Filsafat, Kader HMI & NDP
Pengantar Filsafat
Komisariat Mulla ShadraFilsafat, Kader HMI & Ideologi Perjuangan (NDP)
(Catatan Kecil Perkaderan)
Penulis : Alirumi
Filsafat dikatakan sebagai The Mother of Knowledge bahwasannya ia memberikan kontribusi yang filosofis dalam kehidupan. sehingga banyak perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan lahir oleh Rahim Filsafat. Kita sebagai Manusia terus bergerak dan berkembang seiring berjalannya waktu, maka dari itu Teruslah belajar dan bergerak.
Guna menjalin sinergitas merawat tradisi intelektual. Jumat 24/5/2024, saya bisa belajar bersama dengan teman-teman HMI komisariat Mulla shadra. ada beberapa catatan pengantar untuk berdiskusi berkaitan dengan urgensi filsafat sebagai basis metodelogi untuk memahami NDP. Era yang menandai semakin intensnya manusia berinteraksi dengan informasi dan teknologi ini, apakah idelogi perjuangan teman-teman HMI masih relevan menjawab tantangan zaman? Ataukah makin mengalami kejumudan?
Mengenai pembahasan filsafat biasanya dimana satu sisi orang melarangnya dan disisi lain banyak pula orang mempelajarinya. Begitulah kehidupan dan pola pergerakan pemikiran, ia selalu dinamis sesuai perkembangan zaman. Filsafat menjadi bagunan awal sebelum memasuki kajian-kajian NDP wilayah Malang, Entah itu syarat awal atau memang pentingnya Filsafat itu sendiri sebelum memasuki Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP).
Filsafat sebagai pisau analisis sayangnya tak memiliki perhatian khusus bagi kader HMI terutama di kota Malang, mungkin lebih banyak yang suka bermain Politik praktis ketimbang berpikir yang dikatakan ruwet ngga penting, hanya bermain seputaran kata-kata dan alias membingungkan. Alhasil pada saat ini, Krisis Pemateri Filsafat pada ruang lingkup HMI terjadi, mati sebuah tradisi intelektual, mati organisasi pengkaderan.
Dulu, filsafat menyoal hidup dan matinya manusia. Ketika kehidupan diselimuti kabut misteri. Hal itu tak diimbangi dengan dahaga manusia untuk mangakses pengetahuan. Manusia seketika lahir ke dunia, tidak serta merta memahami esensi penciptaannya. Ditambah dengan kompleksnya problematika manusia dari masa ke masa. Segenap pertanyaan krusial sering kita hadapi. Siapakah manusia? siapakah aku? mau kemana hidupku ini? apa itu Tuhan? apakah kebenaran itu ada? apa itu keindahan? Bagaimana di era digital saat ini, apakah dengan melimpahnya informasi manusia masih butuh dengan filsafat? ataukah era filsafat menjumpai kebangkrutan dan kematiannya? Seperti apa urgensi filsafat di kehidupan kita?
Jika kita melihat secara etimologis bahwa Kata filsafat berasal dari bahasa bahasa Yunani. Semua cendekiawan kuno dan modern yang mengenal bahasa dan sejarah ilmiah Yunani kuno, mengatakan sebagai berikut. Kata filsafat berasal dari kata philosophia yang kemudian di artikan ke dalam bahasa arab dan menjadi kata dasar buatan (masdhar ja’liy), yakni filsafat. Kata philosophia merupakan gabungan dari dua kata: philos dan sophia. Kata philos berarti sahabat, atau kekasih, adapun kata sophia memiliki arti kebijaksanaan, kearifan, atau pengetahuan. Dengan begitu, secara sederhana arti kata philosophia adalah cinta akan pengetahuan.
Filsafat sebagai sebuah metodelogi berpikir menjadi penting bagi para kader HMI, maka mau tidak mau para kader HMI sudah sepatutnya mempelajari dasar berpikir ini, Apalagi kebutuhan memasuki ruang-ruang pembacaan NDP. NDP yang di tulis cak nur bukanlah teks-teks ruang kosong yang tidak memiliki kerangka intelektual serta spiritualitas. Boleh kita lihat saja, contoh nya mengapa cak nur meletakan di NDP bab 1 Dasar-dasar kepercayaan. Hal ini justru ingin menjelaskan apa dasarnya orang sampai memiliki sebuah kepercayaan? Kepercayaan pastilah ada dasarnya, tak mungkin orang memiliki kepercayaan namun dia sendiri tidak percaya dengan apa yang dipercayainya. Berbicara tentang dasar pastilah berbicara tentang sebuah akar/asal muasal dari sesuatu tersebut. Dan hal ini selaras dengan cara berpikir filsafat yaitu radikal, sistematis, metodis dan kritis. Mengapa cak nur menekankan bahwa kader HMI wajib belajar filsafat, karena supaya para kader memiliki kemandirian dalam capaian kepercayaan nya, bukan sekedar ikut-ikutan apalagi sebuah dogma turun temurun.
Pembahasan filsafat bukanlah suatu yang mudah, apalagi para peserta yang belum mengenal sama sekali tentang hal itu. Sebagai kerangka awal untuk memasuki filsafat yang tidak terlalu membingungkan. Tentunya kita akan meletakan basis filsafat ilmu pada pembelajaran awal yaitu epistemologi (teori pengetahuan). Bobot epistemologi menjadi penting untuk mendudukan kerangka iman yang intelek. Sebagaimana jika NDP memiliki sumber terkait kepercayaan, maka manusia memperoleh pengetahuan pula pasti memiliki sumbernya. Tak hanya sampai disitu, ketika sumbernya ada, kita juga memerlukan apa alat ukur yang benar dari sebuah pengetahuan yang akan kita peroleh? Akhirnya, perdebatan tentang epistemologi ini menjadi berkembang pada peradaban yang ada, seperti halnya di yunani sebagai sebuah rahimnya filsafat, mereka memiliki kerangka epistemologi sendiri para setiap tokohnya, begitu juga dengan wilayah barat dan timur.
Di yunani bisa kita lihat bagaimana perdebatan yang luar biasa di sana sehingga melahirkan berbagai macam mitos hingga ke logos. Begitu juga dengan wilayah eropa, masa kejayaan agamawan/gereja berhasil menyingkirkan kekuatan pengetahuan, pasca itu keimanan hancur dan muncul apa yang disebut dengan abad pencerahan (kekuatan pikiran). Dan di dunia islam pun tak kalah penting perdebatan kerangka pengetahuan, yang paling sering di bicarakan ialah imam alghazali (tahafut al falasifah) vs (tahafut al tahafut) ibnu rusyd.
Kalau kita melihat kebesaran terdahulu, harusnya dunia Intelektual di tubuh HMI menjadi tumbuh subur, yahh walaupun kita sudah melihat bagaimana kader-kader jebolan HMI yang sudah ada, seperti cak nur, dawam rahardjo dll. Namun, mengapa saat sekarang menjadi menurun? Apa penyebabnya?
Pada posisi ini kita perlu membaca ulang kembali bagaimana membuat semangat tradisi intelektual HMI kembali lagi, dari kita pastilah menginginkan kader yang seperti cak nur, lafran pane dan yang lainnya muncul kembali dengan wajah baru dan pembaharuan pemikiran. Oleh karena itu, perlunya kita mengoreksi diri dan circle perkumpulan didalam organisasi kita ini apakah lebih cendrung ngumpul" saja alias nothingness ataukah kita lebih banyak memanfaatkan perkumpulan tersebut dengan kegiatan yang produktif, seperti diskusi/bertukar pikiran, baca buku, menulis dan mengasah softskill lainnya.
Tak hanya itu, saya berusaha menjelaskan dan memperkenalkan bagaimana pentingnya filsafat dipelajari oleh kader-kader HMI, kader HMI jangan minder dan baper dalam belajar. Apalagi, masalah-masalah yang krusial pada Tubuh HMI, Antara filsafat dan NDP, di saat ini kita hanya bisa mengeluh karena filsafat itu ruwet, berat dan NDP itu juga berat di pelajari dan hanya sekaliber para wali saja yang bisa memahaminya. Keluhan begini jika terus menerus di promosikan dari mulut ke mulut justru menciptakan jarak antara diri kader, filsafat dan NDP. Dan akhirnya, kita akan mengalami krisis intelektual dan para pengkaji NDP. Saat ini sudah terjadi, kader HMI di komisariat lumayan banyak tiap tahun di kaderisasi, namun dalam banyaknya itu, ternyata kayak kuburan.
Filsafat menjadi penting untuk mendudukan kerangka NDP, sebab didalam NDP juga memliki kerangka pengetahuan yang begitu mendalam. Jadi, sangat sulit kalau pembelajar NDP tapi tak menyentuh filsafat. Filsafat sebagai metodelogi berpikir akan memberi kontribusi besar dalam memahami gagasan-gagasan besar pada tubuh NDP, sebagaimana cak nur menggali sumber-sumber dari teks" alquran dan bacaan pendukungnya. Maka, tidak mungkin kita memahami NDP tanpa melalui kerangka intelektual cak nur. Dan kerangka intelektual pastilah memiliki bangunan epistemologi atau filsafat ilmunya. Oleh sebab itu, mengapa Filsafat ilmu atau pengkajian epistemologi menjadi penting guna memahami secara mendasar kerangka NDP.
Untuk menutupi tulisan yang jauh dari sempurna ini, saya atau anda yang membaca ini atau terutama para kader HMI, jangan mengabaikan basis tradisi intelektual pada tubuh HMI, kita perlu melihat ulang bagaimana HMI sebenarnya yang di bawa lafran pane, Cak Nur serta pembesar lainnya. Kita mengetahui bahwa NDP bukan hanya ideologi perjuangan yang syarat dengan kutipan ayat-ayat suci. Ia juga memiliki basis gerakan intelektual didalamnya. Maka, ketika kita mengabaikan sisi intelektual (filsafat) pada basis spiritual (iman), lantas mau di bawa kemana basis Amal? Bukankah iman tanpa kerangka intelektual akan rapuh, amal tanpa tujuan yang jelas bukankah suatu perbuatan yang tidak jelas mau kemana arahnya. Oleh karena itu, kehadiran kerangka intelektual menjadi penting agar suatu keimanan dan amal memiliki satu teleos/tujuan yang jelas dan hal ini selaras dengan nalar agama yaitu Kembali pada DirinNya.
Shadaqaullahul Adzhim
Bihaqqi Muhammad
Di kota yang Malang, 24/5/2024
Komentar
Posting Komentar