Krisis Ekologi Sebagai Antagonis Para Kapitalisme

Oleh : Rumi Ali Ahmad


Hampir seluruh hidup kita dari kepala sampai kaki sudah di diktekan oleh makhluk tak kasat mata,Tak hanya begitu, ruang tamu, tempat tidur, sampai ruang dapur kita telah dimasuki makhluk yang tak kasat mata tersebut, siapakah itu, yahh tak lain dia kapitalisme, Apa itu kapitalisme? Secara sederhana, kapitalisme ialah sebuah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi.

Namun jika ingin melihat secara perkembangan nya, kapitalisme ialah sebuah sistem produksi, distribusi dan pertukaran dimana kekayaan yang terakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik pribadi untuk memperoleh keuntungan. Memang sering diartikan kapitalisme ialah sebuah sistem ekonomi yang dimana kecendrungan para pemodal ingin mengambil keuntungan alias kepentingan pribadi untuk memperoleh secara besar-besaran.

Perkembangan teknologi atau ilmu" sains memang sangat membantu masyarakat dalam aktivitas sehari-hari, yahh seperti Smartphone, listrik, industri dimana-mana dll, seolah-olah membuat manusia telah menjadi independen terhadap alam. Namun dibalik itu semua ternyata memiliki sisi gelap dari kemajuan sains, satu sisi sains yang tak berkaitan dengan metafisika dan sehingga sains menjadi salah satu penyebab kehancuran ekologis karena ditumpangi kepentingan pribadi, ancaman ekologis mulai kelihatan dan banyak aktivis lingkungan berbondong-bondong melawan dan melakukan gerakan menjaga alam, tentu baik-baik saja.

Timbulnya aktivitas industri ataupun akibat pengembangan teknologi rekayasa genetika yang tak terkendali. Ancaman kapitalisme terhadap ekologi merupakan salah satu menandai bahwa kita hidup diakhir sejarah, tentunya sejarah suatu ideologi yang tak mampu mengatasi berbagai krisis yang disebabkan oleh dirinya sendiri.  Sementara sains yang menjadi biang krisisnya ekologis umat manusia kini benar-benar bersangkutan dengan para pemilik modal yang bengkak.

Sementara itu, persoalan kehancuran alam sebagian kita enggan berbicara terkait kapitalisme sebagai penyebabnya, orang-orang lebih tertarik membincangkan persoalan kehancuran alam semesta akibat bencana ekologis daripada bagaimana sistem idelogi kapitalisme bekerja dan perubahan-perubahan nya. Istilah kapitalisme pun mulai enggan di bicarakan para politisi, penulis, jurnalis bahkan ilmuwan sosial, aktivis lingkungan. Dan akhirnya persoalan kapitalisme cukup digantikan dengan istilah "ekonomi" saja.

Melihat kenyataan di atas, tampaknya masyarakat modern 
pasca runtuhnya tembok Berlin tengah mengidap penyakit akut
“fukuyamanian”, bayangan tentang akhir sejarah di mana 
kapitalisme tak lagi relevan dipersoalkan seperti yang termaktub 
dalam The End of History

Dengan mengkambing hitamkan namanya dengan ekonomi, kini kapitalisme yang memasuki daerah-daerah terpencil dengan banyaknya orang awam, kini kapitalisme mampu beradaptasi dengan sistem naturalisasi serta netralisasi sehingga ia tak lagi dipandang sebagai sebuah persoalan. Dan akhirnya ekonomi sebagai salah satu tempat pelarian kapitalisme yang telah berkontribusi besar dalam kehancuran alam ini ia telah berhasil berkamuflase dan dampak dari industri (sains) yang mengeruk alam mengakibatkan ekologis menjadi terancam.

Ketakutan kita terhadap alam yang akan segera menuju kehancuran mulai menyerang psikologis ataupun ketakutan yang membayangi masa depan kehidupan umat manusia, persoalan ekologi saat ini yang disertai dengan ketakutan, takut bencana alam terjadi dll dan bentuk ekologi saat ini adalah ekologi 
yang didasari rasa takut sehingga menjadikan kita berpikir keras layaknya mengotak atik pikiran untuk membuat perencanaan bagaimana umat manusia melindungi diri dari berbagai ancaman ekologi ini, yahh seperti perubahan pada iklim, mata pencarian ataupun kelengkapan sandang, pangan dan papan.

Alhasil, kini ketakutan sebagai sebuah bayang-bayang  kehidupan manusia mulai  menjelma layaknya suatu ideologi yang akan pula nantinya memantik ataupun  menimbulkan satu bentuk lagi idelogi kapitalisme baru, dengan isu-isu ekonomi dan krisis ekologis. padahal dibalik itu semua ialah kerjaan sistem kapitalisme yang mendesain bagaimana umat manusia akan mengalami opium terkait persoalan ekologi. Atau dalam bahasa marx agama adalah candu, namun kini bisa saja dengan sebutan ekologi sebagai candu baru bagi umat manusia.  Ketika krisis ekologi menjadi perhatian umat manusia, maka ia akan meninabobokan umat manusia dari persoalan yang lebih mendasar, yaitu ideologi kapitalisme. Yang sebenarnya bahwa krisis ekologi itu merupakan bagian dari antagonisme kapitalisme sebagai basis fundamental nya.

Contoh sederhana, kontribusi sains ataupun industri yang berkembang dinegara-negara besar yang membutuhkan suplay bahan-bahan alam mengakibatkan pembuangan asap dan gas beracun di ruang bumi ini terjadi, dengan dalih ekologi, kita dibikin ketakutan menghirup udara yang tak segar, padahal ulah nya dari para kapitalis, sehingga ketakutan tersebut menjadi ancaman ekologi terutama pada ruang udara segar yang kita hirup sehari-hari. maka kapitalisme secara besar-besaran mengkampanyekan untuk mengambil alih alam dengan isu ekologis, seperti menjaga alam, jangan menebang pohon, padahal itu semua ialah permainan para kapitalis, beragam model yang ia rencanakan, bisa bentuknya yayasan, taman nasional, semuanya  dalam kemasan ekologi, sebagai investasi, dan semisalnya dbikin lah yayasan hutan A,B,C Dll. katanya sih untuk keselamatan umat, tapi lagi-lagi siapa yang kenyang. Kini perdagangan karbon menjadi keuntungan besar para kapitalis dengan dalih yang mereka rancang mulai dari kegiatan industri mereka, krisis ekologi, perdagangan karbon serta kamuflase sistem yang menindas.

Ekologi sebenarnya telah menggantikan atau mengambil alih fungsi mendasar yang sejak dulu di pangku oleh agama. Kini dengan dalih kesehatan, melindungi umat manusia dari krisis ekologi, kapitalisme berhasil membuat manusia menjadi budak bagi kepentingannya. Padahal ruang agama terlebih dahulu menyelamatkan alam dengan basis keadilan. Bukan arti kita mengklaim bahwa agama ialah satu-satunya solusi, tapi agama sebagai ruang metodelogi ia memberikan harapan dalam penjagaan alam dalam ruang eko-spiritual.

Kapitalisme dengan sistemnya yang tanpa menindas secara tak langsung, bagaimana Manusia harus menjaga kestabilan atau keseimbangan alam ini? Apakah ekologi sebagai solusi ataukah teologi lingkungan? Atau peran Lainnya?

Yang diajarkan dari agama  adalah bahwa kita bukanlah subjek Cartesian yang terpisah dari realitas alam (dualitas) manusia adalah bagian dari alam (pandangan dunia tauhid) dan alam yang kita manfaatkan saat ini adalah pinjaman dari pencipta, oleh karena itu bumi tempat kita berpijak mesti diperlakukan dengan penuh rasa hormat sebagai sesuatu yang suci, yang penuh rahasia, dan sebagai kekuatan yang mesti kita percaya, bukan kita dominasi dan eksploitasi habis-habisan.

Jika kita tidak mampu menjaga keseimbangan alam maka akan terjadi kekacauan. Para aktivis lingkungan menuntut kita mengubah secara radikal cara hidup kita, tetapi di balik tuntutan itu mengandung keraguan yang mendalam akan suatu perubahan atau kemajuan bahwa setiap perubahan radikal akan memicu terjadinya melapetaka.

Keraguan inilah, dalam pandangan Zizek seorang filsuf slovenia, yang menjadikan ekologi sebagai kandidat ideologi hegemonik yang paling ideal, yaitu semenjak ia mengumandangkan keraguan anti totalitarian pascapolitik terhadap suatu gerakan kolektif. Inilah problem yang menyingkapkan bahwa kita kini tinggal di akhir masa (living in the end times).

“Ketika pohon terakhir sudah kita tebang, ketika sungai terakhir sudah tercemar dan ketika ikan yang terakhir sudah ditangkap,pada saat itu kita baru akan sadar bahwa uang tak bisa kita makan.” -Eric Weiner


Shadaqaulahul adzim....










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8