Hilangnya Fenomena Sedekah laut Dikayong Utara (Sukadana)
Hilangnya fenomena sedekah laut dikayong utara (Sukadana).
(Masyarakat Dan Budaya dalam kemelut post- Truth)
(Masyarakat Dan Budaya dalam kemelut post- Truth)
Laut menjadi salah satu sumber alam sekaligus mengandung berjuta kehidupan di dalamnya. Acapkali kehidupan ini yang dipenuhi dengan pertanyaan pertanyaan yang mengundang manusia selalu gelisah. Banyak cerita yang saya dapatkan di kota saya sendiri Kayong utara sudah beberapa tahun terakhir nelayan berkeluh kesah bahwasannya laut menjadi salah satu sumber alam yang mereka cari untuk mencukupi kehidupannya tidak lagi memberikan apa yang mereka cari, terkadang mereka yang melaut hanya pulang dengan tangan kosong. Ini merupakan masalah besar bagi rantai kehidupan kita wabil khusus di kayong utara. Ada yang mengatakan kini para nelayan sangat susah menangkap ikan, tidak seperti dulu lagi ikan sangat berlimpah. Alhasil banyak nelayan yang mangkrak kelaut akibat kondisi ikan yang minim untuk ditangkap.
Selain ikan yang minim, banyak hal lain yang telah berbeda dari sebelumnya, pada waktu sebelumnya para penelayan setiap satu tahun sekali biasanya mengadakan sedekah laut (nyapak laot) untuk mendapatkan rezeki ikan yang berlimpah sekaligus keselamatan dalam mencari rezeki dilaut atapun meminta agar memberikan kemudahan dan kelancaran para nelayan. Dalam kegiatan sedekah laut ini Ada sebagian yang berpikir musrik, adapula yang berpikir tidak bermaksud menyekutukan Tuhan, Maksud baik para perkumpulan nelayan dan masyarakat setempat sangatlah baik. Akan tetapi menempatkan kebaikan itu yang perlu kita luruskan.
Antara Tradisi lama dan Tradisi baru sedekah laut.
Sedekah laut disetiap daerah pastilah memiliki corak tertentu, ia adalah tardisi para leluhur yang memiliki sifat dan kebiasaan yang ada di daerah tertentu. Pada saat saya duduk bersama nelayan, terbesit dikepala saya mengenai tradisi ini yang sudah lama tiada. Beberapa nelayan yang saya tanyai mengenai sedekah laut yang tidak lagi ada dilakukan apa masalahnya, dan ada kendala apa? Banyak nelayan yang menjawab bahwasanya tidak ada penerus seorang pawang/dukun yang menjadi pemimpin jalannya sedekah laut ini. Kalau waktu dulu sedekah laut dilakukan hampir setiap tahunya, sekarang sudah berbalik arah. Waktu dulu sedekah laut dilakukan dengan berbagai bahan yang ingin di sedekahkan salah satunya telur mentah dan perahu mini yang memuat bahan" sedekahan dan hanya dilakukan di pinggir laut dengan menggunakan perahu mini yang dibuat kemudian perahu tersebut dengan kekuatan supranatural Bergeraklah ke arah laut walaupun tidak ada angin kencang yang meniup perahu tersebut dan perahu itu tetap berjalan sesuai tujuan yang di arahkan oleh sang pawang/dukun. Alhasilnya setelah melakukan sedekah laut itu, pawang/dukun memberikan peringatan kepada para nelayan untuk tidak kelaut selama 3 hari dan berbagai pantangan yang harus dijalani. Jika waktunya telah tiba maka segeralah para nelayan untuk menangkap ikan kembali, walhasil para nelayan banyak mendapatkan ikan. Ada beberapa orang nelayan mengatakan bahwa sedekah laut ini memang membawa suatu nilai yang sangat beharga pada waktu itu seperti ikan yang berlimpah.
Saat 3 tahun belakangan ini sedekah laut dengan pawang/dukun yang berbeda dikarenakan tidak ada lagi yang menyambung rantai tersebut dan terjadilah keterputusan suatu tradisi keilmuan dan kebudayaan. Dengan keadaan pawang/ dukun yang baru dan berubah jugalah cara sedekah laut yang biasa dilakukan. Mulai dari bahan" sedekahan dan cara pelepasan sedekah tersebut jelas berbeda, Alhasilnyapun juga jelas berbeda, mulai dari ikan yang sangat merosot dan bahkan Tradisinya juga ikut merosot. Lama kelamaan yang dilakukan tradisi tersebut sampai pawang/dukun yang tiada lagi (Meninggal Dunia) dan menjadikan tradisi ini sudah lama menghilang. Saat sekarang apalagi wabah yang menimpa hampir di seluruh penjuru dunia yaitu covid 19 membuat banyak kerugian yang amat besar salah satunya dibidang perekonomian, dampak covid 19 ini membuat orang besar sampai yang kecil mengalami kepanikan dan kecemasan, apalagi orang kecil yang selalu berusaha mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan bgitu juga terhadap nelayan yang ada di kayong utara mengalami kesusahan karena banyak orang" yang menjadi penampung ikan para nelayan tidak bisa mengambil ikan lagi dikarenakan banyak akses tempat perekonomian di lockdown, belum lagi masalah ikan yang merosot di lautnya, Nelayan kayong utara di ibaratkan jatuh dan tertimpa tangga. Apakah ini permainan perekonomian kapitalis? Waulahhu'alam, Semoga Rezeki para nelayan kita bisa kembali normal lagi.
Sudah cukup lama Tradisi ini menghilang akibat ditinggalkan pawang/dukun yang sudah tiada lagi. Sebuah masalah yang harus kita perhatikan bersama, karena tradisi yang begitu bagus bisa membuat para nelayan dan masyarakat saling berbondong-bondong semangat dalam mengsukseskan acara tersebut, ini adalah nilai ke ontentikan masyarakat kita, dimana tradisi ini bisa membuat orang berkumpul saling mengakrabkan bahkan bisa membangun sikap gotong royong. Walaupun ada beberapa kesalahan dalam melakukan tradisi tersebut seperti bermaksud meminta kepada yang selain Tuhan, serta bahan" yang disedakahkan dibuang secara mubazir begitu saja, akan tetapi Tradisi ini dapat membangun semangat perekonomian dan kebudayaan. Lantas bagaimana kita mengembalikan tradisi yang sudah Hilang ini serta meluruskan kiblat sedekah laut yang tidak menimbulkan makna yang negatif ( Teologi negatif).
Fenomena antar masyarakat sudah mulai kelihatan Rasa pesimis, sudah mulai muncul makna makna baru dalam kehidupan yang sebenarnya jauh dari semangat kebudayaan dan kemanusian. Melihat dari fenomena yang tidak lagi memiliki semangat Tradisi kebudayaan membuat emosional masyarakat semakin menjauh, semakin merenggang dan semakin keterbelakangan. Adapun yang menjadi dasar dalam membentuk kembali sebuah tradisi yang sudah lama menghilang ini terutama di bidang paguyuban nelayan haruslah memiliki kesadaran bersama sebagai spirit Kebangkitan yang lebih massif. Tidak hanya cukup suatu paguyuban nelayan saja, akan tetapi keterlibatan pemerintah Daerah terutama Dinas perikanan dan kebudayaan serta masyarakat juga harus memberi dukungan penuh untuk membawa semangat perekonomian dibidang kelautan ini. Semakin hari boleh kita lihat antara pihak instansi pemerintahan dan para nelayan yaitu jauh panggang dari Api.
Meskipun kerap kali ada beberapa nelayan yang bersikeras untuk mengembalikan tradisi sedekah laut ini, tapi apalah daya jika hanya satu dua orang saja yang bergerak, yang lainnya kemana? Mungkin ini yang dinamakan akhir dari Sebuah Tradisi dimana masyarakatnya sudah menemukan kehidupan yang lebih relevan dengan keadaan modern. Sehingga apa yang terjadi, Kerukunan dan semangat gotong royong kita sudah rapuh sejak beberapa tahun belakang ini. Pemicu keterpisahan antar paguyuban nelayan dan instansi pemerintahan terutama di perikanan salah satunya yaitu instansi perikanan kurang mengindahkan keluh kesah para nelayan dan antara pihak instansi dan para nelayan mengalami miskomunikasi yang luar biasa. Saya dapatkan cerita ini dipinggir pelabuhan dan duduk bersama nelayan sukadana.
Saat ini Boleh jadi kita telah mengalami kemunduruan yang sangat luar biasa di bidang kelautan dan kebudayaannya, kita kekurangan kesadaran, jangan sampai kita kehilangan sisi perekonomian dan kebudayaan yang lainnya juga. Orientasi kehidupan kita hanya sebatas Nikah, punya anak dan bekerja untuk menghidupi seputaran itu saja, Kita lupa bahwa ada nilai yang lebih dari itu. Masa depan daerah kita jika hanya berkumpulnya orang" yang berorientasikan kehidupan yang simetris tersebut ini akan berakibat buruk pada kesehatan Kota betuah ini. Semoga kita lebih progresif dalam membangun jaring jaring kehidupan yang baru untuk masa depan daerah yang memang benar" BETUAH sesuai predikat yang di gaungkan.
Meneropong kemajuan dan perubahan dari membaca dan menulis.
Waulahhu'alam bi shawab.....
Sayyid Hoesin Nasr
Jumat 10 april 2020
Kota Betuah
Komentar
Posting Komentar