Kepercayaan Dan Kebenaran Adalah anak Kandung.
Makna kepercayaan 1
~Relasi teks dan konteks antara kebenaran dan kepercayaan
By. Ali rumi
Semua orang pasti memiliki kepercayaan apapun itu bentuknya. Sebuah bentuk kepercayaan tidak datang begitu saja, tentu ia memiliki sebuah dasar atas kepercayaan itu sendiri. Pernah tidak kita menyadari mengapa kita harus melakukan ini dan itu, apa yang membuat kita melakukan sebuah tindakan tersebut. Tentu kita melakukan tindakan pasti adanya kepercayaan yang membuat kita melakukan sebuah tindakan. Didalam tindakan tersebut pasti adanya nama Dasar, kepercayaan tidak lahir begitu saja. Jika ada Dasar dari sebuah kepercayaan, maka apa dasar itu tersebut? Dari mana munculnya?
Didalam kehidupan ini siapapun dia, baik individu ataupun sekelompok orang pasti memiliki sebuah kepercayaan. Kepercayaan merupakan inheren dalam diri manusia, bahkan yang menolak sebuah kepercayaan tentu ia memiliki kepercayaan untuk menolak suatu kepercayaan. Jika Kepercayaan merupakan inheren dalam diri manusia maka dia memiliki problem, dalam artian lain yaitu problem kepercayan. Problem kepercayaan salah satunya ialah sebuah keraguan yang dialami oleh setiap orang. Jadi, bisa katakan wabah covid 19 ini akan berakhir ( sebuah kepercayaan). Namun, sering kali kepercayan ini tidak membuat sebuah kekuatan untuk kita meyakini keputusan kita, karena apa? Karena adanya persoalan keraguan, sebuah ambiguitas, sebuah kegalauan. Seperti Kita pernah mempercayai seseorang, namun dalam proses perjalanan waktu kita sering kali mengalami keraguan yang kita percayai.
Dengan begitu, sebelum orang mempercayai terhadap sesuatu seharusnya ia menyelesaikan dulu masalah keraguan itu tersebut. Sehingga sebuah kepercayaan yang dipercayai tidak mengalami dampak yang merugikan. Sebab, konsekuensi dari kepercayaan ada di Tata nilai. Jika problem keraguan yang ada diselesaikan terlebih dahulu, maka dengan sendirinya kepercayaan akan menjadi sebuah kekuatan, sebuah kepastian yang tidak akan menggoyahkan siapapun yang mengimani.
Dengan demikian, maka keraguan itu tidak bisa diselesaikan oleh sesuatu hal yang berkaitan dengan kepastian, bahkan kepercayaan itu sendiripun tidak bisa menyelesaikan keraguan. Karena kepercayaan adalah sesuatu yang diproseskan, sesuatu yang ingin dicapai dengan inheren. Maka , dia membutuhkan dasar yang kuat untuk menyelesaikan persoalan kepercayaan. Jadi, kita melihat bahwa problem keraguan yang ada pada kepercayaan itu harus kita selesaikan sejak pertama kali, sebelum kita menyusun atau memilih sebuah kepercayaan. Jadi, keraguan" yang kita alami mau tidak mau adalah sebuah proses awal, sebuah problem untuk kita memasuki ruang ruang kepercayaan. Maka keraguan itu hanya bisa diselesaikan oleh kepastian dan kepastian itu ialah sebuah kelogisan kelogisan yang digunakan atau dibuktikan terhadap apa apa yang kita percayai.
Kepercayaan merupakan sebagai sesuatu yang inheren perlu setiap individu harus meraihnya, bukan berdasarkan hanya diterima begitu saja. Jika kita melihat dalam KBBI mengenai kata kepercayaan maka ungkapan nya berkaitan dengan keyakinan terhadap sesuatu yang benar dipercayai. Jadi, dalam kepercayaan itu didalamnya ada keyakinan dan keyakinan itu muncul yaitu terhadap apa yang kita percayai, bukan keyakinan terhadap kepercayaan. Itu dua hal yang berbeda, keyakinan kita terhadap kepercayaan itu berarti menuhankan diri, namun kalau kita meyakini sebuah kepercayaan terhadap apa yang benar, maka kebenaran itu akan menjadi sebuah keyakinan. Ada dua term yang berbeda, yang pertama kepercayaan itu sifatnya inheren (eksistensial) pada sisi yang lain kepercayaan itu membutuhkan sesuatu yang diyakini dan sesuatu yang diyakini itu berkaitan dengan kebenaran. Kalau dia berkaitan dengan kebenaran, maka kepercayaan itu bukan lahir semata mata kita percaya, namun kebenaran itu lahir dari sebuah kesadaran individu terhadap apa yang ia yakini, maka ia akan menguji setiap apa yang ia percayai itu sebagai sesuatu yang benar ia harus senantiasa menguji secara valid ataupun secara ilmiah.
karena kepercayaan itu sesuatu yang inheren mau tidak mau ,suka tidak suka orang harus percaya apakah benar ataukah tidak dia harus meyakini sesuatu yang ia katakan itu benar, dia katakan benar bukanlah sebuah ungkapan emosional bahwa saya senang sama sesuatu itu kemudian saya percaya, saya membenci sesuatu makanya saya tidak percaya, Kepercayaan tidak berkaitan dengan itu. Karena kepercayaan terhadap sesuatu yang benar untuk dijadikan sebagai sebuah keyakinan tidak berkaitan dengan suka dan tidak suka, senang dan tidak senang. Namun, ia berkaitan dengan sesuatu itu mengandung sebuah kepastian yang kita percayai.
Kepercayaan kita terhadap sesuatu itu adalah hal yang tidak bisa ditolak, namun pada saat bersamaan orang juga harus mempercayai bahwa yang dipercayai itu benar. Jadi, jika kepercayaan itu adalah inheren, maka bisa kita katakan ia adalah kebutuhan yang permanen. Kebutuhan permanen itu sejalan dengan bahwa yang kita percayai itu harus pula benar. Kalau kepercayaan adalah sebuah keputusan maka pada saat bersamaan bahwa kepercayan harus benar. Maka kebutuhan terhadap kepercayaan itu sama halnya dengan kebutuhan terhadap sebuah kebenaran. Jadi, antara kepercayaan dan kebenaran itu dia memiliki sebuah kebutuhan yang sama, bahwa tidak ada orang percaya hanya sekedar percaya, namun harus ia pastikan bahwa yang ia percayai itu harus pula benar.
Maka kata cak nur, apabila kepercayaan itu tampak maka ada dua kemungkinan, yang pertama berkaitan dengan mungkin semuanya salah, ataukah mustahil dua duanya salah dan benar, hanya ada salah satu yang benar dan salah saja. Ini penjelasan yang cukup lumrah. Artinya apa, berarti kepercayaan itu sifatnya dinamis, kedinamisannya itu berkaitan dengan kebenaran yang dibalut oleh sekian kepalsuan. Cak nur mengatakan ada kebenaran yang satu diyakini, namun ada kebenaran yaitu dimungkinkan mengandung sebuah kepalsuan, maka kita akan bertanya secara jujur saja apakah yang kita yakini ini benar adanya?
Sering kita mendengar mengenai hadis atau doktrin agama yaitu islam akan terbagi menjadi 73 golongan bahwa 73 golongan itu hanya satu yang benar dan 72 itu salah. Ini adalah sebuah ruang kepercayaan yang dibalut kepalsuan, kalau hanya ada kebeneran didepan mata ,maka itu menjadi hal yang mudah untuk kita yakini. Namun, bagaimana jika sebuah kebenaran itu dibalut oleh sebuah kepalsuan, atau bahasa sentilnya yaitu jangan" yang kita percayai ini bukan ajaran, tapi ajaran nenek moyang, kalau orang fikh mengatakan yaitu Bid'ah. Ini artinya apa, yaitu kebenaran yang dibungkus oleh kepalsuan. Kalau kebenaran itu dibungkus dengan kepalsuan, maka setiap bentuk kepercayaan diharapkan teman teman melihat secara ruang kemungkinan disetiap kepercayaan itu ada sebuah kebenaran kebenaran yang terkandung. Jadi kita tidak bisa mengatakan saya yang paling benar, kamu yang paling salah, oh tidak bisa begitu, dalam ruang kayakinan individu bisa diterima, namun dalam relasi dari sekian berbagai macam bentuk kepercayaan ada ruang kebenaran yang perlu kita ketahui bahwasanya ada kebenaran yang dibalut oleh kepalsuan. Maka kita harus bertanya apakah yang kita percayai itu betul betul benar atau salah?
Waullahh'ualam bi shawab....
Shadaqaulahuladzim
Malang
Komentar
Posting Komentar