla shadra ataupun yang lainnya menyusun pemikiran dan menjadi suatu karya besar. Maka seharunya pula kebaharuan dalam bentuk keberpikiran itu mestilah terus ada, dan tidak hanya berhenti pada pemikiran-pemikiran tertentu. Seperti halnya mulla shadra yang menambahkan tema di filsafat islam yang memiliki kekhasan tersendiri seperti gerak subtansial (al haraqah al jauhariyah) yang dimana antitesa dari gerak aksidental aristotelian.

Perlunya kita menyadari bahwa suatu pemikiran itu bukan hanya berhenti dan menjadi suatu sistem idelogi yang seperti dilakukan materialisme. Lagi pula material itukan hal-hal yang berubah, kenapa harus dijadikan satu ideologisasi terhadap material. Akhirnya ini kan menjadi satu kekakuan dan stagnan (tak berkembang) seperti halnya sesuatu harus material saja, selain itu tidak ada (kebuntuan).

Seperti halnya dalam agama, wahabi menolak sesuatu yang tidak dilakukan oleh nabi, ini bidah itu bidah. Hal beginikan membuat suatu yang harus berkembang menjadi terhalangi oleh pemikiran yang jumud. Dalam pahaman pemikiran esensial, perlunya kita menerima dan mencoba membuka ruang referensi itu secara lebih luas. Dan corak berpikir ini berkembang juga diwilayah barat, jarang kali pemikiran barat memasukan unsur-unsur agama pada wilayah pemikirannya, tentu hal begini ialah orang-orang yang non esensial dalam pemikiran ternyata bukan islam saja ada wahabi, dibaratpun punya (wahabi pemikiran).

Saat ini bisa kita lihat, dikampus-kampus saja masih bertahan dengan teori-teori lama, seperti adanya ke engganan untuk melakukan pembaharuan. Mungkin saja begitu. Kalau memang benar begitu sungguh sangat sayang sekali dunia akademik yang tidak mengedepankan pembaharuan pemikiran, bukan sekedar gedung-gedung kampus saja yang betingkat dan mewah serta UKT ataupun SPP mengalami pembaharuan, Namun kembalikan subtansi dari ruang akademik.

Ala kulli hal, kemunculan filsafat islam mau dari kalangan sunni dan syiah bukanlah barang jadi begitu saja, namun kemunculannya begitu panjang, dinamika yang begitu berat dilewati filsafat dimana mengalami diantara kebangkitan dan kematian. Justru dengan dinamika tersebut menjadikan filsafat terus bertahan. Memang jika kita mengkaji filsafat perlunya dinamika segala arah, supaya kita tak membuat filsafat sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang kaku akan makna universalnya.

Filsafat Layaknya puzzle, kita perlu menyusun nya dengan beragam pendekatan, beragam referensi supaya kaya akan maknanya. Namun jika kita hanya melihat satu kelimuan saja sudah cukup dan tak perlu referensi lain dan yang lain tidaklah sebaik yang kita gambarkan maka secara tak langsung kita sudah memutlakkan sesuatu tersebut. Seperti halnya argumentasi yang sering kita dengar dari orang beragama, islam saja sudah cukup!......


Shadaqaulahuladzim.....


Kota Malang,6/9/23








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8