MEMBANTU TUHAN

Membantu Tuhan
(Konsekuensi Keimanan & Kemanusian Menjadi seorang Hamba)

By. Ali rumi
                           

Ungkapanmembantu Tuhan/Menolong Tuhan adalah hal yang sangat ganjil dalam hidup seseorang. Kok bisa ya seorang manusia membantu Tuhan, bukannya Tuhan itu Maha kuasa? Padahal kita juga dari bagian ciptaan-Nya. Kenapa kita harus membantu Dia lagi. Bukankah Dia memiliki segalanya? Itulah Tuhan Dia memiliki Otoritas Mutlak. Di dalam literasi islam, Tuhan sering disebut dengan nama Allah, di yahudi disebut Yahwe, di kristen sering kita ketahui dengan tritunggal dan masih banyak Tuhan-Tuhan yang lainnya yang bisa teman-teman cari dan temukan diberbagai literasi agama.

Tentu saja, yang dimaksud dengan membantu Tuhan ialah menjalankan perintah-perintah atau syariat yang dijelaskan dan dibawa para nabi-nabi terdahulu. Secara sederhana yaitu melaksanakan Ajaran-ajaran Tuhan sebagai konsekuensi ciptaan, wabil khusus manusia itu sendiri. Sesuai apa yang telah kita ketahui banyak para Nabi melaksanakan ajaran-ajaran yang telah di wahyukan Tuhan kepadanya, dan Mereka para Nabi melaksanakan hal itu. Apa yang menjadi fundamental sehingga para Nabi mau melaksanakan Tugas tersebut? Kenapa Tidak Tuhan saja yang turun tangan? Tentu hal ini ada maksud dan tujuan tertentu yang dimiiki oleh si pembuat maksud dan Tujuan.

Menolong Tuhan ialah kerja-kerja Insan ilahiah sebagaimana kita menolong Tuhan dengan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya. Sehingga, Tuhan pun senantiasa memberikan kebaikan-kebaikan di dalam kehidupan kita. Sesuai dengan firman Tuhan mengatakan : Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. (Qs. Ar-Rahman:60). Didalam agama apapun pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan para pemeluknya untuk berbuat jahat, begitupula dengan Tuhan, Dia selalu mengajarkan Adam sebelum turun ke Bumi dengan berbagai hal kebaikan, bukan artian ini Tuhan tidak bisa berbuat jahat, Tuhan itu Maha mengetahui, buat apa Dia berbuat jahat sedangkan Dia mengetahui kejahatan itu sendiri.


Akan tetapi zaman kontemporer ini telah merubah tatanan kehidupan Manusia. Kehidupan serba digital, dimana posisi digital kita untuk membantu Tuhan? Apakah Tuhan yang disembah kini digantikan dengan Tuhan digital? Seakan-akan kesadaran sebagai seorang hamba terhadap Tuhannya kini tergantikan dengan kesadaran digital. Moralitas atas sesama manusia menggadaikan kemanusiaanya pada dunia digital, begitupun sebaliknya, kesadaran akan Tuhan telah digadaikan dengan kesadaran digital. Sejatinya peran dunia digital ini mampu membuat kita mempermudah kebutuhan manusia, bukan digital yang memperbudak manusia. Karena terlalu memudahkan semua urusan manusia, sampai diri manusia muncul suatu problem yang amat besar dikarenakan hidup untuk jadi manusia tidaklah mudah.

Banyak hal yang menjadikan hidup ini terus bergerak dan mendorong kita yang selalu menuju ke arah kebaikan. salah satunya yaitu, Fitrah Kemanusiaan, mencegah amar ma’ruf nahi Mungkar. Manusia selalu mendambakan hal-hal yang cenderung kebaikan, kebahagian dan ketenangan dalam hidup. Hal ini tercermin dalam sifat-sifat Nabi Muhammad SAW sebagai hamba sekaligus penyampai Risalah Ketuhanan. Dalam hal ini Nabi Muhammad sekaligus hamba Tuhan, ia membantu dalam cerminan tindakan-tindakanNya yang tertera dalam ajaran yang telah di dapatkan(wahyu). Dari sisi selain membantu Tuhan, Nabi Muhammad juga mendapatkan kebahagian & ketenangan hidup sebagai balasan apa yang telah ia kerjakan. Kita sebagai manusia yang jelasnya bukan Nabi memang seharusnya melanjutkan perbuatan-perbuatan kenabian (profetik), sebagai estafet kerja-kerja ilahiah di alam semesta ini.

Adapun keterangan linear yang membuat kita untuk membantu Tuhan yaitu: pertama, Tuhan menurunkan ajaran-ajaranNya kepada umat manusia demi mendapatkan kebahagian. Kedua, setiap ajaran yang diturunkan Tuhan, dengan sendiri Tuhan ingin ajaran itu dilaksanakan. Tentu dalam pelaksanaan ini ialah hambaNya. Ketiga, dalam ajaran itu terserah manusia ia mau menerima atau tidak. Akan tetapi, manusia tidak boleh pula berharap Tuhan akan turun melaksanakan ajaranNya itu untuk manusia. Manusia harus berusaha Sendiri. Keempat, ajaran tuhan itu ialah sesuatu yang alami(sumber primer). Kelima, menjalakan ajaran yang benar bukanlah menjadi sesuatu yang membebani, melainkan kewajaran yang mudah, sebab mengikuti ketentuan-ketentuan alami, dari Tuhan untuk Manusia. Keenam, menjalankan ajaran ialah, itu berarti tidak lain kembali kepada garis-garis kewajaran manusia. Kita dibimbing melalui ajaran, kita dibina melalui ajaranNya, ruang lingkup kehidupan kita penuh dengan ajaranNya(sunnatullah). 

Dari segi penciptaan terkadang harus kita pertanyakan. Mengapa Tuhan menciptakan kita terus dimatikanNya lagi? Terkadang hal ini membuat manusia bertanya-tanya. Bagusnya sih ngga usah diciptakan? Supaya tidak repot-repot mengatasi masalah ini dan itu. Tuhan sedang bercanda saja ya, buat apa Dia menciptakan kita yang penuh dengan beban, belum beban hidup sendiri, pinjam sana sini, masalah ini, masalah yang itu. Terus kita dimatikan. Ada apa semua ini? Salah satu tujuan mengapa kita diciptakan yaitu menjalankan ajaran-ajaran Tuhan, dalam kata lain yaitu membantu Tuhan merealisasikan ajaranNya. Ada Tujuan yang tidak dapat kita ketahui, kecuali kita temui si pembuat tujuan itu sendiri.

Jika kita lihat perkataan Gus dur yaitu tentang “Tuhan ngga perlu dibela Dia sudah Maha segalanya. Tetapi, bela lah mereka yang diperlakukan tidak adil”. Dari pernyataan tersebut kita dapat mengetahui bagaimana konsekuensi seorang Hamba. Apakah mau membela Tuhan, sedangkan Dia adalah Maha segalanya. Yang dibela itu ialah ajaran Tuhan yang yang tidak sesuai dengan sisi Kemanusian sebagai jembatan kita membantu Tuhan. sebagaimana kita tidak merendahkan ciptaan,tidak menghina ciptaan berarti kita sedang tidak merendahkan & menghina si pencipta.

Membatu Tuhan ialah aktivitas seorang Hamba. Dalam artian yaitu, melaksanakan ajaranNya, mencegah perbuatan Nahi munkar, menegakkan kebenaran dan keadilan dan lain sebagainya. Sebagaimana firmanNya: “ wahai sekalian orang-orang yang beriman,jika kamu menolong Allah,maka Dia akan menolong kamu dan akan mengukuhkan pijakan-pijakan” ( Q.s Muhammad 47:7). Jadi, kita sebagai hambaNya diharapkan menolong Allah dengan balasan bahwa Allah akan menolong kita dan meneguhkan posisi kita. Menolong Allah adalah sebagian dari konsekuensi iman atas sikap menerima dan mempercayai agama itu tersendiri. Membantu Tuhan dengan jalan kemanusiaan ialah suatu Tindakan sebagaimana tindakan Tuhan itu sendiri. Tidak kita sangsikan jiwa Muhammad saat ini kecuali ia berada di tengah-tengah mustadh’afin.

Waulahhu'alam bi shawab..

Shadaqaulahul adzhim

Malang,16 Desember 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Perkaderan #2

Proyek Perkaderan #11

Proyek perkaderan #8