Kesatuan dalam keberagaman
Makna Kesatuan dalam konsep Eksistensi (Wujud) & Esensi (Mahiya)
Penulis : Rumi Ali AhmadDidalam kesatuan pada wujud ia bermakna tunggal, dalam artian direaliats ia juga sederhana tunggal yang tidak bisa dibagi bagi apabila dilihat pada dirinya. Berbeda dengan halnya Mahiya (esensi/keapaan) kesatuan itu harus pada sejenisnya, semisalkan binatang pada hewan kambing dan kucing, dan apabila keluar dari sejenisnya semisalkan batu, maka ia tidak bisa melingkupi, dengan demikian kesatuan pada Mahiya itu cuman dipikiran ataupun kesatuan itu hanya bermakna dipikiran saja. Jadi kesamaan dalam konsep Mahiya dan direalitas ia mengafirmasi bahwa adanya keberagaman.
Contohnya ketika Kita mengatakan ini Maujud hp dan Maujud buku, dan kita meyakini bahwa keduanya itu sama dalam konsep wujud bahwa sama sama ada. Tapi direaliatas, maujud HP itu berbeda dengan Maujud Buku. Maka dalam kesatuan wujud juga memiliki kemungkinan melahirkan keberagaman,
Sebagaimana kita mengatakan bahwa kesatuan dan keberagaman itu bukan hanya di konsep mahiya saja, namun di wujud juga ada. Kesatuan dalam mahiya itu hanya dikonsep saja, dan direaliats itu tidak ada yang tunggal sebab ia hanya bisa melingkupi sejenis saja, maka ia selalu beragam. Karena masing masing aksiden itu memiliki spesifik nya.
Kesatuan dan keberagaman pada konsep mahiya itu berbeda dengan kesatuan dan keberagaman pada konsep filsafat. Ada namanya Satu kata banyak makna yaitu ekuivokasi dan satu kata satu makna itu disebut dengan univokasi. Jadi didalam realitas itu ada banyak makna, Maupun mahiya dan filsafat. Akan tetapi dalam makna konsep wujud di realiats ia tetap bermakna tunggal.
Didalam konsep wujud ia satu tapi direalitas tidak bisa menolak perbedaan yang ada. Sebab direaliatas itu memiliki aksiden spesifik. Jadi yang dimaksud tunggal itu yang mana? ketika kita mengatakan ada kesamaan, lantas kesamaan itu dimana? tentu hanya di wilayah konsep saja, sebab diluar memiliki aksiden, maka sangat mustahil adanya keseragaman.
Jika ada sesuatu Satu dalam banyak (keberagaman dalam ketunggalan), jadi apa arti keberagaman yang berkaitan dengan satu? Kalau Mahiya ketika kita katakan Manusia dan hewan ini berkaiatan dengan kesatuan spesies atau jenisnya. Tapi kalau wujud, apa diferensia wujud apa spesies wujud? Wujud ditangkap dalam konsep sekunder tetap sama sama wujud pula dipikiran. Dan ia tidak memiliki spesies atau sejenisnya. Kalau mahiya kesatuan dan kesamaan nya itu pada jenis dengan partikular yang berbeda, dan ketika mahiya dinisbahkan diluar ia selalu melahirkan yang banyak tidak ada yang satu. Darimana itu? Karena jenis itukan berkaitan dengan aksidensia" dia, kalau binatang ya tentunya berkaitan dengan manusia,kambing kucing dan selain hal itu tidak akan bisa, karena bukan sejenisnya.
Maka banyaknya itu dalam predikasi mahiya tidak bisa berlaku pada seluruh individu aksiden. Tapi kalau wujud, dia berlaku dengan kesatuan nya direalitas dan ia temukan maujudnya. Ketika mahiya mempredikasi ini banyak, kemudian filsafat mengatakan ini maujud semua, tapi Maujud semua ini ia sama dalam konsep wujud. Kesamaan dalam maujud itu adalah wujud, kesamaan dalam mahiya itu jenis dan lain sebagainya. Tapi wujud dalam realitas ia tidak bisa menghilangkan mahiya. Dan lagi lagi kita belum menemukan satu yang terlepas dari keberagaman. Saat Sekarang masih satu yang bercampur dengan aksidensia pada setiap objek (maujud).
Kesatuan konsep wujud direalitas tidak meniscayakan adanya kesatuan wujud. Sebab direalitas itu memiliki spesifikasi yang berbeda.
Jadi ketika orang mengajak kita bersatu dan melepaskan adanya perbedaan tentu ini adalah hal mustahil, sebab direalitas itu kita memiliki khususan atau khas pada masing masing individu. Dan perbedaan itu ialah hukum alam. Jika mengatakan bahwa perbedaan itu tidak ada, pasti itu adalah abstraksi pikiran yang melepaskan perbedaan dan muncul persamaan dan hal ini berarti konsep" mahiya. Jika kita mau bersatu seharusnya tidak melepaskan perbedaan. Sebab perbedaan itu ialah sunnatullah (aksiden spesifik maujudad).
Semisalkan teman teman feminis yang meletakan realitas itu arti sama, sama itu dalam arti gimana? Kita melihat, bahwa direalitas ilmiah begini tidak ada yang sama, semua memiliki spesifikasi masing-masing, alhasil menginginkan sesuatu yang sama, sebenarnya jatuh kepada mahiya dipikiran saja. Apakah sama dalam arti Kalau laki bisa panjat pohon kelapa kenapa perempuan tidak. Tidak masalah, tapi direalitas itu spesifik pada perempuan itu berbeda dengan laki laki. Kalau mau sama sama semua, jadinya Tuhan tidak perlu repot repot menurunkan fikih perempuan dan Laki-Laki.
Ketika saya meletakan wujud pada hp itu berbeda, yang sama hanya wilayah konsep saja, alasan berbeda karena, HP yang berada di realitas objektif memiliki spesifikasi masing-masing, oleh karena itu, HP hanya sama dalam Tataran Konsepsi Pikiran. Contoh lainnya, Direalitas kita menemukan wujud spidol dan pulpen dan hal itu berbeda secara spesifik nya. Maka kesatuan wujud tidak melepaskan perbedaan, sehingga perbedaan ini ialah makna gradasi atau wujud yang berderajat. Diluar tidak ada arti yang seragam yang ada hanyalah berderajat dalam wujud tersebut. Kesatuan wujud ialah betingkat atau berderajat. Lantas, apakah wujud yang berderajat ataukah Mahiya? Tentulah wujud yang berderajat dalam makna aksidensianya.
Yang bertingkat ialah aksiden spesifik pada wujud. Semislkan cahaya, cahaya memiliki bertingkat seperti halnya lampu 10,15,20 watt. Semua memiliki cahaya, akan tetapi berbeda dalam derajatnya saja. Jadi konsep wujud mengafirmasi bahwa kesatuan wujud untuk saat ini direalitas ialah berkaiatan dengan tingkatan atau gradasinya. Maka dalam pandangan wujud ia tidak menafikan antara genus dan spesies sehingga makna wujud ia dalam pandangan berderajat saja. Lagi lagi dalam kesatuan wujud ini hanya kita temukan pada realitas yang berderajat (gradasi).
Konsep yang berderajat pada wujud ialah perbedaan perbedaan aksidensia pada mahiya yang melekat, mahiya tidak bisa bergradasi sebab bukan ada bukan pula tidak ada (antara ada dan tiada) Maka satu satunya yang berderajat ialah wujud dalam segenap perbedaan yang ada. Perbedaan pada realiatas dalam makna wujud itu berderajat, berderajat dalam artian sesuatu itu memiliki aksiden spesifik di realitas. Maka kesatuan wujud itu ditangkap pada aksiden spesifik yang memiliki derajat masing masing dan tidak menghilangkan sisi kekhususan nya.
Kesimpulan sementara, Untuk saat ini kita belum menemukan kesatuan yang benar benar murni atau tanpa Mahiya yang menempel direalitas objektif. Kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kesatuan pada Mahiya itu kesatuan yang terbatas atau pada jenis tertentu dan ia saling menafikan. Sedangkan pada wujud, kesatuan direalitas itu dalam perbedaan perbedaannya dalam makna berderajat nya sesuatu dan tidak saling menafikan. Maka secara kesatuan antara wujud dan mahiya itu sama sama memiliki kesatuan dan tidak melepaskan adanya perbedaan. Bagaimanakah menemukan kesatuan murni pada realiatas? Adakah kesatuan tanpa adanya tempelan-tempelan mahiya (esensi), ataukah apakah ada yang disebut wujud (eksistensi) yang tidak bercampur dengan apapun? Semoga kita temukan.
Contohnya ketika Kita mengatakan ini Maujud hp dan Maujud buku, dan kita meyakini bahwa keduanya itu sama dalam konsep wujud bahwa sama sama ada. Tapi direaliatas, maujud HP itu berbeda dengan Maujud Buku. Maka dalam kesatuan wujud juga memiliki kemungkinan melahirkan keberagaman,
Sebagaimana kita mengatakan bahwa kesatuan dan keberagaman itu bukan hanya di konsep mahiya saja, namun di wujud juga ada. Kesatuan dalam mahiya itu hanya dikonsep saja, dan direaliats itu tidak ada yang tunggal sebab ia hanya bisa melingkupi sejenis saja, maka ia selalu beragam. Karena masing masing aksiden itu memiliki spesifik nya.
Kesatuan dan keberagaman pada konsep mahiya itu berbeda dengan kesatuan dan keberagaman pada konsep filsafat. Ada namanya Satu kata banyak makna yaitu ekuivokasi dan satu kata satu makna itu disebut dengan univokasi. Jadi didalam realitas itu ada banyak makna, Maupun mahiya dan filsafat. Akan tetapi dalam makna konsep wujud di realiats ia tetap bermakna tunggal.
Didalam konsep wujud ia satu tapi direalitas tidak bisa menolak perbedaan yang ada. Sebab direaliatas itu memiliki aksiden spesifik. Jadi yang dimaksud tunggal itu yang mana? ketika kita mengatakan ada kesamaan, lantas kesamaan itu dimana? tentu hanya di wilayah konsep saja, sebab diluar memiliki aksiden, maka sangat mustahil adanya keseragaman.
Jika ada sesuatu Satu dalam banyak (keberagaman dalam ketunggalan), jadi apa arti keberagaman yang berkaitan dengan satu? Kalau Mahiya ketika kita katakan Manusia dan hewan ini berkaiatan dengan kesatuan spesies atau jenisnya. Tapi kalau wujud, apa diferensia wujud apa spesies wujud? Wujud ditangkap dalam konsep sekunder tetap sama sama wujud pula dipikiran. Dan ia tidak memiliki spesies atau sejenisnya. Kalau mahiya kesatuan dan kesamaan nya itu pada jenis dengan partikular yang berbeda, dan ketika mahiya dinisbahkan diluar ia selalu melahirkan yang banyak tidak ada yang satu. Darimana itu? Karena jenis itukan berkaitan dengan aksidensia" dia, kalau binatang ya tentunya berkaitan dengan manusia,kambing kucing dan selain hal itu tidak akan bisa, karena bukan sejenisnya.
Maka banyaknya itu dalam predikasi mahiya tidak bisa berlaku pada seluruh individu aksiden. Tapi kalau wujud, dia berlaku dengan kesatuan nya direalitas dan ia temukan maujudnya. Ketika mahiya mempredikasi ini banyak, kemudian filsafat mengatakan ini maujud semua, tapi Maujud semua ini ia sama dalam konsep wujud. Kesamaan dalam maujud itu adalah wujud, kesamaan dalam mahiya itu jenis dan lain sebagainya. Tapi wujud dalam realitas ia tidak bisa menghilangkan mahiya. Dan lagi lagi kita belum menemukan satu yang terlepas dari keberagaman. Saat Sekarang masih satu yang bercampur dengan aksidensia pada setiap objek (maujud).
Kesatuan konsep wujud direalitas tidak meniscayakan adanya kesatuan wujud. Sebab direalitas itu memiliki spesifikasi yang berbeda.
Jadi ketika orang mengajak kita bersatu dan melepaskan adanya perbedaan tentu ini adalah hal mustahil, sebab direalitas itu kita memiliki khususan atau khas pada masing masing individu. Dan perbedaan itu ialah hukum alam. Jika mengatakan bahwa perbedaan itu tidak ada, pasti itu adalah abstraksi pikiran yang melepaskan perbedaan dan muncul persamaan dan hal ini berarti konsep" mahiya. Jika kita mau bersatu seharusnya tidak melepaskan perbedaan. Sebab perbedaan itu ialah sunnatullah (aksiden spesifik maujudad).
Semisalkan teman teman feminis yang meletakan realitas itu arti sama, sama itu dalam arti gimana? Kita melihat, bahwa direalitas ilmiah begini tidak ada yang sama, semua memiliki spesifikasi masing-masing, alhasil menginginkan sesuatu yang sama, sebenarnya jatuh kepada mahiya dipikiran saja. Apakah sama dalam arti Kalau laki bisa panjat pohon kelapa kenapa perempuan tidak. Tidak masalah, tapi direalitas itu spesifik pada perempuan itu berbeda dengan laki laki. Kalau mau sama sama semua, jadinya Tuhan tidak perlu repot repot menurunkan fikih perempuan dan Laki-Laki.
Ketika kita tak bisa menyeragaman semua pihak, maka mau tidak kita perlu melihat perspektif yang lain untuk melihat keberagaman di realitas, dan kita perlu melacak persoalan ini, yaitu apa arti keberagaman dalam makna wujud?
Ketika saya meletakan wujud pada hp itu berbeda, yang sama hanya wilayah konsep saja, alasan berbeda karena, HP yang berada di realitas objektif memiliki spesifikasi masing-masing, oleh karena itu, HP hanya sama dalam Tataran Konsepsi Pikiran. Contoh lainnya, Direalitas kita menemukan wujud spidol dan pulpen dan hal itu berbeda secara spesifik nya. Maka kesatuan wujud tidak melepaskan perbedaan, sehingga perbedaan ini ialah makna gradasi atau wujud yang berderajat. Diluar tidak ada arti yang seragam yang ada hanyalah berderajat dalam wujud tersebut. Kesatuan wujud ialah betingkat atau berderajat. Lantas, apakah wujud yang berderajat ataukah Mahiya? Tentulah wujud yang berderajat dalam makna aksidensianya.
Yang bertingkat ialah aksiden spesifik pada wujud. Semislkan cahaya, cahaya memiliki bertingkat seperti halnya lampu 10,15,20 watt. Semua memiliki cahaya, akan tetapi berbeda dalam derajatnya saja. Jadi konsep wujud mengafirmasi bahwa kesatuan wujud untuk saat ini direalitas ialah berkaiatan dengan tingkatan atau gradasinya. Maka dalam pandangan wujud ia tidak menafikan antara genus dan spesies sehingga makna wujud ia dalam pandangan berderajat saja. Lagi lagi dalam kesatuan wujud ini hanya kita temukan pada realitas yang berderajat (gradasi).
Konsep yang berderajat pada wujud ialah perbedaan perbedaan aksidensia pada mahiya yang melekat, mahiya tidak bisa bergradasi sebab bukan ada bukan pula tidak ada (antara ada dan tiada) Maka satu satunya yang berderajat ialah wujud dalam segenap perbedaan yang ada. Perbedaan pada realiatas dalam makna wujud itu berderajat, berderajat dalam artian sesuatu itu memiliki aksiden spesifik di realitas. Maka kesatuan wujud itu ditangkap pada aksiden spesifik yang memiliki derajat masing masing dan tidak menghilangkan sisi kekhususan nya.
Kesimpulan sementara, Untuk saat ini kita belum menemukan kesatuan yang benar benar murni atau tanpa Mahiya yang menempel direalitas objektif. Kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kesatuan pada Mahiya itu kesatuan yang terbatas atau pada jenis tertentu dan ia saling menafikan. Sedangkan pada wujud, kesatuan direalitas itu dalam perbedaan perbedaannya dalam makna berderajat nya sesuatu dan tidak saling menafikan. Maka secara kesatuan antara wujud dan mahiya itu sama sama memiliki kesatuan dan tidak melepaskan adanya perbedaan. Bagaimanakah menemukan kesatuan murni pada realiatas? Adakah kesatuan tanpa adanya tempelan-tempelan mahiya (esensi), ataukah apakah ada yang disebut wujud (eksistensi) yang tidak bercampur dengan apapun? Semoga kita temukan.
Shadaqaullahuladzhim....
Bihaqqi Muhammad Saww....
Dinginnya Malang, 15/7/24
Nama, suara dan nafasNya
Komentar
Posting Komentar