Beragama & Bertuhan Dizaman Kacau
Beragama & Bertuhan dizaman Kacau
(Nasib Tuhan & Kekejaman Beragama dizaman kacau)
(foto diambil di kediaman OSO)
Sering kita melihat orang-orang bergerombolan memanjatkan pujian kepada Tuhan melalui metode yang dipahaminya. Akan tetapi bagaimana jika persoalan agama tidak lagi membantu dan memuaskan manusia pada saat ini? Tuhan bukan lagi Rujukan terdepan untuk tempat besandar manusia. Kitab-kitab, ayat-ayat dan nama Tuhan sudah tidak lagi terpakai dan dimonopoli oleh orang-orang untuk mencapai tujuan tertentu yang merugikan banyak orang.
Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. (Hambluminallah, hambluminannass dan hambluminalalam). Adapun definisi lain Dalam bahasa sansekerta, kata agama berasal dari "A" dan "Gama" yang berarti "Tidak & Kacau" (Tidak kacau). Secara sederhana Agama berarti memiliki makna yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan.
Pada zaman sekarang ini seringkali kita menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan agama. Banyak orang-orang besar ataupun orang kecil yang menyalahgunakan agama, mereka menggunakan agama sebagai kepentingan pribadinya. contohnya saja saat musim politik seperti sekarang ini, agama di jadikan kedok oleh para politikus untuk mendapatkan banyak suara dari rakyat. Pertanyaannya, apa sih dampak yang di timbulkan oleh penyalahgunaan agama sebagai kedok politik dan sebagainya?
Seiring saya membaca buku yang ditulis oleh Ustadz Haidar Bagir yaitu Islam Tuhan, islam Manusia, menurut beliau didalam buku tersebut, agama itu turun dari Tuhan ke Manusia. Agama ketika diturunkan Dari Tuhan ke manusia itu masih sempurna, agama yang sebenar-benarnya sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Namun ketika sudah di bukukan dan di tafsirkan oleh kepala manusia itu menjadi berbeda-beda. Seperti yang kita ketahui bahwa akal manusia itu terbatas, jadi ketika agama sudah di tafsirkan manusia itu masih berpotensi salah.
Dari hasil penafsiran agama tersebut dan muncullah berbagai macam tafsir-tafsir agama yang berserakan. sehingga,Ketika seseorang merasa paling benar dalam beragama, bisa saja yang merasa benar itulah yang sebenarnya salah, dan yang di salahkan bisa jadi itulah yang benar. Jadi di sini siapa yang sebenarnya benar, itu hanya Allah yang mengetahui siapa yang benar. Maka dari itu, kita mempercayai adanya Nabi-nabi sebagai jalan mengetahui tentang Kebenaran.
Kita sebagai Ciptaan Tuhan tidak perlu mempermasalahkan tentang penafsiran siapa yang benar, semua orang tentu memiliki pemahaman yang berbagai macam, apalagi di negara yang memiliki beragam agama dan budaya seperti ini. yang harus kita lakukan pada saat ini adalah melakukan sesuatu sebaik mungkin sesuai apa yang kita yakini benar dan menghargai apa yang di yakini oleh orang lain, yaitu menjadikan cinta sebagai landasannya. Dengan begitu kita bisa hidup secara damai di zaman yang penuh kekacauan seperti sekarang ini.
Adapun Untuk mengurangi kekacauan semacam ini, perlu di lakukan kajian tentang filsafat agama supaya kita bisa lebih bijak menghadapi masalah tentang agama. di sini ada beberapa hal yang perlu kita ketahui, yaitu tentang aliran-aliran kepercayaan dalam agama. hal semacam ini perlu kita ketahui agar kita bisa memposisikan diri ketika menghadapi orang yang meyakini aliran berbeda dari kita. Dan tentunya kita juga perlu keterbukaan pemikiran sebab didalam dunia ini kita memiliki perbedaan yang luar biasa alias beragam. Ada beberapa aliran-aliran kepercayaan yang bisa kita pelajari sebagai referensi kita beragama.
1. Teisme
2. Panteisme
3. Deisme
4. Agnostik
Dari keempat itu tersebut saya tidak bisa menjelaskan panjang lebar, mungkin teman-teman bisa searching dan membaca buku buku mengenai aliran kepercayaan dan menemukan aliran kepercayaan lain yang belum saya tulis di atas. Aliran kepercayaan adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh sebagian orang yang mempercayai akan aliran tersebut. Sehingga berbagai macamlah aliran kepercayaan yang ada.
Dengan demikian, jangan sampai agama yang tadinya di turunkan agar menjadi pedoman manusia hidup damai, kini malah menjadikan manusia terpecah karena adanya perbedaan agama. Yang harus kita lakukan adalah berusaha menerima perbedaan, Tuhan menciptakan agama itu untuk membuat kehidupan menjadi lebih indah dan damai. Setiap orang berhak memilih agamanya masing-masing sesuai apa yang di yakininya. Sebab, setiap akal manusia memiliki kapasitas yang berbeda, kita tidak boleh menyalahkan penafsiran orang lain. Kita harus tahu bahwa apa yang menurut kita baik itu belum tentu menurut orang lain juga baik.
Jebakan cover agama telah mengantarkan manusia hanya menangkap yang dangkal dari agama. Jebakan itu membuat manusia saling membenci satu sama lain. Perasaan saling membenci itu kemudian dikokohkan menjadi ideologi kebencian (ideologi takfiri). Ideologi inilah yang mendorong sebagian umat beragama menjadi radikal dan melakukan teror.
Untuk menangkal ideologi takfiri, umat beragama harus menghidupkan spiritualisme (hal 229). Spiritualisme itulah esensi agama. Mengapa spiritualisme bisa menangkal ideologi takfiri dengan segala eksesnya yang berupa terorisme dan radikalisme? Sebab, spiritualisme menawarkan tiga hal, yakni cinta, damai, dan kerja sama. Jika ingin menghentikan kekacauan, kembalilah pada agama. Tetapi, jangan pilih bagian kulitnya. Pilihlah spiritualnya.
Kebanyakan orang masih memiliki sifat takfiri, yaitu selalu beranggapan bahwa keyakinannyalah yang paling benar dan mereka menganggap bahwa keyakinan orang lain itu salah. sifat inilah yang sebenarnya tidak baik jika terus berkembang di dalam masyarakat, jika sifat takfiri terus berkembang, ini akan bisa memecah belah umat beragama dan menimbulkan masalah baru yang tak kunjung selesai.
Seperti yang di jelaskan Haidar Bagir dalam bukunya yang berjudul Islam Tuhan Islam Manusia, di buku ini di jelaskan bahwa Tuhan menurunkan agama sebagai solusi bagi manusia untuk pandangan hidup di muka bumi agar manusia bisa hidup damai. Akan tetapi kita lihat kondisi saat ini agama bukan lagi sebagai pengontrol Manusia untuk menjadi insan kamil. justru sebaliknya, agama telah dikontrol oleh manusia dan menjadi alat tunggangan untuk mencapai tujuan-tujuan kotor.
Tuhan menyebut Islam rahmat bagi semesta alam. Karena sebagai agama manusia, alhasilnya orientasi keberagaaman seharusnya adalah membahagiakan manusia. Akan tetapi, aneh jika ada orang beragama tapi menyusahkan manusia dengan alasan untuk menyenangkan Tuhan. Bahkan, membinasakan manusia demi Tuhan. Biasanya hal seperti ini ialah orang-orang yang mengeksploitasi suatu kebenaran. Sehingga, terjadilah penodaan atas nama agama yang dibuat oleh manusia yang berpaham sempit dan tidak menebarkan kasih sayang agama.
Dikutip dari imam ja'far menegaskan tentang agama, ia mengatakan: "Agama itu cinta dan cinta itu agama". Kita akan jadi pegikut agama yang baik jika benar-benar bisa jadi khalifahnya, mari berislam sebaik-baiknya dengan Islam manusia. Kalau tidak, kita bisa terjerumus sehingga berlagak jadi Tuhan dan keislaman kita malah jadi bencana.
Sekiaan....
Waulahhu'alam bi shawab.
Salam Spiritualitas & Modernitas
Meneropong perubahan dan kebebasan lewat membaca & menulis.
~el-aiman
~ 25 april 2020
~Kota betuah kayong utara
Komentar
Posting Komentar