ANTARA CITA, FAKTA & KEKUASAAN

Kosmologi kayong "TANAH BETUAH"
(Paradigma politik dan Kebudayaan masyarakat kita)
~Surat untuk wakil rakyat
Bagian 1

Oleh : Ali rumi



       Entah bagaimana caranya para generasi Tua dalam mencontohkan elit" berpikir yang sejalan dengan fitrah Kemanusiaan ternyata nihilisme. Seharusnya Basis yang dibangun dalam bermasyarakat ialah mengkonstruk nilai-nilai antroposentris demi mencerahkan masyarakat yang keterbelakangan intelektual, fenomena-fenomena saat sekarang ini yang dibangun para generasi pemimpin di daerah kita sangat-sangat materilistik, sehingga kesulitan para generasi penerusnya mengalami problem yang sangat fundamental. Apa penyebab paradigma para elit politikus kita tidak mampu memperbaharui cara pandang yang berkeadilan sesuai dengan ideologi yang suci? Mungkin bisa jadi para elit politikus kita kurangnya wisata akademis-Literasi?
Banyak sekali fenomena yang terjadi pada daerah kita, dari anak-anak kecil, orang dewasa, hingga orang tua, Menjadi korban politisasi, ini diakibatkan peradaban masyarakat kita kurang dewasa dalam berpengetahuan, cenderung praktis dan pragmatis. Tugas kita selaku generasi muda yang Mengemban estapet perubahan, harus berkecukupan intelektual, spiritual dan tanggung jawab sosial, bagaimana peran kita menyadarkan atau mengubah cara pandang masyarakat yang keterbelakangan intelektual (MATERIALISTIK), dengan basis fitrah Kemanusiaan, guna menyadarkan kesadaran intelektual sebagai kesadaran kebudayaan masyarakat kita, wabil khusus mahasiswa yang sebagai jalan pencerahan masyarakat yang tuna-politik secepatnya mengorientasikan peran pembaharuan guna memenuhi tri darma kependidikan dalam praktek bermasyarakat, Jangan menambah beban pada masyarakat kita (PENYAKIT IJAZAH).



OBJEKTIFIKASI POLITIK KITA

          Dalam pergulatan yang dimainkan para elit politikus kita benar-benar sangat memalukan, banyak melestarikan paradigma-paradigma politik yang menghancurkan, individualis dan materialis. Dimana terdapat hal-hal yang kurang mendidik masyarakat kita dalam berpolitik, lemahnya semangat berkeadilan ketakwaan dan berkemajuan pada elit intelek politikus kita. Masyarakat hanyalah sebuah objek pemanfaatan dalam permainan para elit politik kita. Pemahaman politik yang digunakan para politikus kita cenderung kepada seni mempertahankan kekuasaan (materil), bukan mensejahterakan masyarakat (adil)ataupun sistem etika kebijkansanaan. Masyarakat kita telah di konstruk dengan cara paradigma yang kotor, dari segi pemilihan wakil rakyat yang cenderung setiap pemilihan nya penuh suap-menyuap, serangan Fajar, carut marut para sesama anggota wakil rakyat kita, najisnya, Bahkan menunggangi agama demi Tercapaianya tujuan politik mereka, akibatnya selepas serangan fajar, menjadi serangan jantung(kecemasan masyarakat). Masyarakat mengetahui dan mengakui bahwa salah bentuk kelayakan yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kelayakan secara materil (Banyak Uang). Kita boleh senang ketika kita dibantu oleh seorang calon pemimpin yang banyak uangnya. Tapi pertanyaan saya adalah apakah dengan banyak uang meniscayakan seorang calon pemimpin menjadi layak untuk memimpin kita?  Jangan karena kita dibantu dengan uang demi memenuhi segala kebutuhan kita lantas kita gegabah memilihnya menjadi pemimpin. Uang bukan menjadi ukuran atau Neraca membuat kita lebih baik terutama kebudayaan masyarakat kita. Para elit politik Jangan jadikan uang (Meterial) sebagai alat bius Masyarakat kita. Oleh sebab itu, jangan menyuap harga diri kita demi uang. Jika harga diri  saja sudah kita jual bagaimana dengan masa depan daerah kita (Masyarakat harus dewasa dalam berpolitik).



KEBUDAYAAN MASYARAKAT KITA

     Munculnya Nabi baru yang menjanjikan itu ini pada kebudayaan masyarakat kita, sebenarnya telah merosotkan nilai-nilai kebudayaan di tanah kita. Berpolitik atas Nama Tuhan, atas Nama Agama, atas Nama Manusia, dibalik semua itu sebenarnya pilihlah aku, akan kutindas kalian dengan menjual Nama Tuhan-Agama-dan Manusia, nama Tuhan dan agama saja berani dijualnya, apalagi atas Nama manusia. Cenderung Masyarakat kita takut mengkritisi, sebab para elit pemain politik kita selalu membungkus pernyataan-pernyataan dengan ayat-ayat suci, bermodalkan tinggi( kapitalistik) masyarakat terkesan takut, karena menentang pernyataan yang dibungkus ayat" suci sama saja menentang firman TUHAN, Memang sebagian masyarakat ada yang jijik dengan kebudayaan permainan politik kita, ada yang memilih golput(alasan ideologis) bahkan memilih Berdasarakan kompromi keluarga, teman-teman, dan tujuan materialistik.  Kita sebagai generasi penerus sangat memprihatinkan apa yang telah dilakukan dan dipraktikkan kaum politikus kita kedalam kehidupan bermasyarakat. Seyogiyanya kebudayaan masyarakat kita telah tercemari apa yang dinamakan dengan maneuver politik identitas, tentu pihak sebelah saja yang mengambil keuntungan ini. Gelisah dan kecemasan selalu mengintai masyarakat apabila para pemimpin yang dipilihnya tidak objektif memberikan dan mengimplementasikan visi dan misi nya, bahkan janji-janji manisnya. Dampak politik yang buruk akan menjadi paradigma masyarakat awam, karena menjadi konstruk kebudayaan dan dipahami sebagai seni mempertahankan kekuasaan(Materialistik). Masyarakat dilatih sebagai binatang ternak yang patuh terhadap pemimpinnya, kebudayaan politik sejak awal dibangun dengan asas kekotoran, akan menjadikan kita sebagai binatang yang kelaparan, bahkan lebih hina dari binatang.  Kebudayaan politik masyarakat kita marwahnya harus dikembalikan berlandaskan ketakwaan dan kesucian (fitrah Manusia), sehingga keberkahan daerah kita yang disebut Tanah betuah terus mengalir untuk masyarakat selanjutnya. Jika pada fase pertama masyarakat kita ternodai embel-embel paradigma yang cenderung menuju kehancuran, pertanyaan kemudian, bagaimana untuk fase berikutnya ataupun masa depan kebudayaan masyarakat kita? Mau dibawa kemana masa depan ini, jika sejak awal para pemikir kita, politisi kita menggunakan corak ideologi yang tidak suci, menanamkan budaya yang kotor, serampangan, bahkan menyimpang. Persoalan yang menyimpang, serampangan yang dimainkan para elit politik, seharusnya mereka tidak pantas untuk menjadi tokoh politik daerah kita. Saat ini kita sedang menunggu ejakulasi Kebudayaan masyarakat daerah kita, yang tergerus oleh mobilisasi materilistik tokoh politik kita.
Waullahua'alam bi shawab...... 
Trimakasih......


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8